JAKARTASATU.COM– Ini persoalan impor daging kerbau, dimana Indonesia sepakat untuk mengimpor daging kerbau dari India. Kesepakatan Modi dan Jokowi ditindak lanjuti oleh Menteri Perdagangan kedua negara. Menteri Agus Suparmanto bulan Februari berangkat ke India.
India baru saja, dan masih, menyakiti umat Islam di negerinya. Undang Undang dan kebijakan politiknya diskriminatif. Indonesia negeri mayoritas muslim ikut bersedih atas penganiayaan dan pembantaian muslim di India. Aksi mengutuk perbuatan ekstrimis Hindu dukungan Modi terjadi dimana mana. Bendera India pun dibakar.
Impor daging kerbau dan juga gula dari India tentu menyedihkan. Semestinya pemerintah menyetop dahulu program ini sebagai wujud solidaritas dan ketidaksenangan atas kebijakan diskriminatif dan tidak manusiawi India. Jika memang mesti impor, maka dapat dicari atau alihkan ke negara lain.
Modi adalah penjahat kemanusiaan yang mesti diseret ke pengadilan dunia, Mahkamah Internasional. Modi dan sebagian rakyatnya mungkin karena menjadi penyembah sapi maka kelakuannnya seperti dan sama saja dengan sapi atau kerbau. Bodoh dan masa bodoh. Modi adalah pemimpin yang tak berperasaan dan sangat anti Islam.
Persahabatan Jokowi dengan Modi moga tidak menularkan sifat buruk Modi khususnya dalam sentimen keagamaan. Cukup hanya urusan gula (glukosa) dan kerbau (bubalus bubalis). Itupun harus dipertimbangkan kembali. Isu pemotongan sapi selalu menjadi alasan untuk “pemotongan” kebebasan muslim di India.
Ketua Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Teguh Boediyana mengakui defisit sapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Impor dimungkinkan. Tapi Teguh telah memperkirakan bahwa pemerintahan Jokowi sejak awal tidak akan mampu merealisasikan harapan swasembada pada tahun 2026.
Harapan atau keinginan besar yang tidak didasarkan pada kemampuan manajemen dan daya dukung lain adalah seperti novel yang ditulis oleh Nur Sutan Iskandar “Katak Hendak Menjadi Lembu”.
Banyak mimpi dan janji.
*Pemerhati Politik, M. Rizal Fadillah