EarthHour2020/IST

JAKARTASATU.COM– Dimulai melalui gerakan yang disimbolkan dengan pemadaman lampu atau dikenal dengan “switch-off” pada tahun 2007, Kampanye Global Earth Hour (“Earth Hour”) telah berkembang menjadi salah satu gerakan akar rumput terbesar di dunia. Tiap tahun, dalam rangka menyambut Hari Bumi di bulan April, Earth Hour di akhir Maret digaungkan untuk mengangkat suara dan komitmen individu, pemerintah, pebisnis, dan organisasi mengenai isu-isu lingkungan.

Yayasan WWF Indonesia pertama kali menggelar Earth Hour pada tahun 2009 dengan kegiatan utama mengajak peran serta masyarakat untuk mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai selama satu jam di rumah hingga ikon-ikon kota. Tahun 2020 ini, di tengah perjuangan melawan krisis kesehatan akibat wabah virus Covid-19, Indonesia bersama lebih dari 180 negara lainnya tetap melaksanakan peringatan Earth Hour dengan mengadakan ragam kegiatan virtual dalam jaringan (daring/online) bertajuk “Earth Hour di Rumah”. Pada kesempatan kali ini, peringatan Earth Hour yang dilaksanakan serentak di 33 kota di Indonesia akan dilakukan melalui aplikasi Instagram (Instagram Live) di akun @ehindonesia pada Sabtu, 28 Maret 2020 pada pukul 20.30 – 21.30 waktu setempat.

Kondisi alam yang terus terdegradasi saat ini menuju pada tingkat yang mengkhawatirkan. Hal ini mendorong kampanye Earth Hour 2020 berfokus pada pentingnya menekan laju penurunan keanekaragaman hayati demi kesehatan bumi dan kesejahteraan mahluk hidup di dalamnya. Terlebih karena tahun ini akan ada setidaknya tiga pertemuan tingkat global membahas alam dan lingkungan yang akan mempengaruhi para pemimpin dunia dalam mengambil keputusan dan langkah penting untuk keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan.

Selaras dengan hal tersebut, tidak hanya melakukan kegiatan switch-off, Earth Hour tahun ini memfasilitasi masyarakat untuk menyuarakan harapan dan komitmennya melalui pengumpulan suara online di https://www.wwf.id/voice-planet berjudul “Voice for the Planet”. Tiap individu dapat memilih satu atau lebih isu-isu lingkungan yang menurutnya sangat mendesak yaitu sampah plastik; transportasi dan energi; satwa liar dan hutan; serta air dan pangan. Suara masyarakat yang terhimpun diharapkan dapat menjadi basis dan fokus kerja bagi pemimpin negara dan pembuat keputusan, pemimpin perusahaan, lembaga, serta organisasi dalam merespon berbagai isu lingkungan.

“Kami sangat prihatin dan berduka dengan adanya wabah virus corona di dunia dan di Indonesia. Selain terus berjuang bersama tenaga kesehatan untuk melawan Covid-19 ini, kita juga wajib memaknai musibah ini sebagai pengingat bahwa ketidakseimbangan dan kesehatan bumi kita sudah dalam kondisi sangat memprihatinkan. Tempat tinggal kita ini hanya satu, kita harus serius menyelamatkannya. Melalui partisipasi masyarakat di kegiatan Earth Hour ini, serta peran serta individu melalui platform “Voice for the Planet”, berarti kita sudah membantu pemimpin negara dan dunia untuk dapat menghasilkan keputusan yang mendukung perbaikan kesehatan dan pelestarian bumi serta mewujudkan kesejahteraan untuk seluruh mahluk hidup,” ujar Acting CEO WWF-Indonesia, Lukas Adhyakso.

Relawan Komunitas Earth Hour Indonesia Renny Widyanti mengatakan, “Earth Hour bagi saya berlaku setiap jam, setiap hari, sepanjang tahun. Tekad bersatu untuk melindungi keanekaragaman hayati di Indonesia dan merawat planet Bumi belum pernah sebesar saat ini. Kita harus menjaga momentum ini dan kami anak muda berusaha untuk berkontribusi nyata. Namun, penyebaran virus Covid-19 memaksa kita untuk menghindari pertemuan publik secara massif dan terbuka, sehingga mari berkumpul secara virtual untuk Earth Hour sambil memperbarui komitmen kita untuk planet Bumi tempat tinggal kita”.

“Kita harus saling menjaga rumah satu-satunya yang kita miliki. Mari bergabung bersama saya dan jutaan orang di seluruh dunia untuk menjadikan Earth Hour ini sebagai momen solidaritas kita. Mari angkat suara kolektif kita untuk memastikan masa depan bumi yang lebih bersih, sehat, aman, adil hijau, lestari dan berkelanjutan,” pungkasnya.|WAW-JAKSAT