
#CATATANJAKARTASATU
Tulisan ini harusnya dibuat Kamis malam atau Jumat pagi. Namun sibuknya baru reda. Jadilah tulisan soal Risalah Enteng-entengan dari Amien Rais dimana kasih pilihan
kepada Pak Jokowi: Mundur atau Terus ini saya munculkan di Ahad ini.
Kita tahu Prof. Dr. M. Amien Rais adalah tokoh refeormasi 1998. Amien Rais adalah sebagai maskot dana sejarah yang berhasil membangun reformasi dan menjadikan Presiden Suharto saat ini lengser. Siang itu di Kamis, (13/8) di Pulau Dua Senayan Jakarta, Marwan Batubara selaku Direktur Indonesia Resourches Studi (IRES) membuka acara. Risalah berjudul Risalah Enteng-etnegan “Pilihan Buat Pak Jokowi: Mundur atau Terus” M Amien Rais.
Sebuah pernyataan sikap Amien bagi Presiden Jokowi. Sebuah paparan 50 halaman yang dalam dimana didalamny ada 13 topik. Sebuah sikap Amien Rais dalam kontekas keadaan saat ini.
Sejumlah hal di bedah dan Amien membuka tabir semua. Topik meraik dan inilah yang sebenarnya mengkhawatirkan dari mulai Bangsa Indonesia Dibelah; Memberi Angin Kebangkitan Komunisme; Politik Lebensraum China; Otoriterisme Makin Pekat; Oligarchi Makin Subur; Tunduk pada Mafia, Taipan dan Cukong; Nepotisme Tanpa Etika; Ekonomi Semakin Suram; Pengelolaan SDA yang Terang-terangan Menentang Pasal 33 UUD 1945 dan Menabrak Aturan Perundang-undangan yang Ada; Pendidikan Carut Marut; Kegagalan Reformasi Kesehatan dan Penanganan Covid19; Penerapan Psikologi Ketakutan serta Masa Depan Papua Barat dan Papua.
Amien adalah intelektual yang berkebangsaan luhur, mantan ketua PP Muhammdiyah ini memang sikapnya keras dan tegas jika urusan kebangsaan. Amien Rais membuka risalah mengatakan, bangsa Indonesia akan merayakan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang ke-75. “Sudah seharusnya, kita bangsa Indonesia melakukan kritik dan koreksi atas perjalanan bangsa secara jujur, berani dan seobyektif mungkin,” katanya.
Dalam catatan buku itu ia beberka semua secara detail. Ia bedah semua hal dengan catatan yang mengelitik dan memberikan pencerahan untuk koreksi atas kejadian bangsa saat ini.
“Saya membaca perkembangan kehidupan politik, sosial, ekonomi, penegakkan hukum dan kehidupan moral bangsa terus mengalami kemerosotan. Padahal, kehidupan yang tidak memiliki pijakan kokoh di atas akhlaq atau moralitas atau etika — dapat dipastikan akan meluncur ke bawah. Tidak mustahil pula, proses kemerosotan multidimensional itu membuat semakin redup kehidupan bangsa kita. Menjadikan bangsa Indonesia, seolah tanpa masadepan,”papar Amien.
Data dalam buku itu Amien sampaikan dua opsi pilihan buat Jokowi. Pertama, turun secara sukarela — karena tidak punya kompetensi menjadi presiden di pergantian abad dan milenium dewasa ini. Kedua, terus — tapi banting stir kebijakan nasional di segala bidang yang berasas Pancasila, UUD 1945 — melanjutkan tradisi dan perjuangan serta pengorbanan para founding mothers dan founding fathers.
Sore itu belum puas di Pulau Dua Senayan saya meluncur ke rumah Amien Rais seputaran Gandaria Jakarta Selatan. Saya dan Kang Tjahja Gunawan (wartawan senior) sudah ditunggu sama ketua wartawan senior Jawa Barat Imam Wahyudi yang juga pernah menjadi anggota legislatif. Kang Imam meminta kami meluncur ke Rumah Pak Amien. Kang Imam sangat dekat dengan Amien Rais. Sampai akhirnya sore-sore kami pun dipertemukan dengan Amien Rais. Pertemuan saya dengan Amien ini untuk yang kesekian kalinya. Namun ada yang khusus dengan Pak Amien ini, pada tahun 1998 saya sempat membawa wartawan radio Netrheland berjumpa Amien di Bandung tepatnya di kantor PP Muhammadiyah Bandung.
Pertemuan itu menarik, sebelum bertemu Pak Amien Rais kami sempat di suguhi kopi pandeglang sama staf pak Amien dan, siapa sekarang yang belum Ngopi Pagi yuk ah..biarlah soal pernyataan Amien Rais ke Joko Widodo itu…apakah seampuh reformasi dulu 1998 ke Suharto? Kita tak tahu…
@AENDRAMEDITA