
JAKARTASATU.COM – Wafatnya Prof A Malik Fajar (mantan Menag, Mendikbud) menyisakan kesan dan kenangan di kalangan banyak orang. Dalam gambar , berdiri paling kiri itu teman HMI, Prof A.Malik Fajar, lalu Cak Nur (Prof Nurcholish Madjid), Djamil Ghazali (adiknya p. Solichin sang dalang), Bang Nazar Nasution MA (mantan Sekjen PB-HMI dan mantan Dubes RI di Kamboja, dan sewaktu menjadi diplomat di New York, bang Nazar & mbak Ida Nasution yang mengurus studi bebas saya di New York menuju Indiana University, Bloomington, AS), kemudian Pak Thohir, semua HMI.
Pelantikan Malik Fajar sebagai Ketua Umum Pengurus Badko HMI Jawa Timur dilakukan oleh Cak Nur selakui Ketua Umum PB HMI.
Menurut Dr Pipip A. Rifai Hasan (Direktur Program MA Studi Islam di Universitas Paramadina), ketika Malik Fajar menjadi Menteri Agama di kabinet Presiden Habibie, sekitar bulan Juni 1998, Pak Utomo Dananjaya dan dirinya (Pipip), yang ketika itu masih berkantor di sekretariat persiapan Universitas Paramadina di Gedung Kodel Jakarta, sempat mengunjungi Menag Malik Fajar di Kemenag.
”Kami datang khusus untuk meminta nasehatnya tentang aspek2 yang perlu diperhatikan dalam membangun universitas. Beliau menjelaskannya secara serius dengan menggunakan white board,” kenang Pipip. Semoga almarhum ditempatkan di maqam yang mulia di sisi Allah SWT. ”Aamiin yaa Robbal aalamiin.”
”Betul kang Pipip. Beliau sangat berperan besar bagi awal berdirinya Univ. Paramadina,” ungkap Dr Taufik Hidayat,dosen Univ.Paramadina.
Malik Fajar berjasa besar membangun UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta serta UIN-UIN lain di Tanah Air yang tadinya IAIN. Prof Azyumardi Azra mencatat bahwa peran Profesor A Malik Fadjar dalam transformasi IAIN dan STAIN menjadi UIN yang tidak lain merupakan pengarusutamaan PTKIN dalam sistem Dikti Indonesia tidak perlu diragukan lagi. For the record, Prof Azyumardi Azra yang menjabat Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1998-2002), merupakan salah satu pemain utama dalam transformasi PTKIN ini menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2002); UIN pertama di negeri ini. Selanjutnya, Azyumardi Azra menjabat Rektor UIN Jakarta (2002-2006). Selain itu juga membangun kembali kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, baik Kampus I dan Kampus II.
Pipip Rifai Hasan mencatat sbb: ” Memang jurusan agama Islam di UIN yang tidak jelas bidang pekerjaan nya atau luas/bebas terbuka kesempatannya (tergantung dari mana kita melihatnya) semakin menurun peminatnya. Sebaliknya yang mempunyai aplikasi praktis seperti fak. Tarbiyah, Syariah, Adab, Dawah-Komunikasi dan Ekonomi Islam tinggi peminatnya. Di universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta malah tidak ada Fak. Agama Islam. Tapi ada Unit Integrasi Islam Lintas Disiplin Ilmu yang mengelola perkuliahan IILDI. Semua mahasiswa wajib mengambil mata kuliah IILDI.
Ada kekurangan atau kemiskinan intelektual yang bakal kita alami jika bidang2 yang berkaitan dengan kalam dan falsafah tidak ada atau kurang sekali peminatnya. Bidang2 semacam ini memang harus disubsidi seperti di Iran sebagaimana kita lihat pada STFI Sadra. Di Fak. Ushuluddin UIN Jakarta pun sekarang ada beasiswa. Adapun perolehan FA dan PMSI Paramadina boleh dikatakan lumayan bagus jika dibandingkan dengan prodi2 serupa di UIN atau STFI yang mendapat bantuan beasiswa atau subsidi.
”Pak Malik Fajar adalah UIN builder yang tangguh dan inspiring, ketika saya ketemu beliau, terkesan tak banyak cakap, namun beliau tampak tipe pekerja keras dan kreatif, lihat saja UMM di Malang, berkat tangan dinginnya juga,” bisik saya kepada rekan-rekan di kampus Paramadina, mengenangnya. ”Selamat jalan Prof Malik Fajar, semoga husnul khotimah. Terimakasih dan sampai ketemu di akherat kelak, nantinya.”
(catatan kecil Herdi Sahrasad, dosen senior Universitas Paramadina, mantan aktivis HMI)