Harga Masker Melambung, Dus Cabik-Cabiklah Maskermu Sebelum Dibuang

793
Masyarakat yang disebut Menkes Terawan bersalah karena sehat tapi pakai masker/IST

JAKARTASATU.COM – Luar biasa cepat respon masyarakat Indonesia terhadap fenomena aktual yang terjadi. Begitu Presiden Jokowi dan Menteri Kesehatan mengumumkan secara resmi akan adanya dua WNI yang positif Corona, sebagian masyarakat segera menanggapinya dengan gerak cepat yang menakjubkan.

Pusat-pusat perbelanjaan besar seperti departemen store, dan mall-mall segera dibanjiri konsumen yang bergegas atau boleh dibilang panik memborong barang-barang pokok sembako dan alat-alat penunjang kesehatan yang dianggap perlu untuk mengantisipasi penyebaran virus corona.

Tentunya akan baik-baik saja jika pembelian yang dilakukan masyarakat tersebut dalam jumlah wajar dan seperlunya. Namun yang terjadi mereka berbelanja seperti kesetanan (panic buying) sehingga membeli barang-barang kebutuhan pokok dan penunjang kesehatan tersebut dalam jumlah yang ugal-ugalan.

Menurut beberapa pengamat hal itu terjadi karena masyarakat ketakutan akan terjadinya situasi darurat yang mengerikan setelah diawali dari adanya dua WNI yang positif corona tersebut. Mereka ketakutan akan bayang-bayang isolasi dan kekurangan bahan-bahan penunjang untuk survival sehingga membeli kebutuhan cadangan dalam jumlah yang ugal-ugalan.

Sebagian lagi juga dikarenakan masyarakat ini merasa ketakutan atas kepiawaian dan kehandalan pemerintah dalam mengatasi ancaman penyebaran epidemi virus corona tersebut, sehingga merasa perlu mempersiapkan kebutuhan diri sendiri secara aman bahkan berlebihan.

Yang jahat adalah alas an ketiga yaitu golongan mereka yang berotak bisnis, sehingga memprediksi akan adanyaa kelangkaan barang-barang tersebut, sehingga berniat menimbun dan menjualnya kemudian dengan harga dan keuntungan yang sangat signifikan.

Dan buktinya hal itu benar terjadi. Harga masker di pasaran sontak melambung tinggi. Tak hanya masker saja harga hand sanitizer dan bahan-bahan antiseptic sontak melambung tinggi, jauh di atas harga normal. Meski Menteri Kesehatan Terawan pernah menyebut mereka yang mau membeli markes dengan harga tinggi itu konyol. Faktanya hak tersebut terus-terusan terjadi.

Apakah itu artinya pemerintah telah gagal dalam mengantisipasi hal ini? Boleh jadi penimbun barang-barang tersebut akan meraup banyak untung dari keadaan ini. Namun hal ini bukan satu-satunya fenomena yang memprihatinkan pada kasus ini.

Tak hanya penimbun, rupanya melonjaknya harga masker yang gila-gila-an telah merangsang insting bisnis sebagian pemulung nakal untuk memanfaatkan keadaan. Melambungnya harga masker mereka lihat sebagai peluang. Konon berdasarkan info yang tersebar dalam media social, para pemulung ini mengumpulkan masker-marker bekas, memilah-milah yang masih terlihat bagus, mengemasnya seperti masker baru dan tentu saja kemudian menjualnya untuk mendapatkan keuntungan dari keadaan ini.

Karena itu, untuk mengantisipasi dan mengurangi peluang penyalahgunaan masker bekas tersebut, beberapa pemerduli lingkungan dan kesehatan menghimbau agar masker bekas tersebut dirusak sebelum dibuang. Ekstremnya bisa dicabik-cabik dahulu sebelum dibuang, bisa disobek, diputuskan talinya dan sebagainya yang memperkecil peluang untuk kembali disalahgunakan.|WAW-JAKSAT