Abu Muas T., Pemerhati Masalah Sosial/ist

Oleh: Tardjono Abu Muas, Pemerhati Masalah Sosial

Selain Istighfar dengan mengucapkan Astaghfirullah, tentu kita masih layak pula bersyukur kepada Alloh SWT dengan mengucapkan Alhamdulillah atas Kemahakuasaan-Nya pula kita telah ditunjukkan oleh Alloh siapa sosok manusia yang telah berani membandingkan antara suara adzan dengan suara gonggongan anjing. Sehingga kita bisa melihat dan mendengarkan apa yang diucapkan oleh lisan yang bersangkutan.

Mahabenar firman-Nya: “Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat” (QS. Ali Imran, 3:118). Firman Alloh ini pasti mutlak kebenarannya, sehingga dapat menjadi gambaran kepada kita bahwa kebencian yang bersangkutan terhadap Islam yang telah dilisankannya masih merupakan bagian terkecil dari apa yang ada di dalam hatinya.

Keberanian membandingkan suara adzan dengan suara gonggongan anjing tentu hanya keluar dari mulut orang-orang yang hanya sosok fisiknya saja berwujud manusia, tetapi akal dan pikirannya lebih iblis daripada iblis itu sendiri.

Tulisan ini sengaja tidak menyebutkan nama seseorang yang telah berani membandingkan suara adzan dengan suara gonggongan anjing, karena khawatir jika disebutkan namanya malah yang bersangkutan merasa “besar kepala” seolah-olah diakui eksistensinya sebagai manusia.

Hal ini relevan dengan adanya larangan mencela syaitan. Seperti pernah dikisahkan, ketika terjadi kecelakaan, tatkala salah seorang sahabat pernah membonceng Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian ontanya terjatuh. Sahabat ini langsung mengatakan, Ta’isa as-Syaithan, “Celaka Syaitan”. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, jangan kamu mengucapkan “Celaka Syaitan”. Karena ketika kamu mengucapkan kalimat itu, maka syaitan akan membesar, hingga dia seperti seukuran rumah. Syaitan akan membanggakan dirinya, ‘dia jatuh karena kekuatanku’. Namun ucapkanlah, “Bismillah”, karena jika kamu mengucapkan kalimat ini, syaitan akan mengecil hingga seperti lalat” (HR. Ahmad 21133, Abu Daud 4984, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)