Tarmidzi Yusuf Pengamat Politik dan Sosial/dok pribadi olahan JAKSAT

by Tarmidzi Yusuf
Pegiat Dakwah dan Sosial

Umat Islam tidak akan melupakan empat kasus pembantaian umat Islam yang terjadi pasca pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948 dan G 30S/PKI tahun 1965.

Pertama, pembantaian umat Islam di Tanjung Priok yang terjadi tahun 1984.

Menurut catatan Masyarakat Tanjung Priok seperti dikutip dari wikipedia, memperkirakan total 400 orang terbunuh atau hilang, sementara laporan lainnya hingga 700 korban.

Kedua, pembantaian umat Islam di Talangsari Lampung tahun 1989.

Menurut tirto.id, tengah malam menjelang 7 Februari 1989, tepat hari ini 29 tahun lalu (sekarang 32 tahun), Kolonel Hendropriyono memimpin pasukan yang terdiri 3 peleton Batalyon 143 dan satu peleton Brigade Mobil (Brimob). Pukul 04.00 tanggal 7 Februari 1989, pasukan menyerbu Umbul Cideung. Sebagaimana dilaporkan majalah Tempo edisi 18 Februari 1989, sebanyak 246 pengikut Warsidi tewas, termasuk Warsidi sendiri.

Ketiga, pemilihan umum paling berdarah dalam sejarah Indonesia merdeka terjadi tahun 2019 kemarin.

Mengutip kompas.com (22/1/20), Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman mengungkap jumlah petugas penyelenggara pemilu yang meninggal dunia pada Pemilu 2019 lalu. Menurut Arief Budiman, total ada 894 petugas yang meninggal dunia dan 5.175 petugas mengalami sakit.

Belum ditambah korban meninggal, luka-luka, ditangkap dan hilang saat acara aksi damai depan gedung Bawaslu 21-23 Mei 2019. Aksi damai memprotes pilpres curang.

Keempat, pembunuhan enam syuhada laskar FPI, pengawal Habib Rizieq Shihab pada tanggal 7 Desember 2020 oleh polisi.

Pembunuhan enam syuhada laskar FPI masih menjadi misteri. Siapa sesungguhnya yang terlibat. Sampai hari ini belum terdengar tindak lanjutnya.

Akankah ending pembunuhan enam laskar FPI berakhir sama dengan tragedi pembunuhan aktivis HAM, Munir Said Thalib tahun 2004 dan penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan tahun 2017 berakhir sama?

Selain enam laskar FPI tewas dibunuh, HRS bersama pengurus FPI ditangkap dan kematian Ustadz Maaher at-Thuwailibi yang ramai diperbincangkan karena ada dugaan diracun. Bisa menyulut kemarahan umat Islam.

Adanya dugaan diskriminasi dan kriminalisasi yang dialami HRS, Pengurus FPI dan aktivis KAMI menimbulkan kekhawatiran bakal terulangnya kasus pembantaian serupa terhadap umat Islam. Aktor intelektualnya PKI Perjuangan. Operator lapangan jenderal pelit senyum dan berdarah dingin. Tentu kita tidak lupa akan sosok jenderal katolik, LB Moerdani laknatullah alaih.

Bandung, 2 Rajab 1442/14 Februari 2021