JAKARTASATU.COM– Agak sulit untuk tidak liar berpikir bahwa virus Corona bukan bagian dari amunisi bom waktu isu besar yang akan merontokan pemain dominan baru (doomsday scenario) yang mencoba menggeser keseimbangan bandar lama di pasar keuangan dunia.

Dalam game theory yang diyakini oleh banyak akademisi (scholar) sebagai teori yang hidup di alam nyata pasar keuangan.

Harga yang berubah sebagai keseimbangan baru, dalam game theory hanya akan terjadi jika pemain dominan lama untuk kepentingannya menggeser langkah ke titik baru dan atau ada pemain dominan baru yang menggeser zona nyaman pemain lama ke titik baru.

Untuk pemain dominan baru, doomsday scenario berjalan dengan logika disrupsi terhadap sumber daya yang telah mapan, sedangkan untuk pemain lama upaya mempertahankan sumber daya aset yang langka dan tergantung kepadanya adalah doomsday scenario nya.

Misal era Ronald Reagan jadi Presiden yang juga dikenal mini krisis tahun 1980, unsur minyak adalah sumber daya yang menjadi kunci bagi pasar keuangan dunia. Teori perang teluk (konflik Iran-Irak) menjadi doomsday scenario bagi Wall Street mengendalikan pendulum suply harga minyak sebagai pembentuk kelangkaan dalam harga.

Krisis Moneter di Asia tahun 1998 adalah bagaimana isu demokratisasi menjadi doomsday scenario dalam memukul (menghentikan) baby boomers negara-negara yang mulai mempunyai aset produksi.

Paska Krismon Asia, langkah baru Cina dalam konsolidasi modal dalam negerinya menjadi pelan tapi pasti membawa Tiongkok sebagai pemain baru monetaris di dunia, disamping wall street.

Disrupsi pemain baru, menggeser pemain lama juga bermain dengan mendisrupsi sumber daya lama (komoditas, minyak) dengan keunggulan lain yang dimiliki, yaitu teknologi.

Disrupsi dilawan Disrupsi sebagai soft power bandar lama tak efektif menghentikan dominasi bandar baru. Isu perang dagang dimainkan pun tak terlalu efektif.

Pun demikian, isu teluk di Iran yang pernah dilakukan era Reagen dan ditendang di era Bush jadi perang teluk tak cukup nendang. Meski, seorang Jendral telah dibunuh lewat operasi militer Trump di teluk.

Kegagalan isu perang dagang dan provokasi perang fisik di teluk, tau-tau muncul Corona di Cina, memukul Cina dan menghentikan langkahnya dalam pusat episentrum dagang dunia.

Lalu, sekarang juga masif di iran yang selalu jadi episentrum provokasi wall street dalam perang fisik, juga diserang Corona.

Dua serangan masif Corona ini, agak sulit untuk tidak liar berpikir bahwa ini adalah virus yang diciptakan akibat frustasinya soft power isu lama yang gagal.

Benar atau tidak, wait see.

Walluhu’alam

*Pemerhati Politik, Yanuar Rizky