Chairil Gibran Ramadhan/ foto artanjung

Mencari Museum Ismail Marzuki setelah di Revitalisasi TIM, bakal adakah?

JAKARTASATU.COM – Program revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), adalah proyek luar biasa proyek yang diemban Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Pengerjaan proyek revitalisasi TIM telah dimulai pertengahan tahun 2019 dan ditargetkan selesai tahun 2022.

Saat ini sudah revitalisasi TIM sebagian sudah ada yang kelar 100 persen, bahkan sejumlah video yang viral beredar di sejumlah group WA. Di Planetarium meski belum bisa digunakan tapi sudah beroperasi meski mengunakan gedung teater Jakarta dan sudah ada agenda peneropongan benda langit malam yang digelar 9-13 Mei 2022.

Planning Pemprov DKI Jakarta dalam Revitalisasi telah menyuntik Penyertaan Modal Daerah (PMD) kepada Jakpro senilai Rp270 miliar pada 2020. Untuk tahun anggaran 2021, nilai yang diajukan Jakpro untuk melanjutkan proyek mencapai Rp3,83 triliun jumlah ini diharapkan idealnya mengembalikan fungsi area sebagai taman terbuka sekaligus pusat kesenian, kebudayaan, serta edukasi. Beberapa fasilitas dibangun kembali dalam revitalisasi tersebut diantaranya, Teater Arena, Museum, Gedung Graha Bakti Budaya, Perpustakaan, Area Kuliner, Masjid Amir Hamzah, serta sebagian tempat wisata tempat wisata edukasi Planetarium.

Revitalisasi TIM/constructionplusasia.com

Adakah Museum Ismail Marzuki?

JIKA menegok sejarah awal pembangunan Taman Ismail Marzuki yang 10 November 1968 diresmikan Ali Sadikin setelah mencari tempat pengganti bagi para seniman dan terpilihlah lahan di area Cikini Raya.
Dilaman wikipedia.org  disebutkan TIM dibangun di atas areal tanah seluas sembilan hektare. Dulu tempat ini dikenal sebagai ruang rekreasi umum ‘Taman Raden Saleh’ (TRS) yang merupakan Kebun Binatang Jakarta sebelum dipindahkan ke Ragunan. Pengunjung ‘TRS’ selain dapat menikmati kesejukan paru-paru kota dan melihat sejumlah hewan, juga bisa nonton balap anjing di lintasan ‘Balap Anjing’ yang kini berubah menjadi kantor dan ruang kuliah mahasiswa fakultas perfilman dan televisi IKJ.
Ada juga lapangan bermain sepatu roda berlantai semen. Fasilitas lainnya ialah dua gedung bioskop, Garden Hall dan Podium melengkapi suasana hiburan malam bagi warga yang suka nonton film. Tetapi sejak 37 tahun lalu suasana seperti itu tidak lagi dapat ditemukan. Khususnya setelah Bang Ali menyulap tempat ini menjadi Pusat Kesenian Jakarta TIM.

TIM sejak berdiri tahun 1968 lalu hingga kini telah menjadi ruang ekspresi seniman yang menyajikan karya-karya inovatif. Pertunjukkan eksperimen, suatu dunia atau karya seni yang sarat dengan dunia ide. Membuka pintu seluas-luasnya bagi ruang berpikir dan berkreasi menuju seni yang berkualitas. Untuk beberapa waktu lamanya harapan muncul suatu karya dalam dunia penciptaan, menjadi kenyataan. Panggung TIM menjadi marak dengan karya-karya eksperimen yang sarat ide. Ini ditandai oleh sejumlah kreator seni yang sempat membuka peta baru di atas pentas. Di antaranya Rendra, pimpinan Bengkel Teater Yogya. Awalnya karya Rendra, berupa drama “Be Bop” atau drama mini kata “SSSTTT” ditayangkan di layar kaca TVRI. Menyusul pentas drama klasik Yunani “Oedipus Rex“, “Menunggu Godot“, “Hamlet” dan karya pentas mini kata lainnya.

Koregrafer kondang, Sardono W. Kusumo, lewat pentas tari “Samgita Pancasona” menyuguhkan konsep gerak yang memiliki skala tak terbatas. Balerina terkemuka, Farida Oetojo mewarnai TIM denga karya baletnya yang berani. Slamet Abdul Syukur, yang lama bermukim di Prancis menggedor publik dengan konser piano “Sumbat” yang membuat penonton terpana. Sutradara teater Arifin C. Noer, Teguh Karya, Suyatna Anirun Studiklub Bandung (STB), mempesona publik. Koreografer senior, Bagong Kusudiardjo, Huriah Adam, pelukis Affandi, Trisno Soemardjo, Hendra Gunawan, Agus Djaya, Oesman Effendi, S. Sudjojono, Rusli, Rustamadji, Mustika mengisi TIM dengan karya-karya rupa mereka yang indah, estetik dan artistik. Selain itu sejumlah seniman banyak mengunakan TIM sebagai ruang ekspresi besar.

Pertanyaan selanjutnya jika kita tarik nama seniman Ismail Marzuki pencipta lagu-lagu banya yang untuk bangsa ada dimana yang jadi nama taman ini? Jika saat ini pilihan Bang Ali mungkin untuk menancapkan dan memberi penghargaan ke Ismail Marzuki, nah lantas saat ini adalah adakah Museum Ismail Marzuki setelah di Revitalisasi TIM?
Pada sore (9 Mei 2022) dikawasan Jakarta Selatan Redaksi berkesempatan bertemu dengan Chairil Gibran Ramadhan atau lebih dikenal dengan sebutan CGR adalah sastrawan muda yang sudah banyak menulis sejumlah buku. CGR  mengaku bahwa dirinya sedanag mempersiapkan film Ismail Marzuki. “Saya sudah dapat ijin khusus dari keluarga akhli waris Ismail Marzuki dalam hal ini ibu Rchmi Aziyah. Saya telah ditunjuk Ibu Rachmi Aziyah anak Pahlawan Nasional Ismail Marzuki yang merupakan anak semata wayang untuk pembuatan film,” jelas CGR. 
Dikatakan CGR bahwa sampai kini juga saya sudah beres lakukan penulisan Skenario dan bahkan Bu Rachmi nanti akan ikut main dalam film itu, meski sebagai Cameo, jelasnya.
Cuma lanjut CGR, saya ingin sampaikan bahwa Revitalisasi TIM kan sudah mau selesai dan TIM akan jadi tempat baru bagi sarana ekspresi kebudayaan, nah pertanyaannya adalah satu museum untuk Ismail Marzuki? “Pertanyaan ini terkait pesan Ibu Rachmi bahwa waktu zaman Gubernunya Bang Yos ada beberapa properti atau barang, memang tidak semua, sebagain sudah diserahkan keluarga ke TIM yang katanya akan dijadikan Museum Ismail Marzuki, semoga saja zaman Pak Anies ini terwujud,” ujar CGR menyampaikan pesan putri Ismail Marzuki.
Jika proyek yang disebut diatas memang ada museum selain geung lama yang di revitalisasi, namun museum Ismail Marzuki memang belum kesebut-sebut. Bahkan Bu Rachmi kata CGR mengatakan jika tak terwujud Museum Ismail Marzuki, maka pihak keluarga akan mengambil kembali barang-barang kembali dan akan di buat di rumahnya saja, papar CGR.
Memang alangkah elok dan harusnya mendapat respon dari pihak DKI Jakarta dalam hal ini Gubenur Anies Basewedan  langsung soal Museum Ismail Marzuki ini. “Tentunya keluarga akan senang, ada jawaban yang pasti dan ini juga satu penghargaan nilai luhur kan Ismail Marzuki banyak sekali lagu-lagunya yang jadi kebanggaan bangsa dan negara,” pungkas CGR.  (Aendra Medita/JAKSAT)