by Tarmidzi Yusuf
_Pegiat Dakwah dan Sosial
Menarik mencermati Pilpres Amrik yang digelar baru-baru ini. Serupa tapi tak sama dengan Indonesia.
Serupa karena ada yang sama-sama mengklaim menang. Tak sama karena tidak bisa diintervensi dan direkayasa.
Incumbent Trump Amrik kalah telak dari penantangnya, Joe Biden. KPU dan pengadilan Amrik tidak bisa diintervensi oleh Trump yang masih berkuasa. Termasuk penundaan perhitungan suara.
Sementara incumbent Trump Indonesia menang dengan penuh kontroversi. Ratusan nyawa penyelenggara pemilu tewas, DPT siluman, orang gila ikut nyoblos. Hasil perhitungan suara pun ‘diacak-acak’ aparat berseragam.
Lucunya kata pengamat dari negeri sakura sambil menertawakan, pemenang Pilpres Indonesia sudah diketahui sebelum Pilpres digelar.
Trump Amrik perlu belajar banyak pada Trump Indonesia. Bagaimana menang Pilpres sebelum tanggal pemungutan suara.
Trump Amrik mengklaim menang. Sedangkan Joe Biden Indonesia juga mengklaim menang.
Bedanya, Trump Amrik menang berdasarkan klaim sepihak. Sementara Joe Biden Indonesia menang berdasarkan exit pool.
Joe Biden Amrik mengklaim kemenangan berdasarkan hasil electoral vote. Sedangkan Trump Indonesia menang berdasarkan klaim lembaga survei yang sempat terekam di salahsatu stasiun TV. Quick count terbalik. Pemenangnya menyimpan misteri hingga hari ini.
Sempat melobby Joe Biden Indonesia. Lobby nasi goreng dan MRT ‘akal bulus’ dan sate togok. Menang unlegitimate. Deal-deal politik dagang sapi dan Pilpres 2024.
Trump Amrik tidak bisa mengintervensi penyelenggara pemilu, lembaga peradilan, CIA dan FBI. Apalagi ada operasi intelijen dan aparat keamanan ikut terlibat mengutak-atik hasil suara.
Sudah menjadi rahasia umum Pilpres _ala_ Trump Indonesia hasilnya bisa ‘dipesan’. Persis hasilnya dengan lembaga survei dan quick count.
Yang paling berbeda. Trump Amrik tidak akan mau jadi Menhan Joe Biden. Sementara rival Trump tetangga Muhyiddin Yassin menjadi Menhan presiden ‘spanyol’ nan jauh dari keinginan pendukungnya.
Begitulah leluconnya negeri anta beranta yang penuh dengan rekayasa dan tipu daya. Berkah hilang. Musibah pun datang bertubi-tubi.
Bandung, 27 Rabiul Awwal 1442/13 November 2020