Oleh Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial

Baru genap empat puluh hari pascadeklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Pusat di Tugu Proklamasi Jakarta pada 18 Agustus 2020 lalu, kini gelindingan bola yang bernama KAMI terus bergulir nyaris ke setiap provinsi, kabupaten/kota di Tanah Air yang bersiap-siap menyusul beberapa provinsi dan kabupaten yang telah mendeklarasikannya.

Insiden penolakan dan pembubaran deklarasi KAMI Provinsi Jawa Timur pada Senin, 28 September 2020 tak bakalan menyurutkan tekad elemen masyarakat yang ingin menyelamat negeri ini melalui wadah bernama KAMI.

Tekanan maupun intimidasi dari kalangan yang sudah bisu, tuli dan buta akan kondisi negeri yang terindikasi akan karam ini, tidaklah akan bisa membuat langkah mudur bagi KAMI. Bahkan dengan banyaknya tekanan dan rintangan terhadap KAMI, bak bola pantulnya lebih keras lagi dan akan meluas mendapat simpati dari masyarakat yang telah jengah dengan kondisi negeri yang patut diduga sudah hampir karam ini.

Modus dan cara para pendemo penolakan di lapangan yang terjadi di beberapa daerah, nyaris sama kejadiannya seperti yang terjadi pada saat deklarasi KAMI Pusat di Tugu Proklamasi Jakarta. Uniknya saat deklarasi KAMI Jawa Barat, para pendemo penolakan yang masih ingusan sempat terkecoh. Para deklarator KAMI Jabar dapat menggelar deklarasi di suatu tempat pada pagi hari dengan lancar dan aman, dilanjutkan siangnya orasi di Depan Gedung Sate Bandung.

Kecewalah para pendemo penolakan yang hanya berdasar orderan yang sudah datang di Depan Gedung Sate, akhirnya dibubarkan oleh pihak aparat dan pulang dengan penuh kekecewaan. Kecewa karena sangat mungkin jatah nasi bungkus dan amlopnya dikurangi oleh pengodernya.

Terlepas dari rintangan dan hambatan yang menghadang, KAMI bak bola pantul yang pantulan lebih keras lagi akan meluas ke berbagai arah yang akan disambut baik oleh masyarakat yang sudah sangat ingin menyelamatkan negeri tercinta ini.***