JAKARTASATU.COM– Bagi kaum muslimin ucapan salam adalah ibadah. Selain ibadah lafazhnya pun sudah ditentukan oleh Allah dan Rasulnya. Saat Nabi Isra’ dan Mi’raj, di kaki Arsy Nabi memberikan penghormatan kepada Allah dengan ucapan: “Attahiyyatul mubarokatushsholawatutthoyyibatu lillah…”

Lalu Allah menjawab dengan memberikan salam kepada Nabi: “Assalamualaika Ayyuhannabiyyu warohmatullahi wa barokatuhu…”

Dialog ini lalu diabadikan sebagai bacaan sholat ketika duduk tahiyyat.

Nabi memerintahkan umat Islam untuk menyebarkan salam. Ifsyaussalaam adalah ibadah dalam Islam. Mengucapkan salam hukumnya sunnat dan menjawab salam hukumnya wajib.

Jika sudah bicara sunnat dan wajib, maka sudah jelas bahwa memberikan salam dan menjawab salam adalah SYARIAT ISLAM. Jika ini Syariat Islam, maka tidak boleh diubah, ditinggalkan, apalagi dibuang.

Menjadi aneh ketika Yudian Wahyudi, Kepala BPIP kembali membuat ulah dengan mengusulkan agar salam di NKRI sebaiknya tidak lagi dipakai salam menurut ajaran agama. Tapi diganti dengan SALAM PANCASILA.

Jika dikatakannya bahwa salam syariat adalah khusus untuk intern umat Islam saja, sedangkan untuk Nasional kita pakai SALAM PANCASILA. Bagi kami tetap saja itu adalah sebuah usulan NGAWUR yang wajib DITOLAK.

Menjalankan agama dijamin dalam UUD 1945, Pasal 29 ayat 2, dan tidak ada seorang pun yang berhak menghalanginya. Hanya manusia pengkhianat saja yg alergi dengan dijalankannya ajaran agama 100 persen di NKRI ini, termasuk salam syariat.

Apalagi selama 74 tahun merdeka tidak pernah ada masalah dengan SALAM SYARIAT itu.

Kesimpulannya, SALAM PANCASILA kami TOLAK, dan kami, umat Islam, dengan tegas mencukupkan ucapan salam syariat Islam saja.

Assalamu ‘alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh.

*Pendakwah, Ustaz Tengku Zulkarnain