Tarmidzi Yusuf Pegiat Dakwah dan Sosial/DOK

by Tarmidzi Yusuf
Pegiat Dakwah dan Sosial

Dalam tulisan sebelumnya, saya menyinggung tentang MLB. Manuver Luar Biasa dari SBY dan kader Partai Demokrat untuk mencegah pengesahan kudeta Moeldoko terhadap Partai Demokrat oleh Menteri Hukum dan HAM.

Tanda-tanda Moeldoko cs akan mendapat SK pengesahan dari Kemenkumham makin menguat. Menko Polhukam, Mahfud MD menyebut kisruh Partai Demokrat sama dengan PKB beberapa tahun lalu saat SBY berkuasa.

Konflik PKB benar-benar konflik internal antara Matori Abdul Jalil dengan Gus Dur dan Gus Dur dengan Muhaimin Iskandar. Mereka sesama kader PKB.

Sementara kisruh Partai Demokrat bukan konflik internal. Tokoh kunci yang hadir di arena KLB abal-abal bukan kader Demokrat. Ada mantan kader, kader yang dipecat, non kader hingga ditunjuknya Moeldoko, kader Partai Hanura menjadi Ketua Umum abal-abal Partai Demokrat melalui KLB Sibolangit.

Kendatipun abal-abal, peluang Moeldoko cs disahkan oleh Menkumham semakin terbuka lebar dengan adanya pernyataan Mahfud MD kemarin. Kisruh Partai Demokrat, konflik internal. Pembenaran pembajakan Partai Demokrat oleh orang eksternal.

Salahsatu bentuk MLB SBY adalah kepung istana dan Gedung MPR/DPR. Menekan istana dan MPR dengan jumlah ribuan bahkan jutaan massa, agar Kemenkumham tidak mengeluarkan SK untuk Moeldoko cs dan mendesak Sidang Istimewa MPR.

Bila ada larangan pengerahan massa dengan alasan melanggar protokol kesehatan. Siapa yang memulai? KLB abal-abal yang mencatut nama Partai Demokrat juga melanggar protokol kesehatan. Yang lebih parah lagi, pelanggaran protokol kesehatan oleh Jokowi di Maumere. Toh Jokowi dan Moeldoko tidak diapa-apain koq. Padahal, nyata-nyata melanggar protokol kesehatan. Kasus yang sama dengan HRS, tapi hukum diskriminatif.

MLB merupakan bentuk keseriusan SBY dan Partai Demokrat melawan kedzaliman dan ketidakadilan. Pembajakan Partai Demokrat oleh eksternal dan mantan kader yang tersingkir (Lihat tulisan kemarin: Mengendus Faksi Anas Dibalik Kudeta Partai Demokrat oleh Moeldoko).

Jika manuver SBY terbilang biasa-biasa saja. Publik curiga. Jangan-jangan ada ‘main mata’ antara SBY, Jokowi dan Moeldoko. Untuk apa? Elektabilitas Partai Demokrat. Kemungkinan ada deal-deal rahasia antara SBY, Jokowi dan Moeldoko. Mengingat PDIP, partai asal Jokowi sudah punya calon untuk Pilpres 2024. Calonnya bukan orang Jokowi. Orangnya Megawati.

Publik curiga sangat beralasan. Pasalnya, Moeldoko berhutang budi pada SBY. Karirnya moncer. Sempat mencapai puncak karir tertinggi di militer, Panglima TNI.

Pasca Pilpres 2014, Moeldoko tidak dapat jabatan apapun. Spekulasinya, Moeldoko orang SBY. Baru tahun 2018 Moeldoko bergabung di Kabinet Jokowi – JK.

Apalagi Jokowi. Hutang budi sangat besar terhadap SBY. Tanpa peran SBY yang menjabat Presiden ketika Pilpres 2014, belum tentu KPU dan MK ‘memenangkan’ Jokowi. Rumornya, SBY sampai turun langsung menemui Husni Kamil Manik dan Hamdan Zoelva. Tujuannya? Apa lagi kalau bukan untuk memenangkan Jokowi.

Kita pun tahu besannya SBY, Hatta Rajasa Cawapresnya Prabowo saat Pilpres 2014. Publik pun masih ingat hasil perhitungan Pilpres 2014 di Media Centre Cikeas. Rumornya, Prabowo – Hatta pemenang Pilpres 2014 tapi ‘dianulir’ oleh Cikeas.

Kita akan lihat pekan depan. Apakah SBY akan turun gunung dari Gunung Putri dan ribuan massa Partai Demokrat mengepung istana dan Gedung MPR/DPR? Bila tidak, tentu kita sudah punya kesimpulan sendiri. Ada ‘main mata’ dibalik kisruh Partai Demokrat. SBY sudah berpengalaman soal ini. Saat jadi Menko Polkam Kabinet Megawati. Wallahua’lam.

Bandung, 23 Rajab 1442/7 Maret 2021