Tarmidzi Yusuf Pengamat Politik dan Sosial/dok pribadi olahan JAKSAT

by Tarmidzi Yusuf
Pegiat Dakwah dan Sosial

Hari ini, 1 Februari 2021 Bank Syariah Indonesia (BSI) resmi beroperasi. BSI merupakan hasil merger tiga Bank Syariah plat merah, yaitu Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan BRI Syariah.

Total aset BSI hasil merger sangat fantastis, Rp 214,6 triliun dengan modal inti sebesar Rp 20,4 triliun. Dengan aset sebesar itu, BSI menjadi bank syariah terbesar di Indonesia. Bahkan, BSI menjadi peringkat ketujuh bank yang memiliki aset terbesar di Indonesia setelah Bank CIMB Niaga dengan aset Rp 271,8 triliun.

Pemegang saham terbesar BSI dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri, 51,2%. Diikuti oleh BNI Syariah sebesar 25%, BRI Syariah 17,4%, DPLK BRI saham syariah 2% dan publik 4,4%.

BSI sebagai bank hasil merger menyisakan berbagai kekhawatiran dan keraguan di kalangan ummat Islam.

Pertama, Benarkah BSI menerapkan sistem perbankan syariah bebas riba? Sebab, masih banyak bank syariah di Indonesia masih menerapkan sistem riba.

Contohnya, bunga diperhalus dengan margin. Praktiknya lebih kurang sama dengan bunga. Keuntungan sekian persen yang ditetapkan dimuka baik dalam bentuk tabungan, deposito maupun pembiayaan. Sistem angsuran pembiayaan pun sama persis dengan bank konvensional, piramida terbalik.

Selanjutnyanya, masih berlakunya sistem denda keterlambatan di bank syariah sebelum merger. Denda keterlambatan apabila terlambat membayar angsuran pembiayaan.

Terakhir, banyak bank syariah layaknya bank konvensional. Sita aset bila terjadi batas tertentu keterlambatan. Tanpa jelas perhitungan dan pembagiannya, mana aset menjadi hak bank dan mana aset hak nasabah.

Kedua, Berkembangnya kekhawatiran di tengah masyarakat muslim, mergernya tiga bank syariah menjadi BSI akan menguntungkan kelompok usaha para taipan dan ‘mengabaikan’ UMKM yang banyak dimiliki oleh muslim.

Volume pembiayaan dicurigai untuk membiayai korporasi taipan yang notabene non muslim. Sementara UMKM yang dimiliki muslim hanya mendapat fasilitas pembiayaan ecek-ecek.

Seperti dilansir CNN Indonesia (1/2/2021) Jokowi menyampaikan pesan saat peresmian Bank Syariah Indonesia.

BSI harus benar-benar menjadi bank syariah yang universal.

“Harus terbuka, harus inklusif, harus menyambut baik siapa pun yang ingin jadi nasabah agar menjangkau lebih banyak masyarakat di tanah air,”

Jokowi juga mengingatkan bahwa BSI bukan hanya untuk masyarakat beragama Islam. Namun, manajemen juga harus menyambut baik masyarakat non Islam yang ingin melakukan transaksi lewat BSI.

“Semua yang mau transaksi, investasi, secara syariah harus disambut sebaik-baiknya.”

Tentu kita tidak berlebihan bila muncul kecurigaan dibalik mergernya tiga bank syariah menjadi Bank Syariah Indonesia bila dihubungkan dengan pesan Jokowi tersebut.

Tidak dilarang ummat Islam bermuamalah dengan non muslim. Yang menjadi catatan penting adalah keadilan dan keberpihakan BSI terhadap ummat Islam dan jaminan BSI benar-benar sesuai syariah.

Wallahua’lam bish-shawab.

Jakarta, 19 Jumadil Tsani 1442/1 Februari 2021