by Tarmidzi Yusuf
Pegiat Dakwah dan Sosial

ADA fenomena menarik pilkada di Kota Medan, Tangerang Selatan dan Kabupaten Bandung. PKS “terkunci”.

Semula santer beredar di Kabupaten Bandung pasangan Gungun Gunawan Wakil Bupati Bandung periode 2015 – 2020 dan Syahrul Gunawan yang diusung PKS dan NasDem sebagai Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati 2020 – 2025. Secara mengejutkan, PKS ditinggal sendirian oleh Demokrat dan Nasdem dengan mengusung Dadang Supriatna dan Syahrul Gunawan.

Demikian pula dengan Kota Tangerang Selatan. Pasangan Siti Nur AzizahRuhamaben sebagai Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota yang diusung Demokrat, PKB dan PKS. Tiba-tiba berubah menjadi Siti Nur Azizah – Azmi Abu Bakar koalisi Demokrat, PKB dan PSI. Lagi-lagi Demokrat meninggalkan PKS.

Apakah bagian dari skenario memecah kongsi PKS dan Demokrat di Pilkada Kota Medan dengan memancing Demokrat mengunci calon PKS di Pilkada Kabupaten Bandung dan Kota Tangerang Selatan?

Santer terdengar Pilkada Medan Demokrat dan PKS mengusung Akhyar Nasution Plt Walikota Medan melawan menantunya Jokowi, Bobby Nasution yang diusung PDIP, Gerindra, Golkar dan partai lainnya.

Ada yang ingin Pilkada Medan seperti Pilkada Solo. Calon tunggal. Akhyar Nasution calon kuat yang bisa mengalahkan menantunya Jokowi. Tentu saja Jokowi tidak mau dipermalukan ketiga kalinya di Medan.

Berdasarkan rekam jejak Jokowi sendiri kalah di Pilpres 2014 dan 2019 di kota Medan. Termasuk Djarot Saiful Hidayat kalah di Medan ketika bertanding melawan Edy Rahmayadi pada Pilgub tahun 2018.

PKS benar-benar ‘terkunci’ atau ‘dikunci’? Praktis di Tangerang Selatan dan Kabupaten Bandung tidak bisa mengajukan calon sendiri karena kurang dari 20%. Harus berkoalisi dengan partai lain. Sementara partai lain tiba-tiba ‘menelikung’. PKS tinggal sendirian.

Ada dugaan PKS ‘dikerjain’. Partai satu-satunya oposisi Jokowi ditinggal secara menyakitkan. Benarkah ada permainan dan operasi senyap yang dilakukan untuk menjegal calon PKS pada Pilkada 2020? Apakah ada hubungannya dengan Pilkada Medan? Memecah koalisi Demokrat dan PKS.

Siapakah yang diuntungkan dari ‘terkuncinya’ PKS pada Pilkada Kabupaten Bandung dan Tangerang Selatan? Tentu saja Golkar yang paling diuntungkan.

Pilkada Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bandung diperkirakan diikuti tiga pasangan calon. Tangerang Selatan Golkar dan PAN mengusung duo Golkar, Benyamin Davnie Wakil Walikota saat ini berpasangan dengan Pilar Saga Ichsan anak Ratu Tatu Chasanah Bupati Serang.

Dua calon lainnya diusung PDIP dan Gerindra. Muhammad Sekda Tangerang Selatan berpasangan Rahayu Saraswati keponakan Prabowo Subianto dan Siti Nur Azizah anak Ma’ruf Amin berpasangan dengan Azmi Abu Bakar yang diusung Demokrat, PKB dan PSI.

Sedangkan 3 pasangan dari Kabupaten Bandung adalah Kurnia Agustina istri Bupati Bandung saat ini, Dadang Naser, berpasangan dengan Usman Sayogi dari Gerindra.

Selanjutnya adalah pasangan Dadang Supriatna – Syahrul Gunawan yang diusung Demokrat dan Nasdem. Terakhir, calon yang diusung PDIP dan PAN Yena Iskandar Ma’soem dan Atep mantan pemain Persib.

Melihat paket pasangan dan partai pengusung kemungkinan jika PKS tidak bisa mencalonkan kadernya suara PKS akan ‘dialihkan’ untuk Benyamin Davnie dan Pilar Saga Ichsan di Tangerang Selatan. Sedangkan di Kabupaten Bandung suara PKS beralih ke pasangan Kurnia Agustina dan Usman Sayogi.

Pasangan Golkar dan Gerindra yang paling diuntungkan dari ‘terkuncinya’ PKS. Kemungkinan besar pasangan Benyamin Davnie – Pilar Saga Ichsan dan Kurnia Agustina – Usman Sayogi menang. Dua pasangan tersebut bagai dapat ‘durian runtuh’ dari terkuncinya PKS.

Rasanya sulit bahkan tidak mungkin PKS mendukung calon yang diusung PDIP, PSI dan NasDem.

Masih ada waktu bagi PKS untuk membuka ‘kunci’ dari jebakan dan operasi senyap.

Wallahu’alam bish-shawab.

Antara Bandung dan Tangerang Selatan, 16 Dzulhijjah 1441/6 Agustus 2020