OLEH Salamuddin Daeng
Jadi bagaimana? Ahok bilang bahwa tahun ini pertamina diharapkan untung 1 miliar dolar. Nah itu tampaknya dihitung sebelum bayar utang jatuh tempo plus bunga. Anggaplah itu benar untung 2021 sebesar 1 miliar dolar. Jadi apakah untung sebesar itu hebat, baik, tepat?
Ini masalahnya. Utang Pertamina besar sekali. Apalagi nanti ketika Pertamina selesai dengan program utang global bond senilai 20 miliar dolar tambahan, atau tambahnya senilai 350 triliun rupiah. Berapa besar itu utang Pertamina nantinya? Wallahualam karena selain itu ada utang pada bank dan dana publik lainnya.
Kembali ke soal untung yang dibilang Ahok tahun 2021 yang dipatoknya paling sedikit 1 miliar dolar. Ini juga semacam gertakan ya? Peringatan awas jangan sampai rugi lagi. Karena sulit sekali melihat sumber untung Pertamina 2021 itu. Kilang meledak 4 kali, balik papan meledak, tuban meledak, Cilacap meledak 2 kali berturut turut.
Tapi ternyata juga untung sebesar itu tidak hebat, bahkan pak pok alias gak dapat apa apa. Mengapa karena utang jatuh tempo tahunan Pertamina 1 miliar dolar paling sedikit. Jadi bagaimana bisa nabung buat bayar utang Pertamina yang saat ini besar sekali. Fitchratings Singapura menyatakan utang jatuh tempo Pertamina tahun ini sebesar 1 miliar dolar.
Usaha Pertamina sekarang bertumpu pada bagaimana menaikkan harga BBM dalam rangka menyelamatkan keuangan perusahaan. Menyelamatkan dari apa? Dari utang yang besar. Bukan dari yang lain lain. Sebab kalau tidak utang Pertamina akan menjadi tanggungan pemerintah. Kalau pemerintah tidak sanggup maka utang aset Pertamina semuanya akan disita pemberi utang.
Jadi pertamina harus dipastikan bisa bayar utang jatuh tempo setiap tahun. Apapun caranya harus bisa bayar. Karena utang sudah melilit usus. Jangan sampai naik ke tenggorongan dan menyumbat pernafasan. Ini akan bahaya sekali.
Sementara di bangian lain Pertamina harus membiayai program presiden Jokowi yakni Solarisasi 30 juta ton minyak sawit untuk B100. Yang nanti nilai pembelian minyak sawitnya saja sekitar 500 triliun rupiah, serta proyek gasifikasi batubara 100 juta ton yang nilai pembelian Batubaranta sekitar 100 triliun rupiah. Darimana uangnya buat solar dan LPG batubara ini?
Nah ini mesti Pertamina harus cari uang yang banyak. Sebab kalau tidak minyak sawit tak bisa dibeli oleh Pertamina dan akan membuat perusahaan sawit berkurang untungnya. Demikian juga perusahaan Batubara. Jadi pertamina cari uang yang banyak lah untuk menyukseskan agenda ini.
Meskipun dubes Uni Eropa menyatakan bahwa Solarisasi Sawit ini bukan agenda climate change. Apalagi gasifikasi batubara itu agenda apa lagi? Di tengah usaha dunia untuk menghapus Batubara sebagai bahan bakar. Tapi ya ok lah yang penting Presiden Jokowi adalah presiden G20. Nanti bisa ajak dunia untuk melanjutkan Solarisasi Sawit dan gasifikasi batubara. Climate change ala Indonesia. Climate change dengan memperluas kebun sawit dan memperbanyak tambang Batubara. Okeh..(RED)