by Tarmidzi Yusuf
Pegiat Dakwah dan Sosial

Orang lingkaran istana disebut-sebut sedang merancang gerakan politik melengserkan Agus Harimurti Yudhoyono, akrab disapa AHY dari Ketua Umum Partai Demokrat. Partai besutan Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono.

Andi Arief langsung menuding Moeldoko, orang yang disebut lingkaran istana seperti diungkap AHY dalam konpers kemarin, 1 Februari 2021.

Partai Demokrat bukan kali ini saja digoyang. Pertengahan 2019 lalu,
Gerakan Moral Penyelamat Partai Demokrat (GMPPD) yang diinisiasi politisi senior Demokrat Max Sopacua dan Ahmad Mubarok.

Setelah GMPPD muncul kelompok serupa yaitu Forum Komunikasi Pendiri dan Deklarator (FKPD) Partai Demokrat.

FKPD dimotori oleh Subur Sembiring, Hengky Luntungan, Murtada Sinuraya, Akbar Yusuf Siregar, Suryadi, Sahat Saragih dan Mustika Karim. Bahkan kelompok FKPD sempat bertemu Menko Maritim dan Investasi LBP dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly (detikcom, 9/6/2020)

Dua kelompok ‘oposisi’ Partai Demokrat yang digalang oleh senior Partai Demokrat, sama-sama mendesak agar segera digelar Kongres Luar Biasa (KLB) untuk pergantian Ketua Umum.

Baik GMPPD maupun FKPD sama-sama gagal mendesak KLB. Beberapa bulan pasca terpilihnya AHY, gerakan politik ini bergerak lagi, seperti diungkapkan AHY dalam konpers kemarin.

Tampaknya AHY patut was-was. Belajar dari isu kudeta Partai Berkarya yang berhasil melengserkan kepengurusan yang sah, yaitu duet Tommy Soeharto dan Priyo Budi Santoso oleh Presidium Penyelamat Partai Berkarya (P3B).

Apalagi Partai Demokrat sering berseberangan politik dengan rezim sekarang. Tentu saja, isu kudeta terhadap AHY bukan isapan jempol. Beberapa kali Partai Demokrat ‘digoyang’ oleh orang lingkaran istana.

Kenapa orang lingkaran istana begitu bernafsu ‘mengambil’ Partai Demokrat? Dugaan kuat penulis, tidak terlepas dari arah politik tahun 2024. Apalagi RUU Pemilu yang sekarang ada di DPR akan dimenangkan oleh koalisi Pemerintah. Pilkada tahun 2022 dan 2023 sesuai skenario UU No 10 tahun 2016.

Orang lingkaran istana ingin punya tunggangan partai baru setelah PDIP, anginnya lebih kencang berhembus ke arah Gerindra.

Dengan ‘dikuasainya’ Partai Demokrat, peluang Anies Baswedan untuk maju Pilpres makin kecil. Praktis Anies Baswedan hanya didukung PKS. Anies Baswedan terganjal oleh ambang batas parlemen 20%. Kecuali Anies Baswedan dengan dukungan penuh JK bisa menarik Golkar berkoalisi dengan PKS. Anies Baswedan sebagai calon paling potensial menang, berhasil ‘disingkirkan’ dari kontestasi Pilpres 2024?

Selain itu, orang lingkaran istana bisa mengusung calon sendiri pada Pilpres 2024. Koalisi NasDem, PKB, PPP dan Partai Demokrat jika berhasil ‘dikudeta’ melawan calon yang diusung PDIP dan Gerindra, duet Prabowo – Puan.

Kita tunggu gerakan politik orang istana. Pertengahan 2020 sempat gagal. Apakah Moeldoko akan mengikuti jejak LBP, gagal ‘mendongkel’ AHY dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat? Rasanya sulit. Belum apa-apa Moeldoko sudah ‘gugup’. Tidak semudah mendongkel Tommy Soeharto di Partai Berkarya.

Wallahua’lam bish-shawab.

Jakarta, 20 Jumadil Tsani 1442/2 Februari 2020