Djoko Edhi Abdurrahman (Wasekjen DPP KAI, Wasek LP Bantuan Hukum PBNU, mantan Komisi Hukum DPR)./ist

By: Djoko Edhi Abdurrahman (Wasekjen DPP KAI, Wasek LP Bantuan Hukum PBNU, mantan Komisi Hukum DPR).

Sekarang, keluarganya sendiri yang ia udak-udak. Ninik mamaknya. Pemangku Adat Minang, pekan lalu, memecat Ade Armando dari sekutu adat Minangkabau. Ia setara dengan Datuk yang dicabut keanggotaannya tahun 1997. Datuk dicabut keminangannya karena hotelnya jadi ajang narkoba. Datuk juga ditolak masuk buku “Tokoh Minang”. Padahal, Yusuf Wanandi pun kirim duit Rp 30 juta ke redaksi. Tapi ditolak! Kurs waktu itu Rp 2.300.

Adat barsandi sarak, sarak barsandi kitabullah. Itu landasan adat Minangkabau, penjaga norma. Eh, kitabullahnya dihina oleh Ade Armando, maka ia dipecat oleh adat. Pasti dikira si Ade itu semacam gerbong 02 atau Rocky Gerung di politik. Kebanyakan makan duit fitnah, rabun ayam dia.

Tuhan Yang Maha Esa di alas adat Minangkabau itu, terang benderang, seperti dalam konstitusi. Tuhan dalam Preambule adalah Allah Subhanahu Wataala. Dan dalam Pasal 29, UUD 1945, dasar negara adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada masyarakat Minang, adalah Kitabullah, Al Quran. Dinul Islam. Datang si BusserRp Ade Armando, dilegonya Kitabullah itu menjadi tak lebih dari pelecehan struktural, hoax, framiing, hate speech, etc, dihinanya Islam habis-habisan, ditandai oleh adat. Maka dipecat. Bikin malu urang awak. Kalau di Madura, dikata orang, halal darah si Ade, seperti diserukan Ra Fuad Amin soal pelengseran Gus Dur: Halal Darah Amien Rais di sini! Sayang Amen Rais tak ke Madura.

Tak urung Gamawan Fauzi, mantan Bupati Solok yang berpangkat datuk, menulis kemarin, mengajari si BussrRp. Bagus tulisannya: tentang antropologis Rumah Gadang yang dihinakan BusserRp.

Ketika dipecat, melawan si busserRp Ade Armando, ia mempertanyakan kekuasaan organisasi adat Minang. Saya belum baca tuntas argumen si Ade, padang badangkiak itu. Argumen itu kemudian dilaporkan ke polisi oleh lawyer adat karena mengandung unsur pidana, pelanggaran UU ITE dan KUHP

Kenak deh Armando. Sebab itu bukan wilayah buserRp. Tak ada politik. Itu wilayah adat minang, yang faktanya junjungannya si Jokowi hanya dapat 16% di Minangkabau pilpres lalu.

Mana ngerti si Ade Armando adat recht. Ia harus buka Sardjono Sukanto, Teerhar, Van Vollenhoven, etc. Tapi itu bukan domain dia. Itu hukum adat, Ade komunikasi. Hukum adat, tak berada di bawah hukum positif. Apalagi adat Minang yang matriarkar, lahir dari kekuasaan seorang ibu dari Gunung Marapi, di bawah aturan main Rancak Sio Gadang. Kini, anak bininya berkubur pun tak jelas di mana di tanah Minang.

Kali ini, Ade yang dibenci seluruh civitas Universitas Indonesia itu, kenak fatal. Ia tercerabut dari akar-akar antropologisnya, dibuang dari sukunya, tamat seperti syair Chairil Anwar: binatang Jalang // dari kumpulannya terbuang.***