Oleh: Abu Muas T. (Pemerhati Masalah Sosial)
Ada “berita baru” sekaligus baru bisa disebut “baru berita” soal pengunduran diri seorang menteri hanya gegara melanggar aturan Covid-19 di negaranya. Status dan wewenang menteri yang undur diri ini pun tidak sembarangan, dia menjabat sebagai Menteri Kesehatan.
Adalah Matt Hancock Menteri Kesehatan Inggris mundur usai ketahuan melanggar aturan Covid-19. Hancock diketahui mencium dan memeluk seorang ajudan di kantornya, sebagaimana dilansir ihram.co.id.
Alasan pengunduran diri Hancock cukup elegan karena dia merasa telah mengecewakan banyak orang. Sosok Hancock yang negaranya bukan berdasar Pancasila, tapi dia seolah dalam komitmennya seperti seorang Pancasialis. Dia sebagai pejabat publik masih memiliki “urat malu” sehingga merasa “malu” telah melanggar aturan Covid-19 yang telah ditetapkannya.
Jika kita mau berkaca, memang negeri Ratu Elizabeth Inggris tidaklah sama dengan negeri +62. Namun demikian, masih ada yang dapat ditarik garis merah kesamaannya, yakni dari sisi pengemban kebijakan publiknya adalah sama sosok manusia.
Jika di Inggris yang negerinya “bukan” berdasar Pancasila, pejabat publik setingkat menteri saja melanggar aturan Covid-19 langsung menyatakan undur diri. Lalu bagaimana dengan pejabat publik di negeri yang konon berdasarkan Pancasila ini, pernahkah kita melihat dan mendengar pejabat publik undur diri karena melanggar protokol kesehatan usai menggelar acara yang menimbulkan kerumunan? Jawabnya, tidak ada. Yang ada hanya cukup minta maaf bahkan ada juga yang sama sekali tidak pernah minta maaf.
Pengunduran diri Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock karena lalai telah melanggar aturan Covid-19 tentu layak diapresiasi, karena dia belum “tercabut urat malunya” maka dia merasa “malu” jika masih harus terus menjabat sebagai menteri. Semoga saja muncul Hancock-Hancock lainnya dari negeri tetangganya.***