Tarmidzi Yusuf Pegiat Dakwah dan Sosial/ist

by Tarmidzi Yusuf
Pegiat Dakwah dan Sosial

Kemarin ada beberapa anggota WhatsApp group ‘berseteru’ tentang fatwa HAMAS oleh ulama Arab Saudi dan statemen hijrah bagi rakyat Palestina oleh Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas, tokoh Salafi Indonesia.

Hijrah pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dari Mekkah ke Madinah. Sebelum akhirnya, Mekkah ditaklukan kembali.

Pada era Nabi shallallahu alaihi wasallam juga muncul polemik. Saat perjanjian Hudaibiyah. Dikemudian hari diakui, perjanjian Hudaibiyah merupakan strategi jitu Rasulullah dalam menaklukkan Mekkah.

Isu fatwa HAMAS dan hijrah dari Palestina tiba-tiba jadi perdebatan. Maklum, lagi panas-panasnya tentang Palestina. Tiba-tiba fatwa tentang HAMAS dan hijrah dari Palestina diangkat kembali. Ada apa?

Rakyat Palestina sedang berjibaku melawan kebiadaban dan kedzaliman Zionis Yahudi. Kita, di Indonesia sibuk berdebat dan mencela orang lain. Seharusnya kita introspeksi. Siapa kita?

Debat soal fatwa yang dikeluarkan tahun 2017. Adalah Ketua Majelis Ulama Arab Saudi, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh.

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh mengatakan; HAMAS adalah organisasi teroris dan berbahaya buat rakyat Palestina.

Ditambah dengan beredarnya beberapa fatwa tentang HAMAS dari ulama Salafi. Mulai dari Syaikh Albani hingga Syaikh Muqbil al-Wadi’i rahimahullah.

Yang agak mengherankan kenapa fatwa ulama salafi yang dikeluarkan beberapa tahun silam, viral di beberapa media sosial saat HAMAS ‘melumpuhkan’ Zionis Yahudi pasca dibombardir roket HAMAS. Ada tangan tersembunyi bermain?

Sementara itu, viral juga video Fadli Zon tentang calling visa warga negara Zionis Yahudi. Setelah ditelusuri, ternyata kegaduhan calling visa tersebut terjadi akhir tahun 2020. Kenapa diramaikan lagi sekarang?

Indonesia melalui calling visa, membuka pintu bagi warga negara Zionis Yahudi, penjajah Palestina masuk ke Indonesia. Pembukaan UUD 1945 sudah tidak dianggap lagi. Padahal, Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan negara penjajah Palestina tersebut.

Penulis menduga, ada pihak tertentu yang sengaja mengangkat isu lama untuk tujuan politik mereka. Adu domba ummat Islam dan mengurangi perhatian kita terhadap penjajahan Palestina oleh Zionis Yahudi.

Kita berpolemik dengan fatwa ulama untuk menutupi kebiadaban dan kekejaman Zionis Yahudi terhadap rakyat Palestina. Dan yang lebih penting, menutupi isu lumpuhnya sang penjajah Palestina, buminya para Nabi, Zionis Yahudi pasca dihujani roket oleh HAMAS.

Bagi Indonesia sangat diuntungkan. Tengok saja soal 75 pegawai KPK yang tidak lolos tes wawancara kebangsaan, keanehan OTT Bupati Nganjuk, Bipang Ambawang dan impor TKA China komunis. Mirip-mirip sejarah Palestina dulu saat Zionis Yahudi pertama kali masuk Palestina.

Jangan-jangan beberapa tahun lagi, sejarah dan derita Palestina akan dialami oleh anak cucu kita ditengah gencarnya impor TKA China komunis ke Indonesia. Naudzubillah summa naudzubillah. Sebab, Yahudi dan komunis itu satu rumpun. Anti Islam, kejam dan biadab.

Bandung, 5 Syawal 1442/17 Mei 2021