Ayub Suleman Pulungan pemilik Sipirock Coffee Jakarta/AME

JAKARTASATU.COM – Namanya Sipirock Coffee adanya di kawasan TB Simatupang, Tanjung Barat Jakarta Selatan. Kedai kopi kopi ini menarik dan bikin kita nyaman berada disana. Banyak kafe bermunculan menjadikan ruang besar bisnie kopi main terbuka.

Menurut pemilik Sipirock Coffee, Ayub Suleman Pulungan bahwa saat ini bisnis kopi makin pesat dan menjamur.  Di Indonesia bisnis ini tidaklah sulit. “Cuma bagaimana para calon pebisnis kopi atau pemula yang ingin membuka gerai kopi baru itu harus konsisten dan fokus,” ujar Ayub dalam perbincangann sore itu bersama Redaksi.

Dikatakannya bisnis kopi di Indonesia memang masih dianggap menjanjikan. Ada yang bisa sambil kuliah atau belajar, tapi jangan lupa harus konsisten.  Karena berbisnis kopi juga tak melulu harus membutuhkan dana yang besar. “Jika dana yang dimiliki terbatas, menentukan segmentasi pelanggan menjadi hal yang wajib dilakukan,” terangnya.

Yang harus perhatikan lingkungannya, kalau segmentasinya di lingkungan universitas, harga harus bersahabat dengan kantong mahasiswa. Khusus di Sipirock Coffee, ada berbagai jenis kopi yang ditawarkan. Beberapa menu yang diandalkan, yakni Sipirok Tubruk dan Arabica Susu, hingga V60 Sipirok, tambahnya.

Nama Kopi Sipirok diambil dari daerah asal Tapanuli Selatan tempat Ayub berasal. Kopi ini diunggulkan, Sipirock Coffee menyuguhkan racikan kopi lokal lainnya yang juga bisa dinikmati dengan  santai dan nikmatnya kopi. “Kami di Sipirock Coffee juga memberikan pilihan kopi untuk Gayo, Ciwidey, Bogor (puncak) hingga Toraja,”ungkapnya.

Ayub sendiri mengklaim menggunakan kopi sipirok. Sebab, ia ingin mengangkat kopi nusantara lain selain gayo dan Toraja, yang memang telah memiliki kualitas.

“Karena karena saya sendiri orang Sipirok maka yang utama kopi asal daerah saya,” jelas dia.

 

 

Kopi Sipirok mungkin belum banyak dikenal masyarakat. Kopi ini berasal dari Sipirok, sebuah kecamatan yang berada di Tapanuli Selatan, Sumatra Utara.

Pamor Sipirok mungkin tidak seperti Aceh Gayo atau Toraja. Namun, Sipirok cukup nyaman di lidah bagi penyuka kopi dari semua kalangan, termasuk para pemula.

CEO ISCC atai Indonesia Sustainable Coffee Corperative ini juga, mengatakan bahwa Kopi Sipirok sudah membudidayakan kopi sejak 1820-an. Hal ini sebenarnya membuat Sipirok memiliki umur lebih tua bila dibandingkan Gayo dan Toraja.

Ayub dengan jelas mengatakan masyarakat kini sudah mulai mengenal Sipirok. Bahkan, Sipirok juga sudah mendapat pengakuan yang jelas di kalangan pencinta kopi tanah air.

“Kopi Sipirok telah mendapatkan  sertifikat hak paten dari Kemenkum HAM yang terbit pada 2018 lalu,” kisah Ayub saat berbincang  dengan Ketua Umum SEGORO Cut Meutia Adrina di Sipirock Coffee Jakarta.

Kami juga melihat selain ada hak paten itu, pada 2014, rekor MURI juga dikantongi kopi Sipirok berkat festival kopi yang diadakan di Sipirok, Tapanuli Selatan. Ia tak menyangkal, ada banyak upaya untuk mendapatkan berbagai pengakuan tersebut. Terlebih ketika masyarakat dan Pemda setempat bahu-membahu membentuk Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Kopi Tapanuli Selatan.

Secara umum, dengan adanya hak kekayaan intelektual atau yang kemudian disebut hak merek, ataupun penghargaan lainnya yang didapat kopi Sipirok memang diutamakan untuk memberdayakan kopi itu secara lebih baik. Bahkan, berfungsi juga sebagai perlindungan ke petani kopi setempat.

“Saat ini perdagangan internasional belum menyebutkan informasi lengkap tentang kopi yang dikonsumsi. Hanya keterangan bahwa kopi itu arabica atau robusta saja kelak kita kan gunakan teknologi dengan barcode maka kopi akan ketahuan adal dan jenis serta jumlah pohon kopi bahkan pemiliknya,” ungkap Ayub yang saat ini sedang membuat program data geologis para petani Indoensia. Selamat…Maju terus kopi Indonesia..!!!

(AME)