Ilustrasi Gojek, Grab dan Uber/IST

JAKARTASATU.COM – Ketika pesaing-pesaing mereka tak mampu lagi untuk mengejar kemonceran yang telah diukir, saat ini, dua brand startup ojek online yang menjadi pemimpin pasar di Indonesia tinggal Gojek dan Grab. Kedua brand ojol ini telah menjadi yang terbesar dan terkuat. Keduanya terus menerus menunjukkan persaingan ketat yang semakin sengit dan seru. Disamping saling adu keunggulan layanan, promosi dan juga iklan, keduanya sering saling sindir dan saling mengejek satu sama lainnya. Karena tinggal kedua brand ini yang terbesar di Indonesia, maka rivalitas antara keduanya sangat dirasakan oleh masyarakat konsumen yang ada.

Namun, ditengah rivalitas yang seru dan persaingan yang menggebu tersebut, tiba-tiba tersiar kabar mengejutkan bahwa dua brand ojol yang saling berkompetisi ini malah akan digabungkan atau merger. Bagaimana tidak mengejutkan, setelah selama ini kedua brand ini sibuk saling mengalahkan demi menguasai pasar, mendadak dikabarkan Grab dan Gojek ini akan digabungkan. Konon dibalik ego superioritas masing-masing brand tersebut, tiba-tiba muncul pemegang saham “sangat kuat” yang kini tengah melobi SoftBank untuk merealisasikan rencana penggabungan tersebut.

“Kekuatan yang bermain di sini lebih tinggi dari apa yang diinginkan Grab atau Gojek, atau memang tidak diinginkan. Ini adalah tentang sejumlah pemegang saham jangka panjang berpengaruh di kedua perusahaan yang ingin mengurangi kerugian atau menemukan cara untuk keluar (exit) dari investasi mereka,” jelas seorang investor dari Grab, seperti dilansir dari Financial Times, Rabu (11/3/2020).

Bahkan, meskipun rencana merger tersebut belum jelas akan seperti apa, namun baru-baru ini memang pendiri SoftBank Masayoshi Son telah mengunjungi Jakarta di mana salah satu agendanya adalah mendiskusikan peluang merger kedua brand ojol tersebut.

Sebagai informasi pelengkap, Softbank memang telah berinvestasi ke Grab sejak 2014 dan dalam beberapa putaran pendanaan selanjutnya. Namun terkait hal tersebut, sejumlah investornya mempertanyakan strategi perusahaan dalam pemilihan dan berinvestasi di startup tersebut. Mereka mempertanyakan kasus semacam bail-out yang dilakukan pada WeWork, startup co-working space.

Salah satu investor yang baru-baru ini mengoleksi saham Softbank, Elliot Management Corp misalnya, mereka menuntut SoftBank untuk bergerak dan segera merealisasikan keuntungan dari bisnis startup.

“Hal ini bukan satu-satunya pilihan tetapi itu adalah opsi yang paling mungkin. Ada cara rasional untuk memikirkannya yaitu bahwa semua pemegang saham akan menghasilkan banyak uang, Bagian itu sangat mudah,” ujar investor itu lagi. Jika benar berhasil digabungkan, maka merger Grab dan Gojek tersebut diperkirakan valuasinyanya akan lebih dari US$ 23 miliar.

Mungkinkah rencana merger ini akan mengulang kasus dimana Grab berhasil mencaplok Uber Asia Tenggara di tahun 2018 lalu. Dimana akuisisi yang berlangsung tersebut bahkan tidak melibatkan uang tunai, melainkan dengan cara menjadikan Uber sebagai salah satu pemegang saham utama Grab. Nah sementara itu di Uber inilah SoftBank merupakan pemegang saham utama perusahaan tersebut.

Jika benar terjadi merger, akankah nama Gojek nantinya bisa dihilangkan seperti halnya Uber dahulu, atau justru nama Grab yang dihilangkan, atau nama keduanya bakal digabung, atau entahlah banyak kemungkinan menarik yang tentunya bisa terjadi pada kasus ini. |WAW-JAKSAT