SAYA pernah menulis tentang kawan saya yang sudah mengeluti kopi 20 tahun lebih. Ia kini santai saja dan jualan kopi dengan kedainya. Ia bukan hanya jual kopi untuk diseduh, –saat PSBB yang diseduh tutup dulu hanya melayani tak away–. Ia jual biji kopi dan bisa digiling bukan digunting kopinya. Kopi yang dijual dia ada semua jenis bukan hanya Indonesia, namun diseluruh dunia.  Ini sangat fantastik.
Kali ini saya ingin berkisah soal kopi dunia kopi Geisha Panama
Saya sudah berkisah juga  soal Kopi Jamaica Blue Mountain (JABLUM) yang merupakan  salah satu varietas kopi arabika. Kopi jenis ini pertama kali  diperkenalkan di Jamaika pada tahun 1728 di temukan di Blue Mountains  Jamaika, maka kopi ini diberi nama Jamaican Blue Mountain Coffee. Kopi Blue Mountain terkenal karena rasanya  yang ringan dan  kurangnya rasa pahit.
Nah kali ini kopi termahal di dunia yaitu Kopi Geisha Panama yang bukan juga mahal harganya, selangit atau kelasnya  premium, namun kopi ini punya keunikan yang tak ada di arabica lainnya.
Sejumlah sumber menyebutkan Kopi geisha dari Panama ini mulai merangkak menuju puncak popularitasnya sejak tahun 2004. Perlahan tapi pasti kopi geisha akhirnya mencapai puncak dunia perkopian di mana pada tahun 2018 kopi geisha ini menjadi kopi termahal di dunia. Karena popularitasnya  dan semakin membuat banyak penikmat kopi di seluruh dunia berburu mencarinya kopi geisha dan semakin dicari.
Istilah “Geisha”, di Jepang berarti wanita penghibur kelas atas. Ternyata banyak informasi yang menjelaskan kalau semula kopi ini bernama Gesha yang diambil dari nama sebuah distrik di Ethiopia di mana kopi ini berasal. Menurut cerita, biji kopi dari Ethiopia ini dibawa oleh para pedagang kaya masuk ke Panama melalui Kosta Rika pada tahun 1960-an.
Sumber lain menyebutkan Geisha adalah Gesha. Nama ini mengacu pada daerah asalnya: Gesha, distrik kota di bagian barat Etiopia. Geisha bisa menyebar ke berbagai negara setelah dibawa imigran dan saudagar kopi. Seiring penyebaran kopi ke negara lain, banyak orang yang salah menyebut nama Gesha dengan Geisha. Hingga akhirnya nama Geisha lebih dikenal ketimbang Gesha.
Dari Etiopia, kopi Geisha dibawa ke Panama, negara yang terletak di Amerika Tengah. Di negara ini Gesha dikembangbiakkan. Kopi fenomena termasuk mahal harganya.
Menurut kawan saya, bahwa kopi ini jadi rebutan dunia. Saya baru dapat impor katanya. Aroma wangi yang agak seperti melati, meski kita tahu bahwa arabica ada asam dan di kopi geisha sangat lembut samar-samar rasa peach, mangga, dan jeruk. Kalau peminum kopi sejati tahu. Dan ini akan ada di kelas-kelas kafe yang berkelas.
Lalu saya telusuri mbah google kopi ini memang banyak ditemukan di Perkebunan Hacienda La Esmeralda dimana yang pertama memasuki kompetisi kopi dunia dengan membawa kopi geisha pada tahun 2004. Perkebunan ini menjuarai beberapa kategori hingga akhirnya menjadi produsen kopi terbaik Panama  tahun 2017. Kawan saya tadi bilang bahwa kopi telah memberi warna baru dari setiap kisahnya. Untuk saya pun begitu. Untuk bertemu kawan saya memang agak sulit karena dia setiap waktu jalan-jalan terus ke para petani di seluruh tanah air. Ia kini dikenal sebagai pemasok kopi hampir seluruh cafe di Jakarta.
Kisah berikutnya adalah saya jadi ingat kawan saya juga penulis buku The Road to Java Coffee  Prawoto Indarto yang mengisahkan kisah kopi secara hakiki. Dalam buku buku The Road to JAVA Coffee yang fenomena itu, ia mengisahkan bahwa yang menarik Prawoto menyebutkan Priangan Sang Legenda dalam konstelasi industri kopi dunia, peran Pulau Jawa, khususnya Priangan, tidak mungkin dihilangkan. Priangan, kini Jawa Barat, adalah rumah bagi lahirnya legenda sekaligus ikon industri kopi dunia, Java coffee. Sejarahnya sempat ‘terkubur’ karena peristiwa luar biasa yang saya sebut sebagai Java effect. Akibat serangan penyakit karat daun (hemileia vastatrix) seluruh perkebunan kopi Arabika di Jawa dan Ceylon (Srilanka) luluh lantak yang mendorong evolusi besar di industri kopi dunia. Produsen kopi Arabika mulai bergeser dari Asia ke Amerika Latin, Amerika Tengah dan Kepulauan Karibia.
Di Jawa, Priangan sebagai salah satu kebun kopi Arabika tertua di dunia mulai beralih ke tanaman teh. Tananam kopi mulai bergerak ke arah timur pulau Jawa dengan jenis tanaman baru, coffea canephora var. robusta, atau popular disebut kopi robusta. Negeri yang dikenal sebagai salah satu lokasi paling penting dalam proses penyebaran benih kopi Arabika di benua Amerika termasuk Kepulauan Karibia ini, lalu beralih menjadi produsen dan eksportir kopi Robusta dunia.
Memasuki awal abad 19, Priangan lebih dikenal sebagai wilayah penghasil teh kelas dunia. Dengan kontribusi sekitar 70 persen produksi the Indonesia, secara perlahan, bayang-bayang Priangan sebagai kebun kopi tertua di dunia itu mulai tereliminasi dari peta industri kopi dunia, bahkan industri kopi nasional.
Secara legal kopi baru ditanam kembali di Jawa Barat (Priangan) sekitar tahun 2001 setelah ada kesepakatan bersama antara masyarakat di sekitar hutan lindung yang tergabung di dalam “Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)” dengan pihak Perhutani melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Sehingga di masa penanaman ulang ini, sekitar 90 persen tanaman kopi di Jawa barat tumbuh dan dibudidayakan di area Perhutani serta dipasarkan dengan nama Java Preanger coffee. Itu jelas sekali Prawoto menulis di buku itu dan Alhamdulillah saya punya bukunya itu.
Kembali kopi Geisha Panama ternyata memang perjalanannya penuh hijrah. Pun demikian ketika para penikmat kopi Eropa jika merindukan kopi mereka tahunya kopi adalah Java. “Saya rindu Java,” selorohnya. Java yang dimaksud adala kopu Java Specialty yang memang paling banyak ditanam di pengunungan jawa. Jadi hijrah penanaman kopi Geisha dari ethophia ke Panama ini  juga tanda bahwa kopi memang punya catatan sejarah sendiri. Yuk Ngopi dulu…
#CATATANJAKARTASATU
@AENDRAMEDITAKARTADIPURA
11102020