ilustrasi kolase peran Andre Rosiade dalam penggerebekan PSK online di Padang/IST

JAKARTASATU.COM– Gegap gempita Ranah Minang (Sumatera Barat) oleh prilaku anggota DPR-RI yang juga ketua Gerindra Sumatera Barat, Andre Rosiade, dengan melakukan manuver yang mencederai hati masyarakat.

Sumatera Barat merupakan basis kuat Prabowo Subianto, yang merupakan ketua umum Andre Rosiade, dimana waktu pemilihan presiden 2014, suara pemilih daerah ini lebih 80 persen disumbangkan untuk Prabowo.

Kalau menilik hal tersebut, artinya Sumatera Barat merupakan priuk atau wadah memasak suara Prabowo, yang berimbas pada masaknya suara partai Gerindra pada pemilu 2014 lalu.

Namun dengan manuver yang dilakukan Andre Rosiade, masyarakat merasa “ditampar” seolah-olah negeri ini sudah amat parah maksiatnya.

Sebelum Andre menjebak seorang wanita untuk menjadi bukti prostitusi, terlebih dahulu ia sudah melakukan manuver dengan “menggerebek” kafe di Kota Padang.

Hasilnya, lebih dari 10 kafe harus tutup, dengan demikian maka lebih dari 100 pekerja menjadi pengangguran, karena yang bekerja di kafe bukan hanya pelaku maksiat tetapi ada waiters, kasir, tukang masak dan juru parkir, terpaksa mereka harus kehilangan pekerjaan, karena tempatnya bekerja ditutup atau disegel.

Sebagai anggota DPR-RI yang dipilih rakyat Sumatera Barat, mestinya Andre harus berusaha menekan tingkat pengangguran, dengan upaya membuka lapangan kerja baru, bukan sebaliknya.

Bukan hanya itu, setiap mengeluarkan statement, Andre Rosiade selalu mengatakan, agar Padang tidak tertimpa bencana maka ia harus tampil memberantas maksiat, pertanyaannya apakah waktu gempa 2009 di Ranah Bundo ini maksiat sedang meraja lela.

Kalau statemen Andre begitu, seolah-olah gempa 2009 karena maksiat meraja lela di Sumatera Barat, padahal waktu itu Kota Padang dipimpin seorang yang tegas dan keras bernama Fauzi Bahar.

Di kala itu, Fauzi memberantas maksiat, togel dan lainnya. Bahkan dikala itu pula diwajibkan pelajar serta pegawai berpakaian muslim, subuh mubarokah dan asma’ul husnah, namun bencana tetap melanda.

Statemen Andre tampaknya tidak beralasan, karena 2009 sudah menjadi bukti, jika benacana itu datang bukan atas kehendak siapapun, melainan atas kehendak Allah SWT.

Apakah Andre Rosiade tidak menilik Bali, di mana daerah tersebut membebaskan apa saja, namun kenapa bencana tidak datang menghampiri daerah dimana orang bugil dianggap biasa tersebut.

Apa yang dilakukan Andre terhadap negeri dimana ia dilahirkan, sama dengan mengotori periuk nasi dengan tinjanya, atau istilah Minang “Cirik Dalam Periuk”.

Dengan manuver tersebut, Andre telah menghilangkan rasa simpatik mayoritas masyarakat Sumatera Barat pada dirinya, yang berimbas berkurangnya simpatik pada pimpinan partainya, yakni Prabowo Subianto.

Saat ini, banyak kalangan menunggu tindakan pimpinan pusat partai Gerindra terhadap Andre yang jelas-jelas sudah mengotori basisnya dengan sensasional tanpa perhitungan.

Jika pimpinan partai tingkat pusat tersebut hanya diam dan menyimak, diperkirakan ini langkah awal di negeri peng-idola Prabowo.

Apakah bisa ini disebut pembusukan Andre terhadap Partai GERINDRA?

Saya akhirnya bertanya, Andre bekerja untuk siapa?

*Penulis adalah wartawan senior di Sumatera Barat, Novrianto