Stafsus Milenial Presiden Joko Widodo, Adamas Belva Syah Devara mengungsi karena kebanjira jilid 2/IST

JAKARTASATU.COM – Ketika banjir pertama di musim ini menerjang DKI Jakarta, tindakan penanganan Guberbur Anies Baswedan banyak mendapat pujian. Namun jangan terburu senang. Musim hujan ekstrem masih panjang. Ternyata banjir masih datang terus-terusan.

Staf Khusus milenial Presiden Joko Widodo (Jokowi), Adamas Belva Syah Devara yang rumahnya ternyata turut kebanjiran, memposting keluhannya via social media. Menurut Belva, dalam satu minggu ini, kediamannya sudah dua kali kebanjiran dan harus mengungsi.

“Ngungsi lagi pagi ini jilid 2. Semakin tinggi dan banjir udah masuk rumah warga. Mati listrik dan sinyal juga,” beber Belva melalui akun Instagramnya @belvadevara, Selasa (25/2).

Dus, lantaran banjir Jakarta yang terus-terusan berulang itulah, kinerja Anies pun akhirnya banyak disorot oleh sejumlah politisi partai di DPRD DKI. Sudah pasti salah satu kritik untuk Anies itu datang dari PDIP. Secara tegas, PDIP mengkritik keras kinerja Pemprov DKI Jakarta yang dianggap tak jelas.

“Kerja Pemprov DKI nggak jelas. Banjir 2 hari ini sudah jelas karena buruknya sistem drainase di wilayah DKI, bukan karena banjir kiriman yang melebihi kapasitas tampung sungai di DKI,” ujar Ketua DPP PDIP Perjuangan Nusyirwan Soejono kepada wartawan (25/2/2020).

Nusyirwan membeberkan, setiap tahun sudah dapat diprediksi kapan musim hujan akan tiba. Karena itu Nusyirwan berpendapat jika Pemprov DKI bisa menyelesaikan persoalan drainase dengan baik, maka seharusnya urusan banjir tersebut tentu dapat diatasi dengan baik pula.

“Drainase jalan-jalan protokol saja tidak mampu diurus, apalagi di kawasan, di lingkungan lain di bawahnya,” kritik Nusyirwan meragukan Anies.

Gayung bersambut, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani juga menegaskan soal perlunya pendalaman lebih lanjut karena sudah tiga kali banjir besar di Jakarta.

“Kita lihat ada urgensinya kan banjir tiga kali yang parah banget, tahun baru, pertengahan (Januari), sama ini yang parah banget. Ini sesuatu terulang. (Kejadian) pertama ada kiriman dari Katulampa (Bogor), ke dua ke tiga kan hujan lokal,” ucap Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani (25/20/2020).

Zita mengungkapkan Badan Musyawarah (Bamus) sudah memberikan keputusan untuk rekomendasi Pansus Banjir. Disebut Zita, semua fraksi di DPRD sudah sepakat termasuk Fraksi Gerindra.

“Iya dong (ada kesepakatan), kan sudah di-Bamus-kan. Kita semua sepakat isu banjir ini adalah sesuatu yang perlu kita tindak lanjuti,” ujar politikus PAN tersebut.

Tak terkecuali di luar DPRD, ada juga elite Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean yang menyerang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan gara-gara rumahnya kebanjiran di Twitter. Untungnya serangan Hutahaean tersebut masih ditangkis oleh Fadli Zon.

“Bro marilah kita jujur dan cerdas, banjir ini musibah karena siklon tropis, curah hujan besar, bukan salah apalagi karya Anies Baswedan,” bela Fadli sembari memention akun Anies Baswedan juga, Selasa (25/2/2020).

Tak mau ketinggalan, ternyata para pengamat tata kota pun juga mempertanyakan solusi yang dilakukan Anies. Pasalnya, Anies dinilai tidak melakukan pembenahan signifikan pada saluran air di Jakarta.

“Banjir hari ini lebih banyak disebabkan hujan lokal bukan banjir kiriman. Luapan air sungai, luberan air dan saluran air menunjukkan memang tidak ada penanganan pembenahan sungai dan perbaikan saluran air kota yang signifikan,” ujar pengamat tata kota Nirwono Yoga (25/2/2020).

“Gubernur DKI Jakarta terlihat tidak ada upaya serius pencegahan mengatasi banjir sejak awal Januari hingga banjir hari ini. Tidak ada upaya serius penanganan banjir inilah yang membuat frustrasi warga, terutama warga yang terdampak banjir (lagi) hari ini,” imbuh Yoga.

Tak ketinggalan, Yoga juga menyoroti Anies yang justru fokus mengurusi program-program revitalisasi hingga Formula E. Seharusnya, menurut dia, Anies bisa fokus membenahi bantaran sungai hingga merehabilitasi saluran air.

“Gubernur DKI malah sibuk ngurusin revitalisasi dan Formula E di Monas pascabanjir awal tahun hingga hari ini. Jakarta memang rawan banjir dari dulu. Tetapi yang membedakan antara gubernur serius apa tidak mengatasi banjirnya? Misal mulai dari membenahi bantaran sungai, merehabilitasi saluran air, merevitalisasi situ danau, embung waduk, memperbanyak RTH (ruang terbuka hijau) baru untuk daerah resapan air,” sindirnya.

Dari kalangan akademisi, dosen Universitas Trisakti Yayat Supriatna yang juga pengamat tata kota, mempertanyakan apakah Pemprov DKI pernah melakukan audit terhadap kapasitas sistem drainase di Jakarta. Padahal, menurutnya, hal ini penting dilakukan mengingat curah hujan yang tinggi.

“Tidak pernah ada audit yang menjelaskan kapasitas sistem drainase kita. Untuk perkiraan hujan curah hujannya. Hari ini kan curah hujannya 240 mm hingga hampir 290 mm dalam satu kawasan. Artinya dengan ketinggian curah hujan seperti itu, sistemnya masih bisa apa tidak? Kalau sistemnya tidak bisa diperkirakan, ya sudah, terima masalahnya,” ujar Yayat.

Menyoroti kebijakan revitalisasi trotoar yang gencar dikerjakan oleh Anies, Yayat menyontohkan salah satunya ialah revitalisasi trotoar di Cikini, Jakarta Pusat.

“Apakah pembangunan trotoar akhir-akhir ini sudah memikirkan tumpahan airnya, karena jatuh di jalan. Apakahnya lubangnya terlalu kecil? Hingga akhirnya airnya ngantri. Stasiun Cikini sekarang kebanjiran, jarang itu. Ada kemungkinan besar karena revitalisasi trotoar di Cikini,” ujar Yayat mengkritisi. |WAW-JAKSAT