Ketika ada bule nanya: “where are you from?”. “I’m from Indonesia”, jawab orang Indonesia. “oh… Bali”, teriak bule itu, sambil tersenyum. Maklum, 80 persen wisatawan di Bali dari mancanegara.

Tapi jika anda ke Timur Tengah, ada orang Arab nanya: “min aina anta?”. “Ana min Indonesia”, jawab orang Madura. “Soekarno… Soekarno…” timpal orang Arab itu.

Jika dulu orang kenal Indonesia itu hanya Bali dan Soekarno, sekarang Jakarta sudah mulai dikenal.

Maklum, Bali itu tempat wisata. Sekitar 80 persen wisatawan di Bali berasal dari mancanegara. Makanya, ketika musim pandemi seperti sekarang, Bali collaps. Wisatawan mancanegara gak ada yang datang. Sepi, bahkan nyeyet (sepi banget). Padahal, pendapatan warga Bali sangat bergantung pada wisatawan mancanegara. Gak ada yang datang, ya gak ada kerjaan. Ekonomi ambruk.

Sementara, Soekarno adalah presiden Indonesia pertama yang mendunia. Punya hubungan baik dengan sejumlah pemimpin negara, termasuk negara-negara Timur Tengah.

Selain Bali dan Soekarno, kini Jakarta mulai populer. Apa yang membuat Jakarta dikenal? Pertama, karena faktor gubernurnya. Anies Baswedan, Gubernur DKI ini sering tampil di berbagai forum internasional. Beberapa kali gagasan dan ide nya bahkan mendapat apresiasi di forum-forum internasional.

Tidak hanya tampil, Anies juga menjabat di beberapa organisasi internasional. Diantaranya Anies menjadi wakil ketua organisasi C40. Organisasi kota-kota besar di dunia.

Kedua, Jakarta mendapat beberapa penghargaan dari lembaga internasional. Diantaranya dari TUMI (Transformative Urban Mobility Inisiative). Gubernur Anies pun dinobatkan sebagai salah satu dari 21heroes2021. Pahlawan transportasi.

Ketiga, ada bangunan yang berkelas internasional. Diantaranya ada (JIS) Jakarta International Studium yang sedang diramoungkan. Stadium yang ukuran dan megahnya tidak kalah dengan stadion Barcelona.

Ada juga museum Rasulullah. Selain di Saudi dan Turki, musim Rasulullah juga ada di Jakarta. Ini potensial untuk mengangkat nama Jakarta dan Indonesia. Hanya perlu branding dan mengiklankan.

Dikenalnya Jakarta setidaknya akan semakin mengenalkan Indonesia di mata dunia. Ini akan mendorong peluang investasi dan pada akhirnya akan memacu pertumbuhan ekonomi.

Di Jakarta sudah mulai banyak perubahan. Tingkat kemacetan turun. Dari 4 besar (61%), sekarang berada di urutan 31 (36%). Polusi udara di Jakarta juga makin turun. Air Quality Index (AQI) Jakarta turun dari 155, sekarang 57 dengan 15 ug/m3. Udara Jakarta makin segar dan sehat.

Selain tingkat kemacetan dan polusi udara yang turun, Infrastruktur kota juga semakin rapi. Terutama di pusat-pusat kota. Pejalan kaki dan pengguna sepeda diberi ruang yang semakin layak. Ini jadi destinasi yang membuat kan warga maupun pendatang bisa menikmati Jakarta dengan lebih nyaman.

Pembangunan tidak saja menyentuh pusat perkotaan, tapi juga masuk ke daerah pinggiran. Sejumlah wilayah kumuh, termasuk daerah pinggir kali yang langganan banjir, telah disulap menjadi kawasan semi moderen dan semakin rapi. Bekerjasama dengan BAZNAS BAZIS DKI, Pemprov DKI secara bertahap telah melakukan bedah rumah warga.

Ada setidaknya 650 rumah warga yang diperbaiki secara gratis di lima wilayah: diantaranya di Kampung Kwitang, Kampung Melayu, Duri Selatan, kawasan pedagang di Matraman dan petagogan Kebayoran.

Jadi gubernur saja, Jakarta makin dikenal. Bagaimana kalau jadi presiden ya? Begitulah seloroh sejumlah netizen. Sebuah harapan yang sangat terbuka jika melihat dukungan terhadap Anies yang terus membesar jelang pilpres 2024.

Jika dulu Indonesia identik dengan Bali, maka sekarang selain Bali ada Jakarta. Tidak menutup kemungkinan kedepan jika Orang Bule dan Arab nanya “dari mana anda?” anda jawab: ” Indonesia”. Maka mereka akan teriak: “Bali…. Bali… Jakarta… Jakarta…. “Oh…. Soekarno… Soekarno… Anies Baswedan…. Anies Baswedan… “.

Hari ini, Jakarta genap berusia 494 tahun. Dirgahayu Kota Jakarta, Semoga semakin “maju Kotanya”dan bahagia warganya” .

Jakarta, 22 Juni 2021