JAKARTASATU.COM – Seorang fans menemui saya melalui seorang sahabat. Kami ngobrol santai mengenai buku terbaru saya “Dragon Slayer Trading Strategy” yang saya katakan adalah lebih ke filosofis daripada “how to”.

Dengan menyelesaikan buku ini, diharapkan kita punya feeling otomatis saat melihat perkara keuangan dunia. Di tengah-tengah obrolan, eh dia melipir ke saham PPRO. Tampaknya pertanyaan ini adalah tujuan utamanya ketemu saya, melihat ekspresinya yang serius dan penuh harap.

“Gimana pendapat om Wil tentang PPRO?”

Saya ini bukan pengamat spesifik emiten. Beberapa tulisan saya itu ditulis begitu saja, tanpa fokus pengamatan. Jika ada yang menarik maka saya akan tulis. Tapi okelah, karena sudah sudah terlanjur membual kalau sudah menyelesaikan buku saya, akan dapat feel terhadap peristiwa keuangan, masak saya bilang ga bisa. Saya akan coba memberi opini tentang PPRO. (terus terang saya grogi juga)

Saya buka HP, melakukan search di google sekian lama.

“Gimana om Will? Ada harapan ga?” Katannya

Saya jawab : “Saya ada pandangan, tapi ini opini loh ya… opini dari ngelihat apa yang ada. Dengan kata lain, marilah berandai andai”

Jadi, opini saya ini berbasis dari fundamental yang dilaporkan, kondisi dunia dan Indonesia saat ini, dan chart yang ada.

Dan inilah yang saya dapat dari sudut chart :

Dari sisi fundamental (sekilas) :



News yang beredar selama setahun terakhir :

Dan terakhir adalah rententan fakta :

1. PPRO adalah BUMN yang bergerak di bidang pengembang (Developer & Property Management)
2. Indonesia dan dunia yang sedang tertekan ekonominya karena dampak COVID19
3. Indonesia perlu duit banyak untuk urusan COVID dan Recovery Economy
4. Sektor property mau tidak mau diakui sebagai sektor yang sangat tertekan karena covid
5. Background mentri BUMN kita : Mr. ET, yang rasanya sangat akrab dengan dunia pasar modal dan para pemain di pasar modal (jika tidak bisa disebut bandar), yang kebetulan sebagian diantaranya ada di kabinet. Seperti : Sandiaga Uno, & Lutfi

Yang terjadi dari tarian harga saham PPRO adalah : Mereka butuh duit, dan mereka mencoba mencarinya melalui pasar modal, namun salah jalan dan berujung kerusakan, dan terus mengalami kesialan, dan kini mencoba bangkit kembali.

Start – 2017

1. Kalau lihat chart sebelah kanan (yang diambil dari semenjak awal go public), PPRO sempat jadi saham favorite yang terus naik dari seratus lebih sampai seribu lebih. Kondisinya sebagai
2. 2017 terjadi drop besar. Saat itu bukan karena anjlok dalam sehari, melainkan pada saat itu ada stok split (which is hal yang wajar, dan biasanya saham akan melompat setelahnya)
3. Biasanya, saham yang stok split akan lompat, tapi yang terjadi adalah malah anjlok. Konon yang menyebabkannya anjlok adalah : Pengumuman Right issue di angka Rp.280, yang mana dibawah pasar yang kisaran 300an saat itu. Berita ini memberikan kepastian pada pasar kalau saham akan rontok ke 280, yang merupakan konfirmasi 100% untuk abandon ship. Mulai dari pemain besar, yang tidak mau portofolionya rusak, diikuti pemain kecil yang terkena margin call
4. Semenjak itu saham ini terus melemah, terlepas dari isu-isu positif yang didengungkan, hingga akhirnya sideways di seratus lebih.

Kejadian ini menunjukan bahwa mereka tampak sangat butuh uang, dan ingin right issue mereka berhasil. Harga dipangkas ke 280 agar mengundang investor kakap untuk membeli, supaya para kakap itu bisa langsung menikmati profit. Namun yang terjadi malah sebaliknya.

Apa yang membuat mereka tampak begitu desperate terhadap uang investor? Kebutuhan proyek? Atau lebih parah : Kesulitan keuangan internal yang disembunyikan di dalam angka-angka yang cantik? Whatever

2020

Yang menarik adalah grafik sebelah kiri. Titik dimana saat itu saham sedang dalam kondisi gocap. Kondisi yang didapat karena kinerja yang terus menurun dari tahun 2019, kemudian terhantam oleh badai COVID yang mengkandaskan seluruh bisnis property di dunia.

Namun pada november 2020 tiba-tiba lompat terus sampai lebih dari dua kali lipat. Lompatan yang sampai disoroti pengawas keuangan. Yang menarik adalah saat itu Yusuf Mansur yang notabene seorang ustad, tiba-tiba mempromosikan untuk beli saham ini. Yang mana sempat berefek naik dikit sebelumnya terjun dan kembali sideways sampai saat ini.

Sebuah saham gocap tiba-tiba bangkit, diiringi banyak pompom seperti tokoh masyarakat yang satu itu, artinya saham ini mencoba bangkit. Ada kemungkinan peran internal yang mencoba membangkitkannya. Pertanyaannya apa tujuannya? Tentu saja uang, dan seperti kasus 2017, kemungkinan kali ini cukup mendesak. Ini terbukti dengan berita 1,6 Trilliun pinjaman dari PTPP, yang kemudian membengkak sampai 4 trilliun, dan terakhir bahkan sampai menjual saham di menara maritim ke sesama BUMN. Yang artinya, (jika benar) jika ini adalah lompatan gorengan, rencana mereka gagal.

Lalu apa hubungannya dengan kenaikan harga saham? Karena ada banyak cara mencari uang yang terkait dengan harga saham, misalnya : ARTO yang nilainya 157 Trilyun, membuat kerugiannya yang ratusan milyard per tahun tidak ada artinya.

Dengan kata lain, mengamati berita yang ada, terutama bagian dimana yang mengatakan PPRO saat pandemi pendapatannya malah naik, padahal labanya merosot (terkesan misleading dan ditujukan pada investor cupu), apa yang terjadi di PPRO memberi kesan adanya usaha bangkit yang gagal karena butuh uang yang urgent. Yang berakhir dengan pinjaman ke PTPP dan penjualan aset ke saudara BUMN sebagai jalan terakhir setelah plan A gagal.

“Jadi harganya bakal terus turun ya?”

Saya tidak berani memberikan kepastian 100%

Tapi mari kita lihat dari fundamentalnya. Yaitu nilai aset terhadap harga sahamnya (Hal yang biasa diambil oleh Warren Buffet dalam mengambil keputusan).

PBV tahun 2020 merosot ke 72, sementara harga pasar 86. Ditambah kinerja yang terus merosot. Sekilas walaupun saham ini sudah terbanting sekian banyak, masih juga terkesan over value, dan kemungkinan akan terjun bebas lagi. Tapi……

Ada tapinya.

1. PPRO adalah BUMN Pengembang
2. PPRO memiliki lahan 500Ha di dekat ibukota baru
3. ET, sang mentri BUMN adalah orang yang akrab dengan dunia keuangan dan memiliki koneksi jagoan keuangan dan investor yang luas. Ditambah beberapa pemain pasar modal ikut masuk ke kabinet.

Dengan kondisi ini, sangat mungkin pemerintah memberikannya project-project pembangunan srtategis saat COVID lebih terkendali nanti, untuk menyelamatkan perusahaan ini dari kehancuran. Karena kehancuran BUMN adalah kegagalan pemerintah. Jadi pemerintah tidak akan semudah itu membiarkannya tumbang. Buktinya jelas : Hutang ke PTPP, dan penjualan aset ke saudara sesama BUMN yang memiliki kondisi keuangan lebih baik, adalah indikasi bahwa diantara mereka akan saling menolong. Jadi untuk bangkrut total jalannya masih panjang.

Berikutnya adalah : PPRO memiliki 500Ha di dekat ibukota baru. Yang mana perlu dipertanyakan : apakah nilai yang diakui sekarang ini sudah diadjust ke nilai ibukota baru belum? Jika tidak, dan tanah itu masih hutan belantara, maka ada kemungkinan tanah 500 Ha itu nilainya naik 100 kali bahkan 1000 kali lipat pada saatnya nanti.

Mari kita hitung-hitung, seandainya perusahaan ini hanya memiliki aset 500Ha itu. Berapa nilainya?

Anggap dipotong infrastruktur dan lain-lain dengan kondisi yang sangat ekstrim, tersisa 100Ha (20% nya)

100Ha = 1.000.000 meter

Anggap harga 20 juta = 20.000.000

Total land value = Rp. 20.000.000.000.000 (20 Trilyun), dan nilai saat ini adalah 5 Trilyun

Dan terakhir jangan lupa, jagoan pasar modal masih ada di kabinet. Sebagaimana lompatan bulan november 2020, hal itu mungkin terulang kembali dengan persiapan dan koordinasi bandar yang lebih solid. (misalnya : mana tau nanti om ET minta Northstar invest di PPRO kemudian sahamnya ditambah embel-embel digital, kemudian di pump gila-gilaan kayak bank jago)

“Jadi beli, tahan, apa jual nih om???”

Well, saham ini punya potensi besar, namun menyimpan ketidak pastian yang besar juga. maka itu saya akan menyiapkan dana yang siap saya pertaruhkan tanpa membuat saya jadi gembel kalau gagal nanti.

1. Saya akan beli pada on the market, kemudian wait and see
2. Jika nanti turun ke gocap, akan saya tatakin lagi, dan tahan. Anggap saja tabungan, sekaligus taruhan.

I have a feeling, sooner or later ini akan di pump lagi. Namun kalaupun itu tidak terjadi, secara fundamental ini layak di tabung dan ditinggal tidur.

“Tapi, kata BPK nilainya nol’
“What ???”
“Iya, katanya ini termasuk saham gorengannya Jiwasraya, jadi ada resiko ga bisa dijual di market nantinya”
“Lahhhh itu aset 19 Trilyun lebih sama tanah di samping ibukota masak ga ada nilainya?”

Segera setelahnya saya bid on market, kemudian lihat apa yang terjadi. (Thanks for the info, dear fans)

William Win Yang
Fintech Expert, Researcher, Business Strategist, Book Writer
Penulis :
1. Secrets of the Dragon – 11 Principle to rule the world (2013)
2. Draon Slayer Strategy (2014)
3. How to be a Taipan (2015)
4. Investing in Digital Startup (2018)
5. Taipan – Lahirnya Para Konglomerat (2019)
6. Taipan – Dibawah bayang-bayang Papi (2020)
7. Taipan – The Winner Takes it All (2021)
8. Dragon slayer trading strategy – Trading dengan akurasi nyaris 100% (2021)