Saifullah Yusuf (Gus Ipul) Foto: Antara

JAKARTASATU.COM – Jadi menteri sudah. Wakil gubernur juga sudah. Sekarang nyalon walikota. Di partai merah pernah. Di partai hijau malah jadi sekjennya. Ketua GP Ansor juga pernah. Salah satu Ketua juga di PBNU sekarang. Komplit plitttt.

Mungkin satu-satunya di dunia atau paling tidak di indonesia, mantan menteri dan mantan wakil gubernur 2 periode mau nyalon walikota? Itulah Gus Ipul.

Ditinjau dari sisi ambisi bisa jadi orang berpersepsi Gus Ipul itu orang ambisius jabatan sampai jabatan apa saja kalau disodorkan hooh aja..tapi hal ini bisa dibantah.

Secara psikologis orang ambisius dikategorikan orang dengam tipe A yaitu orang yang high achiever atau orang yang tinggi harapannya. Jadi kalau Gus Ipul orang yang ambisius seharusnya dia hanya mau kalau jabatan berikutnya adalah jabatan yang lebih tinggi atau minimal sama dari jabatan sebelumnya.

Kesimpulan sederhananya kalau Gus Ipul orang ambisius sejati seharusnya dia tidak mau ditawari jabatan walikota karena sebelumnya pernah jadi wakil gubernur.

Apa yang kau cari Gus Ipul

Patut diduga awalnya Gus Ipul juga tidak terpikir nyalon walkot Pasuruan. Pertama, walkot
jabatan yang bukan kelas buat GI. Kedua, GI kalau tidak salah lagi asyik mimpin sebuah usaha bisnis di kabupaten Pasuruan. Ketiga, jabatan walkot Pasuruan jatahmya aktivis PKB atau NU di Kota Pasuruan.

Lha terus kenapa GI harus tampil? Jawaban khas santri lebih gampang. Takdir! Saya bayangkan para pimpinan elit PKB di wilayah dan pusat berhitungnya begini.
Ini kota Pasuruan. PKB menang mutlak. Tapi walikotanya bukan dari PKB. Baru terjadi sejak reformasi.

Calon walkot PKB sebelumnya yang incumbent kalah karena ada kasus aib besar. Anaknya tersandung narkoba. Sekarang tidak boleh kalah lagi. Tapi siapa yang pantas dan layak plus harus menang melawan incumbent? Diubek ubek kader PKB dan NU di kota Pasuruan tidak ketemu.

Konon cucu Mbah Kyai Hamid digadang-gadang maju tetapi belum berkenan. Sementara lawannya incumbent yang relatif tidak punya kasus besar seperti sebelumnya. Jelas
mengalahkan incumbent yang tidak bermasalah besar tentu lebih sulit dibandingkan dengan yang bukan incumbent. Calon walkot dari PKB harus di atas kertas menang dari icumbent. Syaratnya tokoh yang dikenal luas di basis warga NU. Tidak ketemu. Lalu muncullah nama Gus Ipul. So what Gus Ipul?

Kalau nanti GI terpilih benar benar luar biasa. Kenapa? Bupati kabupaten Pasuruan dan
Walikota Pasuruan adik kakak. Peristiwa langka. Tapi apa yang salah? Tidak ada. Kalau dilihat dari sisi bahwa semua orang berhak dipilih dan memilih. Namun kalau dari sisi pengkaderan kepemimpinan jelas ada yang stuck di situ. Seolah se kota pasuruan tidak ada kader PKB dan NU yang mampu menjadi kandidat mengalahkan walkot incumbent yang dari partai banteng.

Mungkin ada yang membantah. Ada kok kadernya dan diusulkan tapi tidak mendapat
persetujuan DPP PKB. Lagi lagi ini soal ketokohan. Yang ada sepertinya belum dianggap
mumpuni ketokohannya. Bila dipaksakan malah bisa kalah lawan incumbent.

Yag menarik kalau GI jadi walkot adalah potensi terjadinya kolaborasi dan sinergi yang baik antara kabupaten dan kota pasuruan. Kakak dan adik walikota dan bupatinya. Mustinya pemanfaatan sumber daya di satu nama kota dengan dua teritori dapat dioptimalkan.

Kabupaten Pasuruan yang lebih luas wilayahnya dan juga lebih besar sumber dayanya bisa
mengangkat kota Pasuruan yang lebih kecil dari aspek wilayah dan APBD nya. Tapi pasti tak segampang itu kalau soal birokrasi. Secercah harapan dengan figur GI yang supel rasanya masih bisa untuk cari akal bagaimana “menyuruh” adiknya berbagi soal sumber daya ini.

Figur GI yang ramah dengan semua orang tidak hanya secara politik dan keumatan mulus dapat diterima namun lebih dari itu diharapkan mampu menarik investasi dan juga mengadopsi ide ide kreatif yang bisa membuat kota pasuruan lebih maju dan terangkat eksposurmya di tingkat propinsi dan nasional.

GI dan kota RAHMAT

Inilah saatnya GI sebagai tokoh NU dan PKB membuktikan kemampuan pemimpin santri membangun kota yang relijius dan maju. Masih sering menjadi stigma kota santri jarang yang maju pembangunan ekonomi dan masyarakatnya.

GI dengan segudang pengalaman organisasi dan menjadi wagub jatim 2 periode seharusnya tidak memulai dari nol atau gigi satu kalau nanti terpilih menjadi walkot Pasuruan. Bisa langsung gaspol mulai dari aspek perencanaan sampai eksekusi.

GI sangat diharapkan mengubah wajah kota santri Pasuruan menjadi kota yang RAHMAT (Relijius, Amanah, Maslahat). Kota Relijius
Kota Pasuruan yang relijius jelas sekali. Dengan figur kewalian Mbak Kyai Haji Abdul Hamid, Pasuruan seantero nusantara sudah sangat mengenalnya.

Masjid Jamek Al Anwar juga patut dikembangkan menjadi obyek wisata relijius dengan jamaah sholat subuhnya yang konon terbanyak di seluruh Indonesia. Lebih dari itu masih banyak hal yang bisa dikembangkan dari terminologi kota santri dan wali ini menjadi kegiatan event besar yang mendatangkan banyak keuntungan dari aspek ekonomi dan sosial.

Kota Amanah
Tentu ini tentang bagaimana GI nanti bila terpilih mengelola pemerintahan dengan khas doktrin santri sesuai yang dicontohkan Rasululllah SAW. Amanah dalam makna kekinian adalah reliable dan accountable. Dapat diandalkan kapabilitasnya juga sekaligus akuntabel, bersih terbuka bebas prakktek KKN yang terlarang.

Soal ini GI jauh lebih paham. Jangan sampai kepleset saja.
Dari kota Pasuruan dengan GI sebagai pemimpinnya diharapkan menjadi contoh keamanahan manajemen pemerintahannya.

Kota Maslahat
Jelas GI sangat diharapkan membawa manfaat besar. Malah ekpektasi kepada GI dipatok jauh lebih tinggi dibanding walkot walkot sebelumnya. Punya darah biru keturunan langsung pendiri NU plus pengalaman seabrek di ormas dan pemerintahan sepertinya tidak tersisa ruang untuk gagal bagi GI. Warga Pasuruan sudah lama gemes melihat keterbelakangan kota Pasuruan.

Cukup dengan lewat saja terasa bedanya untuk membandingkan keterbelakangan kota Pasuruan dengan kota tetangga. Lihat saja dari sisi kebersihan, tata kota, RSU nya, sekolahnya, dll. Rasanya dilihat dari segala aspek kota pasuruan ketinggalan dibanding dengan kota tetangga yang jauh lebih bersih, tertata, makmur, berkembang.

Kota Pasuruan yang maslahat juga dapat bermakna spiritual dari kota ini GI bisa saja punya program rutin DO’A PADAMU NEGERI oleh para habaib dan masyaikh yang bisa diekpos secara nasional. Kalau figur GI yang supel dan super tidak mampu membuat kota Pasuruan menjadi kota RAHMAT yang SUPER, lalu untuk apa GI mau nyalon walkot Pasuruan yang sebetulnya bukan maqomnya lagi.
Allahu A’lam bisshowab

Nurudin Hery Kustanto, Mantan Pengurus KNPI Kota Pasuruan
Profesional Media Televisi di Jakarta