JAKARTASATU.COM – Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung memberlakukan zonasi untuk mengantisipasi Coronavirus Desease (Covid-19). Zonasi ini diberlakukan untuk melindungi karyawan atau petugas kesehatan maupun pengunjung rumah sakit.

Direktur Utama RSHS, dr. Nina Susana Dewi, Sp.PK(K), menjelaskan penerapan zonasi di lingkungan RSHS sebagai respons terhadap bertambahnya pasien positif Covid-19 di Indonesia. Zonasi terutama dilakukan untuk melindungi karyawan dan pengunjung RSHS.

“Untuk menjaga keselamatan karyawan, kami berlakukan zona-zona. Jadi ada zona merah di sekitar ruang isolasi (Ruang Isolasi Khusus Kemuning (RIKK) RSHS) itu disebut zona merah agar jangan sering-sering lewat situlah karyawan. Kemudian ada zona kuning, masih bisa dilalui, satu lagi zona hijau untuk area pelayanan,” terang Nina, di RSHS Bandung, Rabu (11/3/2020).

Selanjutnya karyawan atau petugas kesehatan RSHS yang terkait dengan pelayanan Covid-19 diberi vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh, mendapat edukasi Covid-19, menjaga kebersihan tangan serta menambah sarana hand hygiene. Juga dilakukan sosialisasi informasi dan simulasi penanganan pasien dalam pengawasan (PDP/suspect) di area ring-ring pelayanan.

Nina mengatakan, penerapan zonasi sebagai bagian dari strategi RSHS dalam menghadapi peningkatan pasien positif Covid-19. Strategi ini meliputi strategi pelayanan pada pasien, strategi untuk petugas, dan strategi untuk pengunjung.

Untuk strategi pelayanan pasien Covid-19, RSHS menyiapkan RIKK RSHS yang terdiri dari 5 tempat tidur dengan fasilitas isolasi lengkap. RIKK merupakan ring 1 RSHS untuk pelayanan Covid-19. Ring 2-nya berupa ruang non-ventilator yang masih berada di RIKK RSHS. Di sini disiapkan 12 tempat tidur.

“Jika ring dua penuh, kami siapkan masih di Kemuning ada 7 tempat tidur. Dan bila masih memerlukan isolasi, kami akan menggunakan IGD yang terdiri dari lima tempat tidur. Itu ring 4, istilahnya,” papar Nina.

Ruang-ruang isolasi tersebut diperkuat tim penanganan infeksi khusus yang terdiri dari 65 orang yang berasal dari berbagai disiplin ilmu, berbagai subspesialis, spesialis, dokter umum, farmasi, perawat, laboratorium, rontgen dan lain-lain.

Dengan persiapan tersebut, ia mengimbau masyarakat untuk tidak panik. RSHS sebagai rumah sakit rujukan utama di Jawa Barat siap memberikan pelayanan optimal bagi pasien.

Tidak menutup kemungkinan semakin banyaknya pasien positif korona akan meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat ke rumah sakit dengan tujuan memeriksakan kesehatan mereka karena curiga memiliki gejala Covid-19.

RSHS juga menyiapkan Medical Check Up (MCU) bagi masyarakat yang akan bepergian ke luar negeri. Menurut Nina, akhir-akhir ini memang banyak permintaan surat keterangan bebas Covid-19 dari masyarakat.

Namun Nina menegaskan, RSHS tidak mengeluarkan surat bebas Covid-19. “Jika ada masyarakat yang sehat yang akan ke luar negeri ataupun pulang dari luar negeri dalam masa inkubasi, boleh ke klinik infeksi khusus di rawat jalan atau ke unit MCU, namun surat yang akan diterima adalah surat keterangan sehat, tidak spesifik menyebutkan bebas covid-19,” terangnya.

Bagi orang yang baru pulang dari negara terjangkit korona, ia menganjurkan orang tersebut untuk mengisolasi diri di rumah selama 14 hari. “Jika (selama 14 hari) ada gejala influenza like illness seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, segera diperiksakan ke rumah sakit terdekat,” katanya.

Rawat 12 Suspect

Sejauh ini, RSHS sudah melakukan isolasi terhadap 12 pasien suspect sejak Februari lalu. Dari jumlah ini, 7 pasien sudah pulang dan 5 masih di ruang isolasi. Dari 5 pasien ini, 1 orang merupakan pasien yang sedang dalam pendalaman, 1 orang telah di alih rawat ke ruang lain, dan 2 pasien direncanakan akan dipulangkan karena kondisinya sudah baik.

Nina menjelaskan, seorang pasien dengan status pendalaman tersebut kondisinya cukup baik. Kementerian Kesehatan merasa perlu melakukan pendalaman untuk mengetahui status pasien positif atau tidak, dan mendalami riwayat kontaknya.

“Satu orang di Ruang Isolasi Khusus Kemuning (RIKK) Kemuning RSHS. Kondisinya cukup baik tapi dalam status masih pendalaman Kementerian Kesehatan, tapi orangnya kondisinya baik. Dr Yuri (dr. Ahmad Yurianto/jubir pemerintah) tidak mengungkapkan identitas dan di RS mana, untuk keamanan bagi pasien dan masyarakat,” kata dr. Nina.*lIH-BIRO JABAR