JAKARTASATU.COM – Memantau perkembangan dan sebaran kasus COVID-19 di Indonesia, berinteraksi merupakan bagian dari tugas para tenaga kesehatan (NAKES) yang berada di garis depan.

Membaca berita mengenai tenaga kesehatan yang terinfeksi dan meninggal karena Covid-19, maka kita bisa merasakan penanganan kasus COVID-19 cukup mengkhawatirkan.

Jika sebelumnya sampai (21 Maret 2020) tercatat 25 kasus dari 224 kasus (>10%) di DKI Jakarta adalah nakes, dan sudah ada 7 nakes wafat di medan tugas dari 38 (18%) kematian akibat Covid-19 di seluruh Indonesia, serta lebih banyak lagi nakes yang sudah dikarantina.

Maka di awal April (1/4/2020) Sebanyak 84 nakes di DKI Jakarta dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 hingga Rabu (1/4). Dari 84 nakes yang terpapar virus corona, dua orang di antaranya tengah mengandung.

“Tenaga kesehatan yang positif 84 orang, satu meninggal, dan dua hamil,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia di Balai Kota, Jakarta.

Melihat kondisi memprihatinkan tersebut,, komunitas alumni Fakultas Kedokteran Unpad angkatan 1994, menghimbau  para bapak dan ibu (pemerintah) yang terhormat agar memprioritaskan perlindungan nakes melalui pengadaan dan distribusi Alat Perlindungan Diri (APD) standard ke seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia dengan segera.

Para nakes yang berada fasilitas kesehatan merupakan grup paling rentan terinfeksi oleh virus ini bila tidak dilindungi dengan baik.

“Kami bersama nakes lain memprediksi perang melawan wabah Covid-19 ini akan berlangsung lama. Mereka bukanlah superman/woman yang kebal terhadap virus ini sehingga perlindungan dengan alat yang mumpuni merupakan keharusan,” ujar Ridwan Gustiana mewakili Alumni Fakultas Kedokteran Unpad Angkatan 1994.

Menurutnya, semua tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit, Tim Reaksi Cepat, para petugas surveillance dan case investigator, petugas laboratorium dan semua orang yang berkontak dekat dan pasien Covid-19 harus terlindungi dengan alat perlindungan diri yang baik.

Ibarat tentara yang sedang berperang mereka harus dipersenjatai dan dilindungi dengan baik, bila tidak,  kita akan kalah perang.

“Jangan biarkan kami dan sejawat nakes lainnya berjuang dengan tangan kosong atau pun APD ala kadarnya,” tegasnya.

“Dalam penyediaan APD mohon ada intervensi agar birokrasi untuk pengadaan dipersingkat, juga intervensi pasar agar APD bisa di produksi dan kemudian terdistribusi dengan merata ke fasilitas kesehatan di seluruh wilayah. Upaya mendatangkan APD dari China patut diapresiasi, namun kami yakin kebutuhan APD ini sangatlah banyak dan akan dibutuhkan terus menerus selama wabah berlangsung,” imbuhnya.

Social distancing, locked down, karantina,  dan penguatan semua pilar kesiapsiagaan dan response untuk wabah ini tidak akan maksimal dilakukan bila para petugas kesehatan sebagai garda utama di seluruh wilayah tidak terlindungi dengan perlindungan terbaik.

APD Standard: Pelindung kepala, googles, faceshields, Masker N95,  coverall, gaun habis pakai, sarung tangan pendek dan panjang, sepatu boot karet, cover sepatu dan hand sanitizer.

Semoga pemerintah mau mendengarkan masukan para Alumni Fakultas Kedokteran Unpad Angkatan 1994 yang didukung oleh banyak warganet dalam petisi online mereka tetsebut. |WAW-JAKSAT