by M Rizal Fadillah

Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Katolik Parahiyangan (Unpar) Bandung Prof. Dr. H. Asep Warlan Yusuf, SH, MH pada tanggal 15 Maret kemarin telah dipanggil ke Hadirat Ilahi Rabbi. Inna lillahi wa inna ilaihi roojiuun. Dikuburkan sore hari di Pekuburan Umum Maleer Bandung. Diantarkan oleh berbagai kalangan baik unsur Pemerintahan, kampus, ormas keagamaan, maupun lembaga kemasyarakatan dan anggota masyarakat lainnya.

Dari banyaknya pengantar tergambar bahwa masyarakat merasa kehilangan tokoh Bandung, Jawa Barat bahkan Nasional yang sederhana, cerdas, dan agamis ini. Prof Asep dirasakan sebagai aset akademik, umat dan bangsa. Pergaulan yang luas lintas kalangan, kultur, dan agama menempatkan almarhum sebagai figur yang menyenangkan banyak orang. Prof Asep Warlan termasuk cendekiawan langka. KH Athian Ali Da’i yang memimpin shalat jenazah di masjid tempat tinggalnya menyatakan kesaksian bahwa almarhum adalah orang yang baik dan shaleh. Warga mengamini.

Sebagai ahli Prof Asep banyak diminta pandangan dan masukan berbagai instansi Daerah maupun Pusat. Banyak pembahasan Raperda maupun Rancangan Undang-Undang yang melibatkan almarhum. Analisis akademiknya tajam dan kritis dengan selalu berorientasi pada kemanfaatan masyarakat. Berprinsip dan berintegritas.

Saat penulis hendak menerbitkan buku yang menyinggung Presiden dengan judul “Saatnya Mundur” beberapa tokoh dan akademisi yang diminta untuk memberi pengantar menyatakan keberatan. Prof Asep Warlan lah yang dengan cepat menyatakan kesediannya. Baginya sepanjang argumen dapat dipertanggungjawabkan ia siap mendukung secara akademis. Kebenaran harus diperjuangkan.

Banyak kiprah keagamaan yang digelutinya antara lain dalam Perhimpunan ANNAS dan Yayasan Percikan Iman. Sebagai sesama Dewan Pakar ANNAS penulis terkesan pada semangat juang almarhum yang selalu tampil didepan pada kiprah kegiatan pelurusan akidah ummat. Sepanjang untuk kepentingan da’wah Prof Asep selalu hadir dan siap berperan. Mulai dari rapat-rapat hingga kegiatan mudzakarah dan pembinaan ummat.

Keilmuan yang mumpuni di bidang Hukum Ketatanegaraan dikontribusikan bagi pengembangan da’wah. Masih teringat ketika ditanyakan sempatnya beliau selalu hadir dalam kegiatan ANNAS yang berorientasi da’wah, jawabannya adalah da’wah, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya, merupakan lahan jihad untuk membela agama. Ini adalah kesempatan, katanya penuh semangat.

Kini cendekiawan kritis dan mujahid itu telah tiada, dijemput Malaikat untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat indah di Surga Jannatun Naim.
Selamat jalan Prof Asep, jalan mu sudah tepat. Jalan lurus Ilahi yang dituntunkan oleh Nabi.

*) Pemerhati Politik dan Keagamaan

Bandung, 17 Maret 2022