M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.(foto ajiesukma/JakSat)

by M Rizal Fadillah

Viral video dan foto kunjungan Menteri PUPR ke Solo. Ketika Menteri dan anggota rombongan lain mengambil posisi duduk di kursi terlihat Gibran sang Walikota malah duduk di meja. Komentar atas video dan foto ini adalah “kurang adab”. Memang terkesan Gibran ini adalah pejabat karbitan. Jabatan Walikota yang belum pantas untuk diemban. Pola penghormatan jabatan dan protokol diabaikan. Ia lebih merasa anak Presiden yang tak harus hormat menghormati. Mungkin merasa dirinyalah yang seharusnya dihormati. Ini yang namanya sindroma anak raja.

Latar belakang sebagai pengusaha katering dan martabak tidak menjadi persoalan toh ayahnya juga pengusaha mebel. Masalahnya adalah miskin akan pengalaman politik bahkan ia pernah menyatakan tidak akan terjun ke kancah politik. Namun di usia 33 tahun tiba-tiba ia meniru jejak ayahnya maju dalam Pilkada Solo.

Menjadi Walikota dengan proses instan melalui PDIP dan didukung mayoritas partai politik dengan lawan tanding “asal-asalan” sehingga nyaris melawan “bumbung kosong”. Orang melihat kemenangan dan suksesnya ditentukan oleh faktor orangtua Presiden Jokowi. Faktor ini yang membuat mayoritas partai politik mendukungnya. Oligarkhi politik istana dinilai sangat mempengaruhi. Gibran pun berhasil tak tersentuh dari keterkaitan korupsi Mensos Juliari Batubara. Soal goodie bag yang diramaikan.

Oligarkhi istana terus bergerak. Gibran digadang-gadang untuk menjabat Gubernur DKI pada Pilkada serentak 2024. Bahkan ada yang mewacanakan dan memainkannya untuk ikut Pilpres juga. Politik dinasti yang dibangun untuk menjadi warna budaya politik Indonesia kontemporer.

Duduk di atas meja adalah pencitraan bahwa Gibran lebih tinggi dari siapapun. Maklum anak raja. Menteri adalah bawahan “ayahku” karenanya tidak masalah bahwa Walikota tidak menghormati Menteri. Pencitraan ? mungkin juga, karena persis sang ayah pola dan cara untuk mendapat dukungan politik dilakukan melalui pencitraan yang sebenarnya adalah kepalsuan.

Soal duduk di atas meja ini dibantah oleh Sardono W Kusumo, konon itu bukan meja tetapi kursi bertingkat dari panggung teater. Namun tetap saja orang bertanya mengapa di depan “kursi lebar” itu ada kursi lagi yang lebih rendah ? Selayaknya jika tujuannya untuk berdiskusi , maka Gibran akan duduk di samping Menteri atau didepan di kursi panjang yang dapat langsung berhadapan dengan Menteri PUPR, Basuki Hadimoeljono.

Sindroma anak raja memang penuh dengan kontroversi di samping proteksi dan tentu saja buzzerisasi.

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan