Abu Muas Tardjono/ist

Oleh: Abu Muas T (Pemerhati Masalah Sosial)

Rupanya masih bergulir soal dongeng radikal-radikul yang seolah-olah menjadi suatu isu yang harus terus digulirkan di negeri ini. Seperti yang terjadi pekan-pekan terakhir ini soal radikalis yang dilaporkan Gerakan Anti Radikalisme (GAR) yang merupakan sekumpulan alumni yang mengatasnamakan alumni Institut Teknoligi Bandung (ITB).

Sekumpulan alumni ITB yang bergabung dalam GAR ini melaporkan Din Syamsuddin ke Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) terkait dugaan radikalisme. Tak urung pula akhirnya pelaporan ini membuat kegaduhan baru di tengah-tengah negeri ini masih “limbung” menghadapi pandemi covid-19 yang belum dapat diprediksi kapan berakhirnya.

Kegaduhan yang cukup membuat suasana tensi gaduhnya lebih meningkat disebabkan karena dua faktor, yakni dari sisi pelapor dan yang dilaporkan. Dari sisi pelapor, tentu orang awam bertanya-tanya, ko sekelas alumni ITB sekarang ikut nimbrung soal isu radikalisme yang definisinya pun masih multitafsir. Akibatnya, melaporkan Din pun patut diduga tidak tepat sasaran dampaknya dapat kita rasakan bersama menimbulkan kegaduhan baru.

Jika mau mencermati suasana kegaduhan kali ini, penulis teringat lirik lagu “Air” yang cukup populer pada tahun 90-an yang dipopulerkan Joshua. Yang lirik lagunya di antaranya:

Diobok-obok airnya diobok-obok
Ada ikannya kecil-kecil pada mabok
Disemprot-semprot airnya disemprot-semprot
Kena mukaku aku jadi mandi lagi,
Dingin-dingin dimandiin nanti masuk angin.

Munculnya pelaporan Din bak sedang mengobok-obok air, patut diduga di balik soal obok-mengobok air ini ada dalangnya yang tanpa disadari oleh GAR ITB sendiri bahwa dirinya hanya sebagai alat untuk mengobok-obok. Disemprot-semprot airnya pada gilirannya mengenai muka sendiri, akhirnya sorotan nitizen pun fokus pada si pelapor yang menyesalkan sekumpulan alumni sekelas institut yang sudah tersohor ko mengurusi hal yang ecek-ecek.

Marilah kini kita sama-sama berupaya menciptakan suasana yang kondusif di tengah-tengah kita masih berjuang menghadapi penularan covid-19, yang tren penularannnya masih belum menurun. Semoga GAR ITB mau menurunkan tensi kegaduhan dengan mencabut pelaporan dan permohonan maaf kepada Din yang merupakan langkah yang bijak dan elok yang perlu dipertimbangkan.