JAKARTASATU.COM– Bekas narapidana penista agama, Ahok dikabarkan calon kuat Kepala Otorita Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan. Gagal jadi Gubernur Jakarta lawan Anies Baswedan, Ahok punya posisi baru. Selangkah lagi punya jabatan selevel menteri.

Dari Mako Brimob seorang penista agama di era Jokowi mendapat perlakuan super istimewa. Setelah test case sebagai Komisaris Utama Pertamina tidak menuai gejolak berarti. Kini, Jokowi kasih jabatan baru untuk Ahok sebagai warming up menuju 2024. Dalam konteks inilah kita akan menemui jawaban kenapa Anies Baswedan tiada hari tanpa bully.

Menurut informasi yang beredar terbatas, Jokowi bersama LBP yang dijuluki ‘menteri segala urusan’ sedang menyusun kekuatan politik baru minus PDIP. Seandainya Megawati ‘takluk’ dibawah kendali Jokowi dan LBP bisa jadi PDIP bergabung poros Ahok – Tito. Kecuali Megawati dan PDIP gagal ‘ditaklukan’. PDIP akan mengusung calon sendiri.

Dipilihnya Tito selain pensiunan jenderal polisi yang masih kuat pengaruhnya di kepolisian di tambah ratusan pejabat kepala daerah, gubernur, walikota dan bupati di Pltkan menjadi modal Tito untuk maju mendampingi Ahok. Kecuali UUnya diamandemen untuk mempersempit ruang gerak kekuatan Jokowi. Mungkinkah diamandemen ditengah partai-partai ‘dikuasai’ para cukong? Meminjam istilah Bambang Soesatyo.

Kabareskrim yang sekarang, Komjen Listyo Sigit Prabowo, non muslim, selain bekas ajudan Jokowi juga pernah menjadi Kapolres Surakarta ketika Jokowi masih jadi Walikota Solo. Menurut rumor pada tahun 2021, Listyo Sigit bakal diangkat sebagai Kapolri menggantikan Jenderal Idham Aziz yang pensiun.

Sementara itu, Panglima TNI berhembus kencang akan dijabat oleh menantu Hendropriyono, Jenderal Andika Perkasa. Hendropriyono satu gank dengan LBP. Bila emergency, chaos dan semisalnya, tidak menutup kemungkinan Andika Perkasa ‘disiapkan’ bila Jokowi terjungkal sebelum 2024.

Artinya secara kekuatan Jokowi dan LBP tidak bisa dianggap remeh. Militer, polisi dan ratusan kepala daerah akan menjadi kekuatan penuh dalam memenangkan Ahok-Tito pada 2024.

Persoalannya adalah, pada 2020 ekonomi Indonesia menghadapi tekanan luar biasa. Perlahan namun pasti dolar Amerika bergerak menuju level Rp 15.000. Kekuasaan Jokowi belum tentu bisa melewati tahun 2020 seandainya ada gejolak ekonomi luar biasa.

Bila tak benar-benar kuat secara ekonomi bisa jadi Jokowi akan terjungkal sebelum kekuatan politik baru terbentuk untuk mengantarkan putera mahkota Ahok menjadi kandidat presiden 2024.

Jokowi jatuh bukan oleh gejolak massa tapi kejatuhan Jokowi disebabkan oleh gejolak ekonomi yang memporak porandakan kekuasaan Jokowi.

Bisakah umat Islam bersatu memanfaatkan momentum ini? Semoga saja bisa!

*Pemerhati Politik, Tarmidzi Yusuf