Sepinya suasana sebuah restoran di Bali sejak terjadinya Pandemi Covid-19/IST

JAKARTASATU.COM – Penyebaran Novel Coronavirus atau COVID-19 belum JUGA terbendung sejak akhir 2019. Karena tak kunjung mereda, maka COVID-19 kini sudah ditetapkan sebagai virus pandemi oleh World Health Organization (WHO). Pandemik yang artinya virus ini menyebar secara luas di berbagai negara dan benua pada waktu yang sama dan mengancam banyak orang di dunia secara bersamaan.

Dus, perilaku manusia di seluruh penjuru dunia pun berubah akibat penyebaran virus ini, termasuk kegiatan jual-beli pada masyarakat, yang berdampak pada sektor perekonomian di seluruh negara. Banyak industri yang terkena imbasnya, termasuk industri F&B, jasa, dan ritel. Berdasarkan data internal Moka, startup penyedia layanan kasir digital untuk lebih dari 30.000 merchant di Indonesia, total penjualan masker wajah di bulan Januari meningkat dua kali lipat dikarenakan penyebaran COVID-19 tersebut. Tentunya hal itu tidak mengherankan, karena masker wajah dinilai dapat mencegah droplets yang merupakan alat transmisi dari virus itu sendiri agar tidak masuk ke hidung dan mulut.

Tetapi di bulan Februari, banyak instansi, salah satunya adalah WHO mengeluarkan pernyataan bahwa akan lebih efektif jika penggunaan masker wajah dikombinasikan dengan mencuci tangan secara reguler dengan air, sabun, dan cairan yang mengandung alkohol, termasuk hand sanitizer. Hal ini menyebabkan hand sanitizer banyak dicari orang dan penjualannya meningkat sebesar 209% di bulan Februari.

Berkebalikan dengan melonjaknya penjualan masker dan hand sanitizer, dampak lain yang paling terasa adalah penurunan pendapatan harian pada industri F&B, jasa, dan ritel. Untuk mengetahui dampak nyatanya, Moka melakukan observasi di 17 kota di Indonesia, terkonsentrasi di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Batam, dan Bali, Moka merangkumnya menjadi beberapa insights berikut ini:

Industri F&B merupakan industri yang paling terdampak. Berdasarkan data internal Moka, untuk industri F&B, dari 17 kota yang diobservasi, sebanyak 13 kota mengalami penurunan pendapatan harian yang signifikan. Dengan total 13 kota terdampak dari 17 kota yang diobservasi, industri F&B merupakan industri yang paling terdampak akibat dari penyebaran COVID-19.

Bali dan Surabaya merupakan dua kota yang mengalami penurunan pendapatan harian yang paling signifikan dibandingkan dengan kota lain dengan masing-masing mengalami penurunan sebesar 18% untuk Bali dan 26% untuk Surabaya. Daerah Jabodetabek juga mengalami penurunan pendapatan harian yang cukup signifikan, namun tidak setajam Bali dan Surabaya. Wilayah yang terkena dampak di daerah Jabodetabek yang paling signifikan terjadi di Depok, Tangerang, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur.

Anjuran dari pemerintah untuk tidak keluar dari rumah guna memperlambat laju penyebaran COVID-19, membuat masyarakat tinggal lebih banyak di rumah, dan juga memberi dampak pada industri F&B. Perubahan perilaku ini menyebabkan peningkatan pembelian makanan yang dibawa pulang (take-away food) meningkat sebesar 7% di bulan Januari hingga Februari 2020.

Sementara itu, industri jasa menduduki peringkat kedua indutsri yang paling terdampak setelah industri F&B. Pada industri jasa, 10 dari 17 kota di Indonesia menunjukkan penurunan pendapatan harian yang signifikan. Lima kota dengan penurunan pendapatan harian paling signifikan adalah Depok, Bekasi, Jakarta Timur, Batam, dan Bandung.

Terakhir, meskipun tidak menjadi sektor industri terdampak Covid-19 besar peringkat satu maupun dua, industri ritel jika dilihat dari persentase penurunan pendapatan harian, maka industry ritel adalah yang terbesar. Industri ritel mengalami penurunan yang terbesar, yakni menurun sebesar 32%.|WAW-JAKSAT