JAKARTASATU.COM– BJ Habibie ketika menjabat sebagai Presiden RI di tahun 1998 tertulis dalam sejarah tengah menghadapi situasi yang tak biasa. Perpolitikan saat itu memanas. Terlebih ekonomi, yang terkena dampak dari perpolitikan tersebut. Krisis.
Namun, sebagai ilmuwan, Habibie (alm) ketika itu pandai mengambil langkah. Bahkan dinilai tepat ia mengambil keputusan itu, yakni salah satunya mengurungkan keinginannya melanjutkan produksi pesawat yang telah dirintisnya puluhan tahun.
“Beliau memilih selamatkan keuangan negara dengan ‘membunuh’ industri strategis, termasuk hentikan produksi N-250,” demikian kata Muhammad Said Didu, Sabtu (21/3/2020), di akun Twitter-nya.
Habibie dinilai luar biasa atas keputusan itu. Mengorbankan passion (N-259) dan egonya demi tujuan bersama.
“Sehabis itu, RR bantu sehatkan IPTN, restrukturisasi utang, perbaiki manajemen, transformasi jadi DI (Dirgantara Indonesia),” disambut ekonom Rizal Ramli.
Rizal pun “menantang” Jokowi untuk mengorbankan sesuatu yang dinilai luar biasa dalam “hasratnya” demi kemaslahatan bersama (bangsa). “Kira-kira @jokowi berani menghentikan Ibu Kota baru ndak ya, wong APBN aja ngos-ngosan?”
Habibie adalah negarawan. Atas kebijakan kala itu. Dan beliau adalah orang yang banyak berjasa bagi bangsa dan Negara.
“Nah beginilah warisan Negarawan. Terima kasih Pak Habibie, Presiden ke-3 RI,” disambut pula oleh Hidayat Nur Wahid, politisi PKS.
Habibie telah meninggalkan kita, bangsa Indonesia. Torehan atau jasanya tentu takkan pernah terlupakan, terlebih soal kedirgantaraan nasional. RI-JAKSAT