Masyarakat yang disebut Menkes Terawan bersalah karena sehat tapi pakai masker/IST

JAKARTASATU.COM – Mungkin jika saja survei Indo Barometer maupun Alvara dilakukan setelah ini, Menteri Kesehatan (Menkes) dr. Terawan tentunya akan menjadi salah satu menteri yang paling popular dalam pemerintahah Jokowi-Maruf sekarang.

Bagaimana tidak, ternyata ceplosan Terawan yang seperti asal-asalan ternyata sangat menarik perhatian khalayak. Seperti yang terjadi baru-baru ini. Ketika ditanyakan mengenai fenomena melangitnya harga masker di Indonesia sampai-sampai membuat heran lembaga internasional, Menkes Terawan justru menanggapinya dengan enteng.

Menurut Terawan kenaikan harga masker tersebut merupakan hukum ekonomi biasa. Karena permintaan banyak dan ketersediaan stok terbatas maka harganya pun melambung tinggi. Menkes Terawan mengakui bahwa merebaknya kasus virus corona membuat masyarakat ketakutan dan berlomba-lomba untuk memakai masker.

“Itu kan pasar begitu, kalau dibutuhkan banyak harga naik, kalau orang nyari malah justru makin mahal. Kan begitu, tapi kalau enggak ada yang nyari turun sendiri harganya,” ucap dia.

Hal itu menurut Menkes Terawan aneh. Pasalnya menurutnya jika orang sehat tak perlu memakai masker tersebut. “Enggak usah (pakai masker). Masker untuk yang sakit,” kata dia.

Bahkan menurut Terawan, perwakilan dari World Health Organization (WHO) di Indonesia juga memiliki pendapat serupa. “Dr. Paranietharan dari WHO bilang, enggak ada gunanya (orang sehat pakai masker). Untuk yang sakit supaya tidak menulari orang lain kalau sakit. Tapi yang sehat enggak perlu,” jelas dia.

Padahal, melambungnya harga masker di Indonesia tersebut sempat menjadi sorotan media-media asing. Reuters menuliskan laporannya yang menyoroti kenaikan hingga 10 kali lipat dari harga asli. Sedangkan media Pemerintah Singapura, Straits Times, dengan mengangkat judul berita “Coronavirus: Price of a box of N95 masks cost more than a gram of gold in Indonesia” memberitakan bahwa harga satu kotak masker N95 sebanyak 20 lembar mencapai Rp 1,5 juta.

Hal itu dianggap luar biasa karena harga tersebut melebihi nilai satu gram emas yang saat ini berkisar Rp 800.000. Media ini juga melaporkan kenaikan harga lebih tinggi untuk masker biasa. Satu kotak berisi 50 lembar mencapai Rp 275.000 dengan harga normal kisaran Rp 30.000.

Menanggapi melonjaknya harga masker tersebut, Menkes Terawan justru menyalahkan konsumen atau orang-orang yang membeli masker tersebut.

“Salahmu sendiri kok beli ya,” kata Terawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (15/2/2020).

Bahkan ketika dikejar apakah pemerintah khususnya Kemenkes akan turun tangan untuk mengendalikan harga tersebut, Menkes Terawan menyatakan nantinya akan turun sendiri.

“Itu kan pasar begitu, kalau dibutuhkan banyak harga naik, kalau orang nyari malah justru makin mahal. Kan begitu, tapi kalau enggak ada yang nyari turun sendiri harganya,” pungkas dia. |WAW-JAKSAT