Gedung Pertamina/istimewa

Harga minyak dunia turun sangat drastis. Untuk harga BBM hari ini sampai menyentuh 19 dolar per barel, dengan begitu maka harga minyak lebih rendah atau turun 70% dibanding asumsi APBN RI 2020

Namun kenyataan harga BBM yang berlaku sekarang adalah harga yang berdasarkan pada asumsi harga minyak dalam APBN 2020. Harusnya harga BBM bisa turun 30-50 persen dan tidak lagi perlu disubsidi lagi oleh APBN pada tingkat harga sekarang. Lantas kebijakan Pertamina baru kali ada Komisaris Utama mengumumkan tujuan kebijakan PT Pertamina untuk ojek online (ojol) dinilai sangat Ambigu.

Pada Senin (13/4), Basuki Tjahaja Purnama mengumumkan ada cashback 50 persen maksimal Rp 15.000 bagi 10.000 pengendara ojol per hari, untuk pembelian Pertalite, Pertamax dan Pertamax Turbo. “Dengan aplikasi MyPertamina. Promo berlaku pada periode 14 April hingga 12 Juli 2020. #BerbagiBerkahMyPertamina,” kicau Basuki tersebut.

Sontak sejumlah pihak meresponnya. Berikut kami susun atas kebijakan diskon ala pertamina yang absurd itu, yang semestinya tidak berlaku hanya untuk Ojol saja melainkan semua secara umum.

Dipo Alam/ist

Mantan Sekretaris Kabinet SBY, Dipo Alam mengatakan bahwa pengumuman ini tampak abu-abu dalam menolong rakyat. Dia bahkan menduga ada tujuan lain di balik kebijakan itu, yaitu menolong perusahaan aplikasi jasa transportasi online agar terbebas dari kewajiban sosial pada para mitra. “Kalau memang ingin menolong rakyat, kenapa yang dapat cashback hanya pengemudi ojol? Kenapa pengemudi ojek pangkalan juga tak diberi hak yang sama? Kenapa sopir angkot, atau sopir bis tidak dikasih hal serupa?” ujarnya bertanya-tanya dalam akun Twitter pribadi Dipo, Selasa (14/4).

Menurutnya, jika pemerintah ingin menolong pengemudi ojol, maka cara yang bisa dilakukan adalah dengan membuat regulasi yang meminta agar perusahaan-perusahaan penyedia jasa aplikasi ikut meringankan beban mitranya.

“Bisa melalui penghapusan potongan, pemberian CSR, atau sejenisnya. Jadi, bukan melalui kebijakan abu-abu dari BUMN,” terangnya.

Dipo Alam menilai bahwa perusahaan ojol bukan perusahaan kaleng-kaleng yang beromset kecil. Mereka adalah unicorn yang kerap dibanggakan Jokowi.

“Bukankah perusahaan-perusahaan aplikasi itu kategorinya sudah unicorn dan decacorn. Artinya, bukan perusahaan receh kan?” tegasnyanya.

Yusri Usman, Direktur Eksekutif CERI/FOTO Ewindo

Pernyataan serupa diamini Yusri Usman pengamat Energi dari CERI yang menilai bahwa publik saat ini semakin bingung siapa lagi pejabat yang bisa dipercaya omongannya di negeri ini, ketika sudah 30 hari Sejak Presiden Jokowi telah memerintahkan kepada Menteri terkait untuk mengkalkulasi ulang harga BBM subsidi dan non subsidi, karena harga minyak dunia sudah jauh turun sekitar 66 % selama semester 1 dari asumsi APBN 2020, hal itu dikatakan Presiden dalam rapat kabinet terbatas melalui video conference dengan anggota kabinet Indonesia Maju pada 18 Maret 2020. Yusri memang punya analisa lengkap sehingga dia menyoroti janji dari penyataan Presiden.

“Namun faktanya sampai hari ini belum ada penurunan harga BBM dan LPG oleh Pertamina, termasuk harga jual gas untuk industri sudah dipatok USD 6 per MMBTU mulai 1 April 2020, kenyataannya PGN Tbk dan Pertagas Niaga,” ujar Yusri.

Pernyataan Presiden tak lama berselang kemudian setelah pernyataan Presiden, maka pada 22 Maret 2020, telah direspon oleh Corporate Communication Pertamina Fajriah Usman ke berbagai media mengatakan kalau harga minyak sampai akhir bulan Maret tetap rendah, maka Pertamina akan menyesuaikan harganya, memang lazimnya setiap tanggal 1 awal bulan Pertamina selalu merilis harga BBM terbaru sesuai rata rata harga minyak dan nilai tukar rupiah, begitulah perintah Peraturan Presiden nomor 191 tahun 2014 yang ditanda tangani oleh Presiden Joko Widodo sendiri.

Pasalnya harga jual BBM di sejumlah negara sejak bulan Februari sampai dengan April 2020 telah terkoreksi banyak, tentu wajar kalau publik disini setiap hari bertanya kapan ya Pertamina bisa menurunkan harga BBM, karena harga jual Gasoline 95 (Euro 4) di SPBU Malaysia mematok harga eceran nya Rp 5200,- perliter ( RM 1,2 /liter), sementara Pertamina sampai saat ini masih menjual BBM Pertamax Ron 92 (Diduga belum memenuhi standar Euro 4) dan Ron nya juga dibawah Ron 95, masih dijual seharga Rp 9.000,- perliter, sebaliknya di Amerika saja untuk BBM yang setara Pertamax 92 Pertamina hari ini dijual dengan harga Rp 2.500 perliter. Yusri menilai bahwa Pertamina Bukan Badan Intelijen, Harus Transparan Berapa Harga BBM yang benar.

Jero Wacik dan Rudi Rubiandini (Foto ist)

Soal harga keekonomian BBM mantan Wamen ESDM dari Jero Wacik dan juga mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandi (11/4/2020) bahwa harga yang wajar untuk BBM sejenis Pertamax Ron 92 adalah sekitar Rp 6000,- perliter tentu ada benarnya. Karena harga minyak dunia selama kuartal 1 sudah terkoreksi banyak, bahkan dipasar terjadi anomali bahwa harga produk BBM (bensin) lebih murah dari harga minyak mentah, itu semua terjadi karena sejak wabah corona covid 19 merebak dan banyak negara melakukan lockdown, kegiatan industri, tranportasi darat dan udara banyak terhenti, maka terjadi over suplly produk BBM dari kilang kilang dibanyak negara, bahkan ada analis energy senior di Neuberger Berman Jeff Wyll memprediksi bisa terjadi orang membeli BBM secara gratis,

“Itulah hebatnya dampak pandemic covid19 yang tak pernah dibayangkan oleh para ahli dan semua manusia selama ini, kecuali hanya oleh Yang Maha Kuasa Allah SWT,”jelasnya.

Pengamat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng

Salamuddin Daeng, Direktur Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Saat ini kebijakan tertutup (exlusive) semacam Pertamina berbahaya bagi BUMN. Dikarenakan rawan terjadi korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan. Siapa yang menjamin bahwa kebijakan Pertamina semacam itu tidak menjadi ajang mencari untung pihak pihak tertentu. Aplagi transporrasi online ini adalah perusahaan multinasional. Jika mereka diuntungkan oleh kebijakan maka sangat mungkin mereka memberi imbalan.

“Sebaiknya kebijakan harga BBM itu bersifat inklusive atau terbuka dimana masyarakat secara luas bisa mendapatkannya. Jadi bukan hanya ojol namun juga transportasi lainnya, termasuk transportasi pedesaan, atau usaha usaha angkutan yang mengangkut hasil bumi petani, atau hasil hasil UKM, yang juga harus mendapat perhatian dari pemerintah,” jelasnya.

Mengingat kebijakan penurunan harga BBM niscaya harus terjadi, dikarenakan Harga minyak dunia turun sangat drastis. Harga BBM hari ini menyentuh 19 dolar per barel. Dengan demikian maka harga minyak lebih rendah atau turun 70% dibanding asumsi APBN 2020. Sementara harga BBM yang berlaku sekarang adalah harga yang berdasarkan pada asumsi harga minyak dalam APBN 2020. Jadi harga bbm bisa turun 30-50 persen dan tidak lagi perlu disubsidi lagi oleh APBN pada tingkat harga sekarang.

Lagi pula BUMN pertamina juga sudah melakukan impor BBM langsung dari Singapura, dengan harga yang sangat rendah, untuk Ron 92 (pertamax) sekitar 20-23 dolar per barel atau sekitar Rp.2300 – Rp 2500 per liter. Jika dimasukkan dalam formula harga BBM yang ditetapkan pemerintah maka harga jualnya +2000 + 10% dari harga dasar. Jadi pertamax bisa dijual Rp 5000 per liter. Itu sudah untung.

Pertamini baru saja kontrak impor RON 92 harganya murah banget dilaman spglobal.com sisebut bahwa Pertamina Impor Ron 92 atau pertamax dengan harga 23 dolar/ barel – 28 dolar per barel. Atau setara dengan Rp. 2.314 / liter sampai dengan Rp. 2.817/ liter. “Lumayan banget untungnya kalau dijual di Indonesia seharga Rp. 9000 per liter,” jelas Daeng.

Dikatakan Daeng bahwa lebih penting lagi penurunan harga energi khususnya BBM merupakan strategi kunci dalam menggairahkan ekonomi di tengah kelesuan, mengurangi ongkos produksi, distribusi, dan pembangkit listrik. Ini merupakan kebijakan prioritas melawan pelemahan ekonomi Indonsia yang selama satu dekade terakhir dan merupakan cara agar wabah covid 19 tidak berdampak luas pada ekonomi sektor riil.

“Ada juga yang tidak kalah pentingnya adalah inilah cara pemerintah dan BUMN pada bidangnya masing berempati pada rakyat, patani dan UKM yang tengah sulit oleng keadaan kelesuan ekonomi ini,” tegasnya.

Nah saat ini apakah Pertamina masih akan diam? Atau memang ingin mengeruk keuntungan sebesarnya disaat minyak dunia turun. Sedang Jika minyak dunia naik, pertamina begitu agresif cepat-cepat menaikan harga BBM. Halu…! (EWINDO)