JAKARTASATU.COM– Satu hari Umar bin Khattab berdiri dan berkhotbah sesaat baru dilantik menjadi Khalifah pengganti Abu Bakr ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu. Beliau berkata di depan hadirin yang baru membaiatnya menjadi Khalifah:
“Apa yg akan kalian perbuat jika aku melakukan tindakan yang melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya…?”
Tidak ada yang menjawab. Semua mata hanya menatap beliau. Sejurus kemudian beliau mengucapkan kalimat yang sama. Kembali tidak ada yang menjawab, karena semua yang hadir yakin, mustahil beliau akan melakukan hal tersebut. Dan, untuk ketiga kalinya beliau mengulangi pertanyaannya:
“Apa yang kalian perbuat, jika aku sebagai pemimpin kalian melakukan tindakan yang melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya?”
Sontak seorang pemuda berdiri, mengacungkan pedang, dan berseru: “Jika engkau bertindak melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya, maka pedang ini akan kukalungkan ke lehermu!”
Sayyidina Umar bin Khattab tersenyum lega. Alhamdulillah.
Beliau memuji Allah dan bersyukur atas seorang pemuda yang berani mengkontrol tindakannya ke depan, selama menjadi pemimpin tertinggi.
Sangat mengagumkan perilaku Khalifah Umar. Dan, kaum beliau Bani Adiy, pun tidak ada yang kemudian membully pemuda itu dengan mengatakan “ente Radikal, anti Persatuan, Penyebar kebencian” dan lain-lain ungkapan yang kini justru lazim dilontarkan kepada para pengkritik. Di mana manusia zaman ini di mana-mana berteriak bangga:
“Kami Demokrasi, Kami menghormati hak setiap orang untuk bicara.”
Omong kosong!
Sungguh kritik sekeras apa pun yang dialamatkan oleh para pengkritik kepada Penguasa, mestinya DITANGGAPI bukan DITANGKAPI.
Sekali lagi ditegaskan: “Kritik mesti DITANGGAPI bukan DITANGKAPI.”
Kritik dimaksudkan untuk membangun peradaban, dan muncul dari orang yang punya rasa tanggung jawab atas kemashlahatan negerinya. Bukan pengkhianat penjual negara demi ambisi.
Sungguh hebat Pemimpin yg menanggapi kritik dengan memperbaiki kinerja. Itu menunjukkan betapa berkualitasnya sang Pemimpin tersebut. Di zaman modern ini Pemimpin model Fir’aun dan Namrudz yang antikritik tidak akan laku, dan, pasti akan tenggelam dikubur oleh ulahnya sendiri.
*Pendakwah, Ustaz Tengku Zulkarnain