JAKARTASATU.COM – Hawa segar bagi seni rupa di Ibukota. Kini Taman Ismail Marzuki (TIM) paska di revitalisasi kembali menjadi harapan batu. Sebuah pameran seni rupa diawal Juni 2022 kembali untuk pertama kalinya dibuka. Buah sebuah kolaborasi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Sub Dinas Kebudayaan Jakarta Selatan Annex Gallery, JakPro dan Kilau Art Studio ada 40 seniman rupa menampilkan karyanya yang sangata beragam.
Peserta pameran ini adalah seniman rupa dari Jabodetabek plus seniman tamu asal Vietnam. Pameran pertama di Annex Gallery TIM ini mulai 3 – 12 Juni 2022.
Mereka 40 seniman rupa adalah AB SOETIKNO, ADELANO WIBOWO
AGUSTAN, ANDI AHMAD RIDHA, ANNA (NGA) KOKS DINH (VIETNAM), AR TANJUNG, ARIF ‘BACHOXS’ WICAKSONO, ARIF HIDAYATULLAH, ARY OKTA, ASMOADJI, AWAHAB, BROYGODOY, DE LAURENT, DIAN ARDIANTO (DAN COMIC), DIDA NATALSYA, DWI RUSTANTO, FAIZAL BACIL ARIFUDIN, FATURRAHMAN, ARDIANSYAH, HAGUNG SIHAG, ILHAM KHOIRI, INDRA ARIEF HIDAYAT, IRPAN SARIPUDIN, JANGE RAE,
SRI HARDANA (DANART) collabs with RENGGA SATRIA, JASON RANTI,
SUGI ARTLOOKS, TONI SISWOYO, MSR ULIL GAMA, WAHID & YAYAT LESMANA dengan karya-karya berupa lukisan, patung, fotografi, instalai dan lain lain.
Ketua panitia yang menghimpun 40 seniman pameran bersama mengatakan, “Kami seniman rupa meresspon soal konteks Betawi meski dalam waktu yang mepet dan inilah karya-karya mereka yang mengejutkan,”ungkap Saeful Bahri ketua pelaksana pameran.
Tema pameran besarnya adalah “Betawi Masa Kini, Masa Gitu?” . Karya mereka sangat beragam. Ada karya yang menarik dari Broygodoy nama aslinya Muhammad Komaruddin, pelukis kelahiran Jakarta ini dengan judul karya lukisannya “Genocide Budaya,” ia merespon bukan sekadar konteks Betawi namun dunia, bagaimana situasi global dan konteks yang terjadi. Broygodoy membaca ruang dunia. Dan karyanya menyampaikan pesan yang jelas.
Karya AR Tanjung dalam poster besar di pintu masuk galeri adalah visual yang menarik. Sebagai pelukis poster film Tanjung mampu memviasualkan para figur tokoh sekaligus tonggak seni budaya Jakarta terutama yang kuat dalam perjalanan TIM. Karya berjudul “8 Tokoh Tim Tonggak sejarah Seni Budaya” ini ia kerjakan dalam 24 jam dan ini sangat kuat. Tanjung punya cara dan gaya khas. Ia menampilkan figur yang lumayan apik. Meski sebagai catatan meski 8 tokoh mungkin ini hanya mewakili saja, karena masih banyak tokoh dalam perjalan TIM yang kuat atas jasa-jasanya. Bukan begitu?.
Karya yang menampilkan tokoh penting Betawi lainnya adalah Rohadi Cumik yang diambil sosok MH Thamrin, dengan lukiasn berjudul “M.H.T” Rohadi
Karya Andi Ahmad Ridha ia memvisualkan Babe yang sedang meniup alat musik tiupnya dengan band tanjidor. “Babe Mah Begitu” judul karya Andi yang jika kita lihat kekuatan pada karya ini adalah aksen kuat terompet gold yang aksentuasi.
Karya Agustan “Ondel-ondel and Me” divisualkan sangat postmodern. Pelukis kelahiran 1983 di Jakarta ini memang bermain warna dengan pastel yang cenderung google mind. Ia membedah Betawi dengan pendekatan transformasi kultural yang saat ini.
Karya Hagung Sihag menarik juga lewat “Ecology Jangan Lupa Yee” petruk lari bawa ikan seperti kisah para pencuri. Secara visual dosen Binus ini menafsir konteks kekinian penyelamatan habitat, namun dengan kiasan mengunakan petruk.
Sejumlah karya lainnya yang bisa jadi bagian pameran ini lebih kuat tafsirnya. Namun demikian dari pameran ini semua adalah keragaman bahkan kuat dan semua visual dekat karya kontemporer yang layak di apresiasi dan silakan mentafsir sendiri karya yang tersaji dalam pameran yang variatif ini. Dan ini bisa dikatakan sebuah pameran Seni Rupa “Bedah Betawi” yang mengejutkan karena tampil bukan sekadar kultur betawi biasa namun ada dimensi baru. Bravo..!!!(ata-jaksat)