Amien Rais/JAKSAT

Amien Rais, tokoh bangsa satu ini memang tak pernah lelah. Ia dikenal sabagai bapak reformasi. Nama dia memang sudah moncer. Professor Politik UGM ini memang belakangn lebih berjalan sendiri.

Namun ternyata ia menunjukan langsung kekuatan dirinya. Ia kini sudah mengumumkan nama partai barunya kepada publik. Memang bukan nama Partai Amanat Nasional (PAN) Perjuangan, atau PAN Reformasi. Ia rupanya tak mau mereborn PAN yang pernah dibesutnya dulu. Mungkin baginya itu hanya sejarahnya saja. Nama partai baru itu adalah Partai Ummat. Secara dipastikan ingin meraih ummat. Partai Ummat, meski kabarnya akan dideklarasikan pada Desember 2020 mendatang. Hmmm sepertinya dekat-dekat dengan Pilkada serentak.

Kakak senior dan juga tempat dialog saya kemarin juga bilang kepada saya, “Gimana menurutmu?” tanyanya. Saya jawab pendek, “Bagus.”

Melihat Amien Rais memang tidak bisa sekilas kita harus membacanya secara menyeluruh. Amien adalah sosok tegas. Ia bukan politikus kaleng-kaleng. Bagi saya Amien saat ini bangkit lagi. Dan Amien bukan tak peduli ada bangsa ini. Amien juga sadar kondisi bangsa ini berat. Ia tak ikut terlibat di Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Amien ini jalan dalam ruang sendiri dan untuk tujuannya bisa juga sama dengan KAMi dan ummat berjalannya. Ia kritik rezim ini dengan konsep-konsep dalam buku kecilnya yang sempat heboh. Buku itu jelas tajam menohok mengkritik kekuasaan saat ini. “Risalah Enteng-entengan, Pilihan Buat Pak Jokowi: Mundur atau Terus” isinya 13 topik yang sekaligus judul 13 bab buku setebal 50 halaman itu diawali pendahuluan, dan Rekomendasi di akhir. Topik itu meliputi judul Bangsa Indonesia Dibelah; Memberi Angin Kebangkitan Komunisme; Politik Lebensraum China; Otoriterisme Makin Pekat; Oligarchi Makin Subur; Tunduk pada Mafia, Taipan dan Cukong; Nepotisme Tanpa Etika; Ekonomi Semakin Suram; Pengelolaan SDA yang Terang-terangan Menentang Pasal 33 UUD 1945 dan Menabrak Aturan Perundang-undangan yang Ada; Pendidikan Carut Marut; Kegagalan Reformasi Kesehatan dan Penanganan Covid19; Penerapan Psikologi Ketakutan serta Masa Depan Papua Barat dan Papua.

Dalam buku itu Amien membuka risalah untuk kemajuan bangsa, “Sudah seharusnya, kita bangsa Indonesia melakukan kritik dan koreksi atas perjalanan bangsa secara jujur, berani dan seobyektif mungkin,” kata saat dinyatakan buku ini diseputaran Senayan awal Agustus 2020.

Dikatakan, dalam pergaulan antarbangsa dewasa ini — Indonesia semakin tidak bersinar, bahkan meredup. Kekuatan-kekuatan antiketuhanan tampak semakin beringas dan berani. “Saya membaca perkembangan kehidupan politik, sosial, ekonomi, penegakkan hukum dan kehidupan moral bangsa terus mengalami kemerosotan. Padahal, kehidupan yang tidak memiliki pijakan kokoh di atas akhlaq atau moralitas atau etika — dapat dipastikan akan meluncur ke bawah. Tidak mustahil pula, proses kemerosotan multidimensional itu membuat semakin redup kehidupan bangsa kita. Menjadikan bangsa Indonesia, seolah tanpa masadepan,” papar Amien Rais.

Demokrasi sejati, katanya — selalu membuka lebar kran pertukaran gagasan — supaya muncul pilihan-pilihan alternatif bagi seluruh anak bangsa. Pilihan yang pro bono publico , pilihan yang menguntungkan kepentingan orang banyak — sepantasnya jadi pilihan kita. “Sebaliknya pilihan yang bersifat eksklusif untuk sekelompok kecil yang cenderung memangsa (predatorik) kepentingan bangsa, biarlah terlempar ke sampah sejarah,” tegas Amien Rais.

Kembali ke senior saya tadi yang juga politikus PAN dulunya. Ia mengatakan Amien Rais dalam buku kecil itu tegas dan jelas menyampaikan dua opsi pilihan buat Jokowi. Pertama, turun secara sukarela — karena tidak punya kompetensi menjadi presiden di pergantian abad dan milenium dewasa ini. Opsi kedua, terus — tapi banting stir kebijakan nasional di segala bidang yang berasas Pancasila, UUD 1945 — melanjutkan tradisi dan perjuangan serta pengorbanan para founding mothers dan founding fathers kita.

Secara iseng saya berseloroh, apa ini seperti kekuatan sosok AR yang masih punya magnet besar akan seperti di Malaysia, Mahatir Mohammad?
Senior ini menjawab dalam bahasa Sunda, “Sugan we……(semoga saja…)
jadi Mahatir Indonesia,” jawabnya.

Senior itu juga menambahkan, Ya, dunia (Indonesia) sedang terbalik saat ini dan semoga saja dengan muncul lagi Amien akan ada dunia baru,” tegasnya.

Lantas kenapa Partai Ummat dipilih? “Menjadi nama partai karena masih berkaitan erat dengan azas partai Islam rahmatan lil alamin (Islam rahmat untuk seru sekalian alam),” kata loyalis Amien Rais, Agung Mozin seperti dilansir dari detikcom, Kamis (1/10/2020).

Partai Ummat, menurutnya, tidak mendiskriminasi siapa pun. Nama Ummat dipilih juga karena menyesuaikan dengan slogan partai tersebut. “Tanpa diskriminasi kepada siapapun, juga terkait dengan slogan partai kita melawan kezaliman dan menegakkan keadilan, tentu perjuangan ini ada subjeknya, yaitu ‘ummat’. Islam rahmatan lil alamin adalah Islam yang sangat plural,” tambah Agung Mozin.

Amien mengumumkan nama partai barunya, yaitu Partai Ummat. lewat saluran Youtube resmi Amien Rais. Pengumuman nama partai baru Amien Rais ini disampaikan Kamis (1/10/2020). “Mukaddimah Partai Ummat,” kata Amien Rais. “Partai Ummat Insya Allah bertekad akan bekerja dan berjuang bersama anak bangsa lainnya melawan kezaliman dan menegakkan keadilan,” papar Amien. Cakep semoga saja. Dan kita mending #ngopipagi dulu deh…kan masih lama juga deklarasinya Partai Ummat dari Amien Rais ini, baru di Bulan Desember…

#CATATANJAKARTSATU

AENDRA MEDITA KARTADIPURA, 2OKT2020