JAKARTASATU.COM – Tagar #indonesiaterserah begitu viral, bukan hanya di linimasa IG, TWITTER, FB, namun Whatsapp juga. Dibalik semua itu, ada yang menarik sebenarnya. Viralnya #indonesiaterserah menarik karena sebuah media besar ternama kita sebuat saja ya TEMPO, memuat di Instagramnya gambar yang bergulir viral juga.
Viral karena gambarnya salah satu tim medis yang keren dengan membawa pesan didadanya yang digambar oleh Perrupa Lulusan FSRD ITB Evy Saefullah ini muncul di IG tempodotco (https://www.instagram.com/p/CAaD_NIAFDc/) yang like gambar itu sampai tulisan ini dimuat 1.740. TEMPO kan dari dulu keren ya tapi sayang semiliar sayang, TEMPO lalai atau bahkan mungkin bisa jadi teledor, TEMPO lupa tak mencatumkan siapa pegambar dan visual itu. Secara objek foto itu foto mungkin jelas, namun Evy Saefullah sudah mentransformasi karya jadi visual yang keren. Keren lainnya karena ada pesannya yang kena dan karya Evy Saefullah disukai banyak publik.
“Saya dapat komentar tiba-tiba di IG, mas, gambarnya ada yang pake di twitter, gak sertain sumber, Saya baru tahu ternyata, #indonesiaterserah di Twitter lagi trending. Sudah lama saya tidak aktif di twitter, saya lebih suka posting karya di IG atau di FB, jadi tidak mengikuti perkembangan info di Twitter. Saya jawab si pemberi info “gak apa, mungkin lupa…”kata Evi pada saya.
#indonesiaterserah itu memang dari visual karya Evy Saefullah menarik. Evi juga tak menyangka jika gambar hasil karyanya menjadi banyak yang pasang.
GAMBAR KARYA Evy Saefullah yang di redesign TEMPO. TEMPO terlalu kreatif mengolah karya gambar orang lain tanpa menyebur credit karyanya. Bagaimana secara aturan jurnalistik? Sayang sekali sekelas TEMPO yang akunnya sudah terVerified melakukan hal yang ceroboh dan lalai./IST
Gambar ini bergulir terus dari mulai di instagram saya, kemudian diupload di twitter oleh seseorang (saya diberi tahu lewat komen di IG), selanjutnya muncul di media mainstream (itu juga info dari netizen yang menandai saya di kolom komentar IG tersebut). Saya mengomentari para pemberi info tersebut, tentang tidak tercantumnya nama saya pada ilustrasinya, saya katakan “mungkin lupa” atau ” sulit kalau sudah reposting” Pada dasarnya saya tak masalah gambar tersebut digunakan tanpa credit pembuat gambarnya, meskipun dalam etika jurnalistik biasanya mencantumkan nama pembuatnya.
“Bagi saya gambar ini adalah bentuk support dan empati saya pada perjuangan paramedis yang dengan kelelahan mereka yang luar biasa, namun merasa “terkhianati” dengan pelonggaran PSBB dan longgarnya disiplin masyarakat untuk tinggal di rumah selama pandemi covid19 berlangsung. Doa saya agar pandemi ini segera berakhir… mereka yang gugur semoga mendapat pahala syahid seperti yang disabdakan Rasulullah dalam haditsnya. Kita yang masih diberi kesehatan, semoga tetap sabar untuk tinggal di rumah,”jelas Evi.
Yang menggelitik pernyataan Evi, bahwa meskipun dalam etika jurnalistik biasanya mencantumkan nama pembuatnya. Disinilah TEMPO kena. Dan TEMPO mestinya memang menyebutkan sumber gambar tersebut, bukan malah di redesign dengan outline kotak putih khas media itu. dan memasukan seorang psikolog klinis Alfath Megawati . Bisa di cek TEMPO dalam Teks IGnya berisi sebagai berikut:
Menanggapi apa yang tengah viral, psikolog klinis di Tiga Generasi Alfath Megawati mengatakan bahwa memang ini menimbulkan suasana yang dilematis dan membingungkan di antara masyarakat. “Di satu sisi disuruh PSBB, tapi tetap mobilisasi kan,” katanya saat dihubungi Tempo.co pada 18 Mei 2020.
Alhasil, masyarakat tentu bereaksi dengan apa yang terjadi. “Sebagai seorang individu di masyarakat, wajar sekali jika kita bersuara dan menyatakan pendapat. Seperti saat ini, kita menyerukan #IndonesiaTerserah itu sebagai ungkapan kekecewaan,” katanya.
#indonesiaterserah#psikolog#masyarakat#reaksi#Indonesia#pandemi#covid19#corona#tempodotco#tempo
ISI DARI IG TEMPODOTCO
Seorang Pengemar sekaligus Kolektor karya Kang Evi, Nuning Hallet menulis di akun FB cukup tegas dan tajam:
Gambarnya kang Evy Saefullah ini viral dimana-mana tanpa menyebut pembuatnya. Viral karena gambarnya keren dan pesannya kena. Tidak hanya mewakili medis, tapi juga team tanggap darurat Covid dan masyarakat yang frustrasi. “Suka-suka kalian lah.”. Semoga gambarnya menjadi amal kebaikan yang berlipat seiring meningkatnya jumlah penyebaran gambar.
Semoga saja Bu Nuning itu yang kita harapkan.
Nah akhirnya apakah TEMPO akan sekadar minta maaf. Saya kira mestinya demikian, Jangan sampai mencatut visual karya orang tanpa menyebut nama karya itu akan jadi hal yang buruk bagi reputasi sekelas TEMPO. Bukankah TEMPO selalu menjunjung nilai luhur karya jurnalistik dan karya seni? (aendra medita)