Sejumlah sumber menyebutkan Kopi geisha dari Panama ini mulai merangkak menuju puncak popularitasnya sejak tahun 2004. Perlahan tapi pasti kopi geisha akhirnya mencapai puncak dunia perkopian di mana pada tahun 2018 kopi geisha ini menjadi kopi termahal di dunia. Karena popularitasnya dan semakin membuat banyak penikmat kopi di seluruh dunia berburu mencarinya makan kopi geisha makin dicari.
Istilah “Geisha”, di Jepang berarti wanita penghibur kelas atas. Ternyata banyak informasi yang menjelaskan kalau semula kopi ini bernama Gesha yang diambil dari nama sebuah distrik di Ethiopia di mana kopi ini berasal. Menurut cerita, biji kopi dari Ethiopia ini dibawa oleh para pedagang kaya masuk ke Panama melalui Kosta Rika pada tahun 1960-an.
Menurut kawan saya, bahwa kopi ini jadi rebutan dunia. Saya baru dapat impor katanya. Aroma wangi yang agak seperti melati, meki kita tahu bahwa arbica ada asam dan di kopi geisha sangat lembut samar-samar rasa peach, mangga, dan jeruk. Kalau peminum kopi sejati tahu. Dan ini akan ada di kelas-kelas kafe yang berkelas.
Lalu saya telusuri mbah google kopi ini memang banyak ditemukan di Perkebunan Hacienda La Esmeralda dimana yang pertama memasuki kompetisi kopi dunia dengan membawa kopi geisha pada tahun 2004. Perkebunan ini menjuarai beberapa kategori hingga akhirnya menjadi Produsen Kopi Terbaik Panama pada tahun 2017. Toni telah memberi warna baru dari kisahnya untuk saya. Untuk ketemu Toni agak sulit karena dia setiap waktu jalan-jaln terus ke para petani di seluruh tanah air. Ia kini dikenal sebagai pemasok kopi hampir seluruh cafe di Jakarta. Wah hebat emang Toni ini.
Saya jadi ingat kawan saya juga penulis buku The Road to Java Coffee Prawoto Indarto yang mengisahkan kisah kopi secara hakiki. Dalam buku buku The Road to JAVA Coffee yang fenomena itu, ia mengisahkan bahwa yang menarik Prawoto menyebutkan Priangan Sang Legenda dalam konstelasi industri kopi dunia, peran Pulau Jawa, khususnya Priangan, tidak mungkin dihilangkan. Priangan, kini Jawa Barat, adalah rumah bagi lahirnya legenda sekaligus ikon industri kopi dunia, Java coffee. Sejarahnya sempat ‘terkubur’ karena peristiwa luar biasa yang saya sebut sebagai Java effect. Akibat serangan penyakit karat daun (hemileia vastatrix) seluruh perkebunan kopi Arabika di Jawa dan Ceylon (srilanka) luluh lantak yang mendorong evolusi besar di industri kopi dunia. Produsen kopi Arabika mulai bergeser dari Asia ke Amerika Latin, Amerika Tengah dan Kepulauan Karibia.
Di Jawa, Priangan sebagai salah satu kebun kopi Arabika tertua di dunia mulai beralih ke tanaman teh. Tananam kopi mulai bergerak ke arah timur pulau Jawa dengan jenis tanaman baru, coffea canephora var. robusta, atau popular disebut kopi robusta. Negeri yang dikenal sebagai salah satu lokasi paling penting dalam proses penyebaran benih kopi Arabika di benua Amerika termasuk Kepulauan Karibia ini, lalu beralih menjadi produsen dan eksportir kopi Robusta dunia.
Memasuki awal abad 19, Priangan lebih dikenal sebagai wilayah penghasil teh kelas dunia. Dengan kontribusi sekitar 70 persen produksi the Indonesia, secara perlahan, bayang-bayang Priangan sebagai kebun kopi tertua di dunia itu mulai tereliminasi dari peta industri kopi dunia, bahkan industri kopi nasional.
Secara legal kopi baru ditanam kembali di Jawa Barat (Priangan) sekitar tahun 2001 setelah ada kesepakatan bersama antara masyarakat di sekitar hutan lindung yang tergabung di dalam “Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)” dengan pihak Perhutani melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Sehingga di masa penanaman ulang ini, sekitar 90 persen tanaman kopi di Jawa barat tumbuh dan dibudidayakan di area Perhutani serta dipasarkan dengan nama Java Preanger coffee. Itu jelas sekali Prawoto menulis di buku itu dan Alhamdulillah saya punya bukunya itu.
Asal Usul Kopi
Dari semua legenda dan literatur, Ethiopia disepakati sebagai tempat asal mula tanaman kopi ditemukan. Minuman yang sempat memperoleh predikat sebagai ‘Anggur Arab” tersebut akrab dengan peradaban masyarakat muslim di era kekhalifahan.
Kisah Khaldi dan kambingnya.
Cerita gembala Khaldi bersama kambing-kambinnya yang menari-nari riang gembira selalu menjadi awal ketika orang di seluruh dunia membicarakan kopi. Konon pada suatu hari, Khaldi melihat kambing piarannya melompat-lompat kegirangan. Usut punya usut, di bawah tanaman asing Khaldi melihat kulit buah beri merah yang terkelupas. Rasa penasaran mendorong Khaldi untuk makan buah tersebut. Sehabis makan buah tersebut, Khaldi merasa segar dan bersemangat. Kisah Khaldi dan kambing peliharaannya lalu berkembang menjadi cerita yang berkembang menjadi legenda awal tanaman kopi mulai ditemukan. Cerita ini mengalir seiring penyebaran kopi diseluruh dunia. Namun sejak abad 18, Java adalah kata yang selalu disebut bila orang di dunia membicarakan kopi.
Kisah Omar, Tabib dari Mocha.
Selain Khaldi, cerita kopi juga sering menyertakan kisah Ali bin Omar al Shadili, yang biasa dipanggil Omar, seorang sufi sekaligus tabib yang hidup di Mocha, Yaman.
Omar adalah tabib yang memadukan tindakan medis dengan doa. Hampir segala penyakit bisa disembuhkan dengan cara itu sehingga Omar menjadi tabib terkenal di kota Mocha. Namun penguasa idak suka dengan popularitas Omar. Segala daya upaya dilakukan untuk menjatuhkan Omar, termasuk melemparkan ‘hoax’ bahwa Omar telah bersekutu dengan setan dalam usaha menyembuhkan penyakit para pasiennya. Akhirnya Omar diusir dari kota dan tinggal dalam sebuah gua di luar kota Mocha.
Saat lapar mendera, Omar menemukan tanaman semak, penuh dengan buah beri berwarna merah. Omar berpikir buah tersebut sebagai tanda penyelamatan dari Tuhan. Untuk mengusir rasa lapar, Omar makan buah itu meski terasa pahit. Omar kemudian melakukan berbagai cara agar dapat menikmati buah itu. Ketika merasa haus, Omar minum cairan dari biji buah tersebut, dan bersama tetes air yang masuk di kerongkongan, tubuh Omar merasa segar.
Singkat cerita, keberadaan Omar hidup di gua kemudian diketahui oleh banyak orang. Mereka berbondong-bondong datang ke Omar untuk disembuhkan. Kali ini Omar memanfaatkan air seduhan dari biji buah beri itu sebagai obat mujarab. Air mujarab itu lalu dikenal dengan nama Qahwa yang artinya kekuatan.
Kopi, Budaya Masyarakat Muslim
Meski Ethiophia sebagai tempat asal tanaman kopi dan telah mengkonsumsi sejak abad 9, namun kopi baru popular sebagai minuman di abad 15, ketika mulai diperdagangkan secara komersial oleh para pedagang Arab di Yaman.
Adalah kaum sufi, kelompok terpelajar kala itu, yang melakukan berbagai percobaan untuk menemukan bagian mana dari tanaman kopi yang paling cocok untuk di konsumsi sebagai minuman. Akhirnya diketahui bahwa biji kopi yang disangrai lalu ditumbuk menjadi bubuk adalah cara paling tepat menikmati minuman kopi.
Awalnya, kopi hanya dikonsumsi oleh kalangan terbatas yaitu, para Sultan dan para imam. Di balik warna seduhan berwarna gelap, kopi memberi rasa segar dan mencegah rasa kantuk saat para imam melakukan tafsir ayat-ayat suci Al Qur’an di malam hari. Ketika rahasia itu terbongkar dan mulai menyebar, kopi segera menjadi minuman popular masyarakat di seluruh jazirah Arab.
Sebagai bentuk penghormatan, masyarakat di Jaziah Arab ketika membuat peralatan minum kopi biasa dihiasi oleh ornamen-ornamen indah. Mereka percaya ada energi tersembunyi dibalik minuman kopi untuk membangkitkan semangat, gairah dan stamina. Minuman itu di berinama Qahwa yang berarti kekuatan. Qahwa diambil dari kata Kaffa, suatu wilayah di Ethiopia, tempat tanaman kopi berasal.
Jadi jelas kalau bicara kopi dunia nama Java memang akan selalu hadir meski ada Geisha Panama, Blue Mountains Colombia atau lainnya. Ya seperti dituturkan Prawoto Indarto dimana ia juga menuliskan saripati tulisan yang saya kutip itu dengan judul sederhana: PERJALANAN SECANGKIR KOPI yang saya kutip dari media CSR-Indonesia.com.
Jadi saya merasa bangga Java itu memang kopinya diperhitungkan. Bukan begitu Mas Toni kawan baru saya yang jago kopi ini, tersenyum. Dan mari kita ngopi pagi.
#CATATANJAKARTASATU
@aendramedita
692020