Aendra /oasis

Lagi harus berkisah tentang secangkir kopi. Darimana awalnya secangkir kopi itu?  Kita Priangan, kini Jawa Barat, adalah rumah bagi lahirnya legenda sekaligus ikon industri kopi dunia, Java coffee. Sejarahnya sempat ‘terkubur’ karena peristiwa luar biasa yang saya sebut sebagai Java effect. Akibat serangan penyakit karat daun (hemileia vastatrix) seluruh perkebunan kopi Arabika di Jawa dan Ceylon luluh lantak yang mendorong evolusi besar di industri kopi dunia. Produsen kopi Arabika mulai bergeser dari Asia ke Amerika Latin, Amerika Tengah dan Kepulauan Karibia.

Di Jawa, Priangan sebagai salah satu kebun kopi Arabika tertua di dunia mulai beralih ke tanaman teh. Tananam kopi mulai bergerak ke arah timur pulau Jawa dengan jenis tanaman baru, coffea canephora var. robusta, atau popular disebut kopi robusta. Negeri yang dikenal sebagai salah satu lokasi paling penting dalam proses penyebaran benih kopi Arabika di benua Amerika termasuk Kepulauan Karibia ini, lalu beralih menjadi produsen dan eksportir kopi Robusta dunia.

Memasuki awal abad 19, Priangan lebih dikenal sebagai wilayah penghasil teh kelas dunia. Dengan kontribusi sekitar 70 persen produksi teh Indonesia, secara perlahan, bayang-bayang Priangan sebagai kebun kopi tertua di dunia itu mulai tereliminasi dari peta industri kopi dunia, bahkan industri kopi nasional. Kisah itu dituturkan kawan saya Prawoto Indarto. Tapi saya tetap pengagum kopi priangan. Kenapa saya bersikukuh.

Sebuah film tentang kopi banyak di Youtube silakan saja berselancar. Namun saya ingin katakan bahwa kisah kopi priangan ini bagi saya adalah satu kekuatan. Saya sudah bertemu sejumlah petani kopi di gunung-gunung di tatar priangan. Mereka hidup sederhana dan mereka tak neko-neko. Cukup menjali hidup dengan cara alami. Menanam kopi yang juga sebagian kebunnya ada tumpang sari yang bisa menghidupi kebutuhan hidup. Sambil menunggu panen kopi mereka melakukan tumpang sari itu.

Sebagai contoh di bawah kaki gunung Manglayang Ujung Berung ada Mang Kurnia, punya sejumlah kebun kopi. Bahkan di halaman belakang rumah dia pohon kopinya selalu tumbuh subur. Mang Kurnia ini sosok muda. Meneruskan tani dari generasi dua, nama tani dia adalah Putra Manglayang.

Dalam Ngopi ini saya ingin katakan, bahwa ketika kawan saya bertanya, apa yang dipunya jenis kopi gan? Sy punya semua jenis tapi kopi semua west java Arabica, Robusta, Liberica. –Meski belakangan saya juga suka kopi dari Jamaica Blue Mountain yang panennya 2 tahun sekali yang diburu semua pengusaha dan peminum kopi dunia. Untuk kisah Jamaica Blue Mountain kawan saya dalam dua tahun sekali ini bisa dapat jatah hanya sedikit yaitu 15 kilogram. Saya suka nitip beli, dan menikmati Jamaica Blue Mountain ini harus lebih hikmat, sekali lagi penikmat Jamaica Blue Mountain adalah fanatik kopi yang original.Dan soal harga ini kopi paling mahal didunia, kelasnya bintang lima asli–.

Kembali ke kawan saya, ia ingin Robusta. Lalu saya bilang ok nanti saya kirim tunggu antrian saja cukup 200 gram dan ini akan menjawab cita rasa kopi yang hakiki. Kawan saya yang lain ingin Arabica dan langsung kasih alamat. Saya suka yang begini. Kasih alamat, tidak wacana komentar soal kopi 234 saya. Tapi jika ada yang ingin kopi tapi tak pernah kasih alamat saya abaikan. Karena memang kopi kalau tanpa alamat akan kesasaran rasanya tak enak karena tak sampai-sampai saja. Dan lebih pahit lagi tahu hanya ceritanya saja.

Kopi itu tak paham alamat namun kopi itu jika diseduh tahu makna yang dirasakan pemilik alamat itu. Nah ngopi dulu saja Yuk….!

CATATANAENDRAMEDITAKARTADIPURA

27SEPTEMBER2020