Saya coba jawab pertanyaan yang jadi judul artikel Bung Asyari Usman: Mengapa Status tersangka said Didu dicabut.
Dengan dicabutnya kembali status tersangka Said Didu, berarti benarlah deduksi (simpulan sekejab yang mendahului fakta pembuktian) saya selama ini. Telah terjadi perubahan peta cukup signifikan di internal kepolisian. Tiga kubu yaitu Tito, BG dan Syaf, sudah turun panggung.
Entah gimana ceritanya. Sekarang hanya dua yang mengerucut. Pertama, Kubu pro keseimbangan internal (di dalam kepolisian) dan eksternal kepolisian (berbagai instansi dan elemen di luar kepolisian) yang dimotori Kapolri Idhaam Azis, dan kubu wong Solo(diehard pro Jokowi) yang dimotori Kapolda Jateng dan Kabareskrim.
BACA:Mengapa Polisi Membantah Status Tersangka Said Didu?
Mengapa kok bisa status tersangka Said Didu dicabut? Nah di sinilah menariknya konstalasi internal kepolisian sekarang ini. Meski kubu pro keseimbangan dan wong solo diehard Jokowi punya agenda strategis yang bertentangan, namun dalam menyikapi Said Didu justru satu.
Keduanya mencegah terjadinya pembusukan di internal kepolisian maupun dalam skala politik nasional. Bedanya, kalau kubu wong Solo semata karena takut ada gelombang yang akan menghempas Jokowi. Yang pro keseimbangan punya pertimbangan jauh lebih rasional. Bukan untuk melindungi rejim, tapi tidak ingin terjadi anarki di tingkat atas maupun bawah, yang dalam jangka panjang merusak integritas polisi. Yang berarti juga menuju pelemahan sistem kenegaraan.
Pertanyaannya adalah, apakah kelompok pro keseimbangan sekadar anomali pribadi Idham Azis semata, atau Idham yang kebetulan sekarang Kapolri, sejatinya hanya merupakan personifikasi dari kekuatan senyap di kepolisian yang mana masih banyak perwira yang berjiwa nasionalis dan religius. Yang terpaksa tiarap di era kejayaan Tito, BG dan Syaf. Tapi kemudian menemukan momentum kemunculannya dengan terpilihnya Idham jadi Kapolri?
Sebab kalau kemungkinan pertama yang benar, maka kelompok pro keseimbangan akan berakhir kiprahnya seiring pensiunnya Idham. Namun jika kemungkinan kedua yang benar, maka akan muncul calon jajaran pimpinan baru Polri di pusat maupun daerah pasca Idham yang merupakan personifikasi cara pandang kubu pro keseimbangan.***
Hendrajit, pengamat Politik GFI