Foto ilustrasi sumber https://himachalpradesh.pscnotes.com
Oleh EP. Prapanca

Dua raksasa dunia maju ini kerap kali bersitegang di zaman pemerintahan Donald Trump, tapi betulkah mereka akan berperang? Atau hanya gimmick yang berimbas pada peningkatan laju ekonomi kedua negara?

Berikut beberapa kalkulasi dari beberapa parameter non senjata kovensional

Geo Politik dan Geo Strategis

Amerika dan China memiliki luas wilayah yang sama, di mana Amerika terbagi dalam dua benua yaitu Benua Amerika dan Alaska, sedangkan China berada dalam satu benua Asia. Untuk populasi kedua negara ini mempunyai kepadatan pada bagian timur negaranya, sedangkan jumlah penduduk terdapat perbedaan signifikan di mana Penduduk China 1.983.000.000 pada 2018 sedangkan Amerika Serikat 328.200.000 di tahun yang sama.

Apabila  terjadi perang tanpa batas, jumlah rakyat China yang besar ini  merupakan kelemahan yang besar dimana AS cukup melakukan serangan ke pusat kepadatan penduduk sipil atau bahkan melepas bom atom seperti dilakukan pada Hiroshima dan Nagasaki yang berimbas kematian massal dan tentu saja rakyat sipil akan meminta kepada pemerintahnya agar perang dihentikan.

Sebaliknya kalau perang berlangsung seperti hukum perang Konvensi Jenewa maka China akan menang; karena China akan melakukan yang sama seperti yang dilakukan Irak saat perang teluk yakni menempatkan senjata-senjata dan pusat pertahanan di dalam kawasan pemukiman sipil dengan kata lain sipil dijadikan tameng.

Amerika Serikat sangat diuntungkan secara Geo Strategis; terletak di benua yang sangat stabil dan berbatasan hanya dengan 2 negara yaitu Kanada dan Mexico yang mana ke dua tetangga paman Sam tersebut bersahabat dengan AS.

Sedangkan China berbatasan dengan banyak Negara, dan banyak negara itu yang bermusuhan dengan mereka misalnya India, Jepang, Korea Selatan, Filiphina dan Vietnam; Dimana Jika terjadi perang negara-negara itu akan membantu AS baik secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi.

Masalah berikutnya adalah perlawanan dalam negeri China sendiri misal Hongkong, Macao, Taiwan ataupun Tibet yang selalu ingin memisahkan diri dan jika terjadi perang taiwan menjadi negara pertama yang mempersilahkan AS menggunakan pangkalan militernya untuk menyerbu China; ini belum termasuk banyaknya pangkalan Militer AS di Asia yang memungkinkan As melakukan serangan Cepat ke negeri tirai bambu tersebut.

Dalam hal Geo Strategis  Amerika unggul telak atas China, namun AS harus berhitung ulang jika Rusia ikut membantu China dalam berperang.

Sumber Energi

Sumber daya Energi tentu saja dibutuhkan untuk peralatan perang dan banyak hal lainnya.

Dimana Amerika memiliki sumber daya minyak 3 kali lipat China, ini sangat menguntungkan AS akan tetapi China merupakan exportir besar dan juga importir minyak yang besar yang juga mampu menggerakkan mesin perangnya.

Sumber Informasi

Kemampuan untuk mengetahui informasi. AS memiliki satelit canggih NROL 129 yang merupakan pengembangan dari satelit  NROL 39 pada saat perang dingin dulu. Satelit mata-mata ini diklaim AS bisa mengambil citra dengan jarak 10 cm dari permukaan Bumi dan Amerika memiliki 90 Buah satelit diluar 500-an satelit yang mereka miliki dan bisa memata-matai seluruh penjuru dunia, tak hanya itu satelit-satelit memilki kemampuan menyadap dan merekayasa pesan.

China pun memiliki Geo Feng, satelit dengan kemampuan seperti NROL 129 di atas dengan beberapa keterbatasan misalnya kemampuannya mengambil citra baru 50 meter di atas permukaan tanah yang berjumlah 29 buah diluar total 117 satelit yang mengorbit.

Untuk hal ini AS masih lebih unggul.

Foto ilustrasi sumber https://himachalpradesh.pscnotes.com

Pasukan cyber

Pasukan ini biasanya digunakan untuk merontokkan sistem, di mana era perang sekarang banyak senjata memakai teknologi.

Secara kuantitas pasukan siber China lebih banyak dari USA sekitar 50.000 – 100.000 personil yang terdiri dari 3 bagian yaitu Pasukan militer khusus syber, departemen pemerintahan dan sipil, dimana track record, pembajakan yang mereka lakukan cukup menyeramkan, tak kurang Pemerintahan Australia, India, Taiwan yang menyebabkan industri semi konduktornya hancur karena dibajak bahkan google pun pernah dibajak hanya untuk mencari para aktifis HAM China. Akan tetapi di dalam negeri China sendiri banyak serangan siber dari dalam negerinya.***