Abu Muas T., Pemerhati Masalah Sosial/ist

Oleh: Tardjono Abu Muas*

DALAM tataran kehidupan keseharian kita, tentu kita tak asing lagi dengan kata “gembala” yang mengandung arti penjaga atau pemiara binatang (ternak) tak terkecuali penggembala atau (tukang angon – jawa) binatang ternak yang bernama “bebek”.

Biasanya “tukang angon” bebek ini kalau mau memberikan makan berupa butiran-butiran jagung kepada hewan piaraannya dengan cara dilemparkan atau disebarkan. Setelah tukang angon melemparkan atau menyebarkan jagung, barulah bebek-bebek piaraannya dengan menggunakan paruhnya saling berebut makanan yang terserak di tanah.

Tindakan tukang angon bebek melemparkan makanan jagung pada bebek piaraannya ini sudah menjadi hal yang rutin terjadual. Apa yang dilakukan tukang angon ini murni karena keharusan memberikan makan kepada hewan piaraannya tidak berharap pujian dari orang lain, dan dia juga tidak senang atau malah gembira jika melihat bebek-bebek piaraannya saling berebut makanan yang telah dia lemparkan.

Sifat penggembala atau tukang angon bebek ini akan berbeda jauh dengan sifat orang yang suka berbagi kepada sesama dengan cara melempar.

Berbicara soal orang yang suka berbagi dengan cara melempar dilihat dari sudut studi psikologi seperti dilansir eramuslim.com, menurut The American Psychiatric Associstion pengidap Psikopat Narsistik jauh berbeda dari karakter individu yang memiliki harga diri tinggi dan bernurani.

Masih menurut studi tersebut, bahwa hadiah atau pemberian yang sering dibagikan seorang psikopat sebetulnya benar-benar untuk kesenangan dirinya. Bukan muncul dari rasa empati dan peduli, karena memang dirinya telah hilang rasa empati dan kepeduliannya. Orang jenis ini selalu mendambakan untuk selalu menjadi fokus perhatian khalayak, sangat suka dan merasakan kebahagiaan tersendiri jika melihat objek lemparan pembagiannya saling berebutan.

Dari uraian di atas, jika kita mau bandingkan antara tukang angon bebek dengan orang pengidap psikopat, maka akan terlihat jauh perbedaannya. Tukang angon bebek masih memiliki rasa empati dan kepedulian yang tinggi terhadap hewan piaraannya, sedangkan pengidap psikopat telah hilang rasa empati dan kepeduliannya terhadap sesama.

Jika boleh disarikan, maka tukang angon bebek lebih mulia tindakannya dibanding dengan orang pengidap psikopat. Lebih terhormat tukang angon bebek daripada orang pengidap psikopat.

* Penulis: Pemerhati Masalah Sosial.

Bandung, 13 September 2021