DIN SYAMSUDIN / FOTO AME-JAKSAT

JAKARTASATU.COM – SEJUMLAH tokoh dan akademisi nasional hadir dalam rencana persiapan sebuah gerakan masyarakat untuk menyelamatkan Indonesia yang saat ini di tengah ketidakpastian yang terjadi. Adalah Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Kelompok ini menyatakan diri akan menyelamatkan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) dimana pertemuan berlangsung di sebuah rumah makan Jalan Fatmawati Cilandak, Jakarta Selatan pada Ahad (2/8/2020) sore.

Mereka sepakat untuk membentuk koalisi yang akan gencar memberikan kritik terhadap pemerintah saat ini. Tak ada pernyataan resmis secara lengkap, namun rencananya KAMI akan mendeklarasikan sebagai sebuah organisasi independen pada tanggal 17 atau 18 Agustus 2020 di Tugu Proklamasi sebagai simbol dan upaya untuk mengembalikan arah negara sesuai dengan jalan yang telah ditetapkan oleh para pendiri bangsa. Intinya kembali kepada UUD 1945.

Dalam pertemuan ini sejumlah tokoh menyampaikan paparan secara sekilas ada secara hukum ekonomi, politik dan lainnya.

Bagian puncak Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin tegas menyatakan bahwa semuanya bersepakat Indonesia sedang karam. Sehingga, butuh gerakan dari kelompok tertentu untuk bisa bangkit kembali.

“Kita bersetuju dan bersepakat kapal besar Indonesia telah goyang dan hampir karam. Maka perlu anak-anak bangsa bangkit bersama untuk penyelamatan,” ujar Din.

Din juga mengatakan menyelamatkan Indonesia adalah menyelematkan jutaan mulut yang butuh makan, karena mereka tidak lagi punya apa-apa untuk dimakan.

Termasuk, menyelematkan jutaan keluarga yang menderita karena kepala keluarga terpaksa berhenti bekerja dan harus berada di rumah, sementara kebutuhan bersama keluarga sangat tergantung kepada penghasilan hari itu. Anak-anak sekolah dengan online, namun kebutuhan pulsa kuota sampai tak diprhatikan negera.

Ditambahkan Din bahwa ini gerakan moral ini bisa menjadi sebuah jalan alternatif untuk memberi masukan yang baik bagaimana berbangsa dan bernegara dengan meninggalkan berbagai kepentingan politik yang membuat negara ini tersandera dalam kepentingan kekuasaan.

“KAMI, saya anggap sebagai gerakan moral lintas agama, suku, profesi, kepentingan politik. Kita bersatu bersama-sama melalui gerakan moral menyelamatkan Indonesia dari kesulitan ekonomi, dan banyak hal lain,” paparnya.
Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh politik, mulai dari akademisi Rocky Gerung, mantan Ketua PP Muhamadiyah Din Syamsudin, Jumhur Hidayat, Ahmad Yani, Pengamat Hukum  Refly Harun, mantan Wakil Ketua KPK Abdullah Hehamahua, Said Didu, perwakilan NU Garis Lurus, MS. Kaban, Said Didu, Muhammad Sidik, Anthony Budiawan, Ichsanuddin Noorsy, Muchsin Al-Atas, M. Hatta Taliwang, Mirah Sumirat, Tedjo Edhy, dan Edwin Soekowati, nampak juga terlihat Sri Bintang Pamungkas dll.

Acara memang minus Gatot Nurmantyo, Rizal Ramli, Kwik Kian Gie dan juga Racmawati Sukarnoputri. Namun Din menjelaskan bahwa mereka, Gatot Nurmantyo, Rizal Ramli, Kwik Kian Gie dan Rachmawati Sukarnoputri telah berkomunikasi dan mendukung acara ini.

Pihak yang punya acara Ahmad Yani, Adhie M. Massardi, Eko Suryo Santjojo, Moh. Jumhur Hidayat dan Syahganda Nainggolan adalah pengerak acara.

Ahmad Yani saat membuka acara dan acara di pandu Syahganda mengatakan, saat ini di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Indonesia semakin mengalami keterpurukan. Bahkan, pemerintah disebutnya sudah tak menjalan cita-cita nasional telah jauh dari arah yang benar. Karena itu menyelamatkan Indonesia adalah meluruskan bangsa kembali jalannya sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, sebagaimana yang telah disepakati para pendiri bangsa ini,” jelasnya.

Ditempat terpisah, pengamat geo politik Hendrajit berpandangan atas gerakan KAMI ini
saya setuju pada sebuah diktum: lebih baik ada gerakan daripada tidak ada sama sekali. Tapi yang namanya gerakan yang jelas filosofi dan konsepsinya, gerakan banyak ragam dan variannya.

“Gerakan satu orang pun kalau konsepsi dan filosofinya jelas, bisa sistemik dampaknya. Edward Snowden dan Julian Assange praktis sendirian. Tapi dampak kerusakannya buat pihak lawan sangat sistemik. Buktinya NSA dan CIA terpaksa menata ulang modus lamanya,” jelasnya.

Ditambahkan Hendrajit jadi membangun dan menyusun sebuah pergerakan, bukan soal menyusun kumpulan atau kerumunan orang belaka. Bahkan bukan soal menyusun aksi massa. Melainkan menyusun barisan atas dasar kejelasan ideologi, jaringan terorganisir dan membangun sebuah komunitas yang solid.

“Bersabar dalam menyusun barisan, itupun bagian sebuah gerakan. Yang saya tangkap dari atmosfer pertemuan di Gudeg Kendil Fatmawati siang tadi, hanya sekadar forum kumpul-kumpul teman-teman lama yang itu-itu saja. Tak ada spirit untuk memperluas spektrum dukungan politik. Perlu gerakan dari berbagai komponen bangsa yang lebih luas dan beragam atas dasar KIK. Kreatif, Inovatif dan Kritis,”pungkasnya.

|aen / FOTO-FOTO AME jaksat