JAKARTASATU.COM – Kalangan peneliti dari Pusat Pemodelan Matematika Penyakit Menular (CMMID) London, Inggris menyatakan jumlah kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi di Indonesia sebenarnya bisa mencapai puluhan ribu hingga ratusan ribu kasus. Namun, kasus-kasus infeksi virus corona SARS-COV-2 ini tidak terdeteksi karena rendahnya tingkat pengetesan oleh pemerintah.
Pusat Pemodelan Matematika Penyakit Menular (CMMID) London, Inggris ini merupakan lembaga penelitian yang mengembangkan pemodelan matematika untuk memprediksi secara kasar kemungkinan jumlah kasus penyebaran Covid-19 di suatu negara berdasarkan jumlah kematian yang tercatat.
Berdasarkan pemodelan tersebut, maka satu kematian yang dikonfirmasi di suatu negara seperti Indonesia, sebenarnya bisa digunakan untuk menghitung beban kasus yang sebenarnya.
Karena itu, pemodelan ini pun mempermasalahkan soal tingginya persentase tingkat kematian Covid-19 di Indonesia. Mereka memperkirakan tingginya angka kematian ini disebabkan pemerintah kurang agresif melakukan pengetesan para terduga Covid-19.
Seperti kita ketahui, berdasarkan data yang telah dirilis pemerintah sendiri, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dengan persentase mencapai 8,7 persen atau 78 kematian dari 893 kasus per Kamis (26/3 kemarin). Sebaliknya, angka pengetesan Covid-19 di Indonesia termasuk yang terendah di dunia.
Berdasarkan data yang ada, Indonesia baru melaksanakan 1.727 tes. Jika dibandingkan dengan total penduduk, baru satu orang di tes dari 156 ribu orang. Dengan demikian, diperkirakan masih banyak penderita Covid-19 yang belum teridentifikasi. Pembelian 150 ribu alat tes dari China diharapkan bisa mempercepat identifikasi mereka yang terduga terinfeksi virus corona.
Keakuratan prediksi pemodelan CMMID tersebut tergantung pada dua variabel kunci, yakni tingkat kematian dan tingkat penularan, serta mengukur berapa banyak orang yang kemungkinan akan terinfeksi oleh satu orang
Selanjutnya permodelan ini membandingkan tingkat kematian di Indonesia ini dengan data kematian Covid-19 WHO sebesar 3 persen (3 kematian per 100 kasus). Meski demikian, para ahli virologi dan epidemologi percaya tingkat kematian virus ini di bawah 1 persen.
Sementara itu, tingkat penularan Covid-19 juga diperkirakan ada di angka 2 dan 3, yang artinya tiap pasien positif, menularkan kepada dua atau tiga orang lain.
Jika kombinasi dua data ini, digabungkan dengan angka kematian di Indonesia, maka para ahli memperkirakan sebenarnya tingkat infeksi Covid-19 di RI sudah lebih besar dari yang telah terdata saat ini.
Perkiraan konservatif, menurut pemodelan CMMID dengan tingkat kematian Covid-19 sebesar 1 persen dan tingkat penularan kepada 2 orang memprediksi telah ada 70.848 kasus virus corona baru di Indonesia.
Sementara jika angka tingkat infeksi ditingkatkan ke angka 3, maka kemungkinan terdapat 251.424 kasus di Indonesia. Di mana satu kematian Covid-19 akan menunjukkan ada 5.238 kasus di masyarakat. Nilai sebenarnya kemungkinan berada di antara keduanya. Angka ini didapat berdasarkan data kematian Covid-19 pada Senin (23/3). Saat itu, data kematian di Indonesia masih di angka 48 orang.
Lebih lanjut, Associate CMMID profesor Stefan Flasche menyebut jumlah kasus virus corona baru akan meningkat dua kali lipat setiap tujuh hari.
“Orang akan berharap bahwa kira-kira enam kematian yang dilaporkan per hari yang Anda lihat saat ini [di Indonesia] akan meningkat menjadi 12 kematian per hari minggu depan dan 24 kematian per hari setelahnya. [Itu akan berhenti] kecuali ada upaya besar yang bertujuan untuk menghentikan penyebaran melalui misalnya, social distancing,” ujarnya dikutip ABC.
Bahkan ketika ditanyakan kemungkinan akan adanya sekitar 1 juta kasus di Indonesia pada akhir April, menurutnya hal itu mungkin saja terjadi. Prediksi ini mempertimbangkan tingginya populasi di Indonesia dengan 270 juta penduduk.
“Mungkin membuat semi-masuk akal, sebagai skenario terburuk,” ujarnya memperingatkan.
Memang sebelumnya Menteri Kesehatan RI telah memprediksi adanya kemungkinan 700 ribu kasus di Indonesia. Namun, tidak menjelaskan kapan Indonesia akan mencapai angka ini.
Yang jelas ancaman yang melanda Indonesia saat ini juga membuat khawatir negara tetangga Australia. Mantan perdana menteri Australia Kevin Rudd seperti yang dilansir News telah memperingatkan bahwa situasi yang ada di Indonesia dapat memiliki konsekuensi serius bagi Australia.
“Teman dan tetangga kita Indonesia, populasi 275 juta, sekarang berada di puncak bencana virus corona yang tinggi. Ini memiliki implikasi keamanan nasional yang besar bagi Jakarta dan Canberra. Ini akan membutuhkan solidaritas dan diplomasi yang sangat terampil di masa depan,” ujar Rudd mengomentari kemungkinan yang terjadi. |WAW-JAKSAT