by M Rizal Fadillah
Seperti berlebihan tetapi sebenarnya tidak dan patut menjadi bahan renungan apakah rezim Jokowi memang sedang menzalimi umat Islam ? Tentu berdasarkan indikasi sosial politik yang dirasakan oleh umat Islam, meskipun wajar juga apabila tidak semua dapat merasakannya.
Lima indikasi itu, yaitu :
Pertama, penangkapan dan penahanan HRS yang jelas “dipaksakan” dan “dicari-cari” dengan segudang tuduhan. HRS adakah salah satu tokoh umat. Satu paket dengan pembubaran dan pelarangan FPI yang tercatat telah berbuat banyak untuk kepentingan umat Islam. Sebelumnya HTI lebih dulu dibubarkan.
Kedua, pembunuhan 6 anggota laskar FPI yang terkesan diproteksi oleh rezim sehingga pengungkapan dan tindak lanjut bertele-tele, tidak serius, dan konspiratif. Untuk yang sangat mudah saja tentang siapa petugas kepolisian yang menembak keempat anggota laskar FPI teryata tidak terungkap. Aneh. Pelanggaran HAM berat terhadap bagian dari perjuangan keumatan.
Ketiga, penangkapan dan penahanan Zaim Saidi dengan tuduhan penggunaan mata uang selain rupiah dalam bertransaksi di Pasar Muamalah. Semangat Zaim adalah inovasi dalam berekonomi syari’ah. Tidak ada unsur penipuan (gharar), spekulasi (maisir), dan rente (riba). Upaya berekonomi mendekati Nubuwah. Jika dinilai ada masalah dengan perundang-undangan selayaknya dilakukan pendekatan persuasif terlebih dahulu. Klarifikasi dan edukasi.
Keempat, eksploitasi dana umat baik haji, zakat, maupun wakaf. Masyarakat muslim masih mempertanyakan penggunaan dana haji, zakat, dan terakhir wakaf uang yang dicanangkan Menkeu untuk digunakan sebagai sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur. Masyarakat Ekonomi Syari’ah berubah menjadi “lembaga politik” yang diisi personal yang tidak kompeten.
Kelima, tuduhan terorisme, radikalisme, dan ekstrimisme. Pengaturan baik melalui UU maupun Kepres serta kebijakan politik yang dialokasikan melalui berbagai Kementrian terarah kepada umat Islam. Pelumpuhan kekuatan keumatan dengan isu terorisme, radikalisme, ekstrimisme tersebut.
Di samping hal tersebut penahanan tokoh dan aktivis umat dengan berbagai alasan juga memperkuat indikasi kezaliman. Gus Nur, Maheer, Bahar Smith, Syahganda, Jumhur, Anton, dan aktivis KAMI di berbagai daerah lainnya. Sedangkan “penyerang umat” seperti Denny, Armando, Abu Janda sebaliknya sangat sulit untuk diproses meski telah bertumpuk laporan dugaan pelanggaran hukumnya.
SKB tiga Menteri Nadiem, Tito, dan Yaquts yang berhubungan dengan seragam atribut keagamaan juga sangat jelas tendensius menyinggung umat Islam. Prof. Greg Fealy dari Australian National University menyatakan rezim Jokowi represif terhadap umat Islam. Represi negara dapat terjadi dalam berbagai bentuk kepada Pegawai Negeri, akademisi, guru yang masuk dalam ruang-ruang pantauan.
Bahwa pada setiap rezim ada tindakan diskriminatif terhadap umat Islam mungkin benar, akan tetapi rezim Jokowi nampaknya paling tinggi tingkat represivitas dan kezalimannya. Entah apakah karena kedekatan dengan Pemerintahan Cina yang komunis atau faktor lain penyebabnya.
Semua dapat dianalisis tuntas setelah Pemerintahan Jokowi usai.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 6 Februari 2021